"Experience is the best teacher", suatu kata yang memang sangat berpengaruh dalam diri manusia. Pengalaman yang kadang bisa membuat seseoranh itu berubah, membuat dirinya dapat menjadi lebih dewasa, dan kadang menjadi acuan dalam hidup untuk terus maju melangkah ke depan dengan usaha bervariatif dan tidak akan mengulang kesalahan di masa lalu.
Pengalaman adalah guru terbaik dalam hiduo, mengajarkan kepada manusia untuk terus mengembangkan dan ajang mencari jati diri dalam menjalani dan memaknai apa arti hidup. Belajar dan terus belajar dari kesalahan. Kita takkan mendapatkan suatu pengalaman tanpa adanya gerak dan aksi dalam sebuah kegiatan. Namanya pengalaman, pastinya tidak akan kita dapatkan jika hanya duduk termenung tanpa adanya pergerakan dari diri kita.
Menjadi relawan tak pernah terbayangkan dalam hidup ini. Relawan adalah orang yang ikhlas mengerahkan jiwa dan raganya untjk membantu sesama tanpa imbalan dalam kebencanaan. Tanpa upah dan gaji, relawan tanpa pamrih merelakan hidupnya untuk membantu orang lain demi kemanusiaan. Bukankah hal yang sangat sulit jika dilakuknan oleh seseorang tanpa mendapat imbalan?
Berawal menjadi delegasi kampus untuk mengikuti latihan gabungan relawan uanh diadakan oleh suatu instansi. Suatu hal yang sangat tabu bagi saya, apalagi tidak pernah sekalipun tau apa, bagaimana dan outputnya akan menjadi seperti apa. Dengan bondo nekat dan percaya, bismillah ikutlah saya. Bersama dua teman baru yang sama-sama nejadi delegasi kampus dan sama-sama pula perdana dalam hal kerelawanan ini.Â
Sampai tiba di tempat yang menjadi titik kumpul para relawan, ada rasa kecil hati dan seram. Karna yang hadir rata-rata ialah beliau-beliau yang sudah berumur. Acara berlangsung selama tiga hari dua malam. Ada suat malam yaitu puncak acara yang menampilkan wayang khas daerah tersebut dengan bertemakan kerelawanan. Dari situ saya sadar, bahwa semua orang yang hadir disini bukan sekedar hadir, tapi benar-benar mengabdikan dirinya untuk membantu sesama. Tergugahlah hati ini, bahwa hidup tak hanya sekedar berjalan apa adanya. Tapi hidup ialah bagaimana kita bisa bermanfaat untuk orang sekitar kita.
Pada tahun 2019, terjadilah banjir di Jakartam  tersebarlah pamflet dari suatu organisasi kerelawanan yang mengajak untuk menggalang dana di sekitar kampus. Teetariklah saya untuk mrndaftarkan diri damam kegiatan tersebut. Dengan tipe saya yang introvert, saja ajak beberapa teman untuk ikut kegiatan tersebut menemani saya. Awalnya ragu untuk berbicara dan menarik orang untuk berdonasi karna malu untuk berbicara. Tapi dalam diri ini berkata, "kamu ngapain malu? Orang ngga buat salah".
Dengan bismillah, bergeraklah saya dengan teman satu tim untuk menyebar di sekitar kampus. Alhamdulillah, donasi yang kami dapatkan lumayan dan akan disalurkan untuk banjir di Jakarta. Dari kegiatan galang dana saya mendapat hikmah, bahwa tidak perlu ragu dan bimbang dalam suatu kebaikan, selama itu baik dan tidak merugikan bagi diri sendiri maupun orang sekitar.
Masih pada tahun 2019, tiba-tiba dunia diguncangkan oleh pandemi baru, yaitu Covid-19 yang persebarannya tak kasat mata. Hingga akhirnya pada bulan maret 2020, masuklah virus tersebut ke Indonesia. Himbauan dan aturan dari pemerintah pun dikeluarkan untuk mencegah virus tersebut. Mulai dari karantina mandiri di rumah, PSBB, hingga akhirnya muncul peraturan bahwa tak boleh keluar rumah tanpa ada kepentingan mendesak, sekolah dan bekerja diliburkan.
Suatu ketika, organisasi relawan yang pernah melakukan galang dana pun mengeluarkan pamflet terbaru. Yaitu menjadi volunteeer covid-19 di Malang. Hati ini sangat teegugah ingin ikut tergabung dalam kegiatan tersebut, tetapi disisi lain takut karna virus covid. Akhirnya saya dan beberapa teman se organisasi mendaftat dan mengikuti seleksi. Beberapa dari kami lolos termasuk saya. Awalnya sang interviewer menanyakan kembali tentang kesiapan dan kekonsistenan ssya mengikuti kegiatan ini. Dengan bismillah saya mengiayakan keseriusan tersebut.
Saat mendapat info bahwa lolos dan tergabung dalam kegiatan volunteer tersebut, disitu saya bimbang bagaimana cara menyampaikan kepada orang tua terkait hal ini. Memberi keyakinan bahwa akan baik-baik saja tentulah tak mudah. Hingga akhirnya orang tuapun memberikan izin dengan berpesan untuk menjaga diri.
Kegiatan berjalan selama dua minggu lamanya. Saya yang mendaoat tugas untuk menjadi petugas penyemprotan desinfektan dan terjun langsung ke masyarakat. Penyemprotan dilakukan di tempat umum, seperti sekokah, tempat ibadah, perkantoran, dan fasilitas umum lainnya.Â
Pandemi covid-19 dinyatakan sebagai bencana non alam. Bencana yang tak biasa ini menjadikan banyak hal yang berubah dalam siklus kehidupan manusia. Termasuk dalam dunia kerelawanan inim walaupun hanya sekedar menyemprot, tapi disini saya bisa merasakan mempertaruhkan nyawa untuk orang sekitar. Disisi lain orang bersembungi menghindari virus, kita malag maju untuk melawan virus tersebut.
Benar-benar saya rasakan akhirnya bagaimana menjadi seorang relawan. Walaupun tak seperti relawan biasanya, jika kita memaknai setiao kegiatan yang kita lakukan, ajan terasa sekali bagaimana perjuangan yang dilakukan. Jangan dipandang sebelah mata kegiatan ini. Jangan mencari materi dalam relawan, tak kan daoatm tetap berjuang untuk membantu sesama. Pengalaman itu akan kau dapatkan dan rasakan, apabila itu kau lakukan dengan penuh ikhlas serta kau maknai dalam hidupmu. Salam Tangguh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H