Mohon tunggu...
Alya Assyifa Sagala
Alya Assyifa Sagala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga-21107030039

Be free. Be True. Be You.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sambut Idul Fitri dengan Tuntunan Rasulullah

1 Mei 2022   13:54 Diperbarui: 1 Mei 2022   13:56 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Setelah beribadah dan memeriahkan bulan Ramadhan, 1 Syawal atau yang lebih akrab disebut Idul Fitri/Ied adalah salah satu hari raya umat Islam yang paling ditunggu-tunggu. Disebut juga sebagai 'Ied karena pada hari itu Allah memberikan berbagai macam kebaikannya kepada kita sebagai hambaNya. 

Diantara kebaikan itu adalah berbuka setelah adanya larangan makan dan minum selama bulan suci Ramadhan dan kebaikan berupa diperintahkannya mengeluarkan zakat fitrah.

Para ulama menjelaskan sunnah-sunnah Rasulullah saat menyambut hari raya. Diantaranya adalah:

1. Mandi sebelum berangkat shalat Ied

Terdapat beberapa atsar dari sahabat nabi yang menunjukkan dan menjelaskan perihal mandi sebelum berangkat shalat Ied.

Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, seseorang pernah bertanya pada 'Ali mengenai mandi. 'Ali menjawab, "Mandilah setiap hari jika kamu mau." Orang tadi berkata, "Bukan. Maksudku, manakah mandi yang dianjurkan?" 'Ali menjawab, "Mandi pada hari Jum'at, hari 'Arafah, hari Idul Adha dan Idul Fithri." (HR. Al-Baihaqi, 3: 278. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat Al-Irwa', 1: 177)

Ada riwayat dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma sebagai berikut.

Dari Nafi', (ia berkata bahwa) 'Abdullah bin 'Umar biasa mandi di hari Idul Fithri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang. (HR. Malik dalam Al-Muwatho' 426. Imam Nawawi menyatakan bahwa atsar ini shahih)

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa para ulama sepakat akan disunnahkannya mandi untuk shalat 'ied.

2. Berhias sebelum berangkat shalat Ied

Dalam sebuah riwayat dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata,

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fithri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum'at." (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya, 1765)

Disunnahkan bagi laki-laki untuk membersihkan diri dan memakai pakaian terbaik yang dimilikinya, memakai minyak wangi dan bersiwak. Sedangkan bagi wanita tidak dianjurkan untuk berhias dengan mengenakan baju yang mewah dan menggunakan minyak wangi. Hal ini karena dalam Islam sendiri sudah menjelaskan haramnya wanita memakai parfum atau minyak wangi sehingga tercium wanginya oleh lelaki non mahram. Hal ini seperti dalam hadits Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam:

"Wanita mana saja yang memakai wewangian lalu ia keluar dan melewati para lelaki sehingga tercium sebagian dari wanginya tersebut, maka ia adalah seorang pezina. Dan setiap mata yang melihatnya juga pezina" (HR. Abu Daud no. 4173, At Tirmidzi no.2786, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami' no. 2701).

Sedangkan bagi wanita, tidak dianjurkannya untuk mengenakan baju yang mewah dan berhias secara berlebihan, adalah karena dikhawatirkannya dapat menimbulkan tabarruj.

3. Makan sebelum shalat Idul Fitri

Untuk sunnah dan anjuran ini, terdapat beberapa hadits yang menjelaskannya, yaitu diantaranya:

Dari 'Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata:

- -

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berangkat shalat 'ied pada hari Idul Fitri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat 'ied baru beliau menyantap hasil qurbannya." (HR. Ahmad 5: 352. Syaikh Syu'aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Disunnahkannya untuk makan sebelum keluar rumah untuk melaksanakan shalat Idul Fitri adalah dikarenakan adanya larangan berpuasa pada hari tersebut dan juga sebagai pertanda bahwa hari tersebut tidak lagi berpuasa.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

..

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah keluar pada hari Idul Fithri (ke tempat shalat) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil." (HR. Bukhari, no. 953)

Ulama menjelaskan, jika tidak mendapati kurma, maka boleh makan makanan halal lainnya.

4. Mengambil jalan berangkat shalat Ied dan pulang yang berbeda

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

-- --

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika berada di hari ied (ingin pergi ke tempat shalat), beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang. (HR. Bukhari, no. 986)

5. Bertakbir dari rumah menuju ke tempat shalat

Dalam suatu riwayat disebutkan,

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya Idul Fitri sambil bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir." (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 2/1/2. Hadits ini mursal dari Az-Zuhri namun memiliki penguat yang sanadnya bersambung. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih)

Ada beberapa riwayat dari beberapa sahabat yang mencontohkan lafadz takbir. Salah satu riwayat tersebut adalah Takbir Ibn Mas'ud radhiyallahu 'anhu. Riwayat dari beliau ada 2 lafadz takbir:

-

-

Keterangan:

Lafadz: "Allahu Akbar" pada takbir Ibn Mas'ud boleh dibaca dua kali atau tiga kali. Semuanya diriwayatkan Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf.

6. Melaksanakan shalat Ied

Mengenai hukum shalat Ied sendiri, terdapat beberapa perbedaan dikalangan para ulama. Namun menurut pendapat Imam Syafi'i, hukum melaksanakan shalat Ied adalah Fardhu 'ain, wajib bagi setiap muslim.

7. Saling mengucapkan selamat

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berjumpa dengan hari 'ied (Idul Fitri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan, "Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian)." Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-Bari, 2: 446)

Imam Ahmad rahimahullah berkata,

:

"Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain di hari raya 'ied mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka." (Al-Mughni, 2: 250)

Ucapan selamat di hari raya sebenarnya tidak memiliki aturan yang ketat atau aturan tertentu di dalam syari'at kita. Ucapan apa pun yang diutarakan selama maknanya tidak keliru asalnya bisa dipakai. Namun, lebih baik disampaikan dalam bentuk doa, seperti yang dicontohkan para sahabat.

Demikianlah penjabaran sunnah-sunnah Rasulullah saat menyambut hari raya. Wallahu a'lam bish-shawab.

 Semoga Allah memberkahi kita di hari istimewa umat Islam tersebut, dan semoga usia kita disampaikan hingga bulan Ramadhan berikutnya. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun