Terdapat sebuah hadits yang menunjukkan bahwasanya Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Sallam pernah memberikan sebuah nasehat yang sangat berharga kepada Abu Hurairah, yaitu:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحَسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
"Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara', maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qona'ah (selalu merasa cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang benar-benar bersyukur. Sukailah sesuatu pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang baik. Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim sejati. Kurangilah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati." (HR. Ibnu Majah no. 4217. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
"Keutamaan menuntut ilmu itu lebih dari keutamaan banyak ibadah. Dan sebaik-baik agama kalian adalah sifat wara'" (HR. Ath Thobroni dalam Al Awsath, Al Bazzar dengan sanad yang hasan. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 68 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi).
Sufyan Ats-Tsaury (seorang imam dalam bidang hadits juga bidang keilmuan lainnya, yang terkenal sebagai pribadi yang wara' atau sangat hati-hati, zuhud, ahli fikih) berkata, "Aku tidaklah pernah memandang sesuatu yang lebih mudah dari wara' yaitu apa saja yang meragukan, maka tinggalkanlah." (Madarij As-Salikin, 2:22, dinukil dari Minhah Al-'Allam, 10:138-139).
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas, sebagai seorang muslim tentunya kita sudah mengetahui, bahwa perkara-perkara dalam Islam itu sudah jelas kehalalan dan keharamannya. Adapun perkara-perkara yang berada di antara hukum halal dan haram tersebut, hendaknya kita menerapkan sikap wara', atau meninggalkan yang meragukan, menentang yang membuatmu tercela, mengambil yang lebih terpercaya, mengarahkan diri kepada yang lebih hati-hati. Atau singkatnya, wara adalah menjauhi yang syubhat dan mengawasi yang berbahaya. Hal ini karena hal-hal yang masih berada diantara haram dan halal (syubhat) ini, bisa menjerumuskan kepada perkara yang haram.
Demikian pemaparan mengenai wara' diantara halal dan haram. Semoga kita menjadi orang-orang yang Allah berikan rahmat dan ridhanya, sehingga kita bisa terus berada diantara perkara-perkara yang halal, dan terhindar dari perkara-perkara haram maupun syubhat, Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H