Mohon tunggu...
Alya Safrida Nabila
Alya Safrida Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Prodi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Book

A Thousand Splendid Suns Karya Khaled Hosseini

17 September 2023   00:54 Diperbarui: 17 September 2023   13:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapapun takkan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar diatas atap, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding."

A Thousand Splendid Suns merupakan novel yang mengandung unsur sejarah di dalamnya, novel ini berkisah tentang sang tokoh utama bernama Mariam yang menjadi korban akibat peperangan dan pernikahan yang dipaksakan. Novel ini ditulis oleh Khaled Hosseini, ia adalah seorang dokter yang beralih profesi menjadi penulis dan berkebangsaan Afghanistan. Novel indah yang diterbitkan, diantaranya : The Kite Runner (2003), A Thousand Slpendid Suns (2007), And The Mountains Echoed (2013), dan yang terbaru Sea Prayers (2018).

Pada bagian awal novel ini, dipaparkan secara singkat bagaimana kehidupan Mariam sang tokoh utama. Mariam disebut sebagai "harami", yaitu sebutan untuk anak hasil dari hubungan gelap. Ibunya bernama Nana, ia adalah pelayan dirumah seorang saudagar kaya di Kabul yang merupakan kota besar di Afghanistan. Nana melakukan hubungan gelap dengan si  saudagar yang bernama Jalal.

Mariam dan Nana tinggal di kolba atau sebutan untuk rumah yang merupakan gubuk kecil, disebuah desa terpencil yang jaraknya jauh dari Kabul. Mereka tinggal disana bukanlah tanpa alasan. Jalal yang memindahkan mereka kesana untuk menutupi "aib" yang telah ia buat kala itu. Walaupun demikian, Jalal secara rutin mengunjungi Mariam pada hari kamis untuk sekedar bercerita juga memberikan beberapa camilan dan mainan untuk Mariam.

Setiap Jalal berkunjung, Mariam akan dengan hati yang gembira menyambutnya. Mariam menganggap bahwa Jalal adalah ayah yang sangat menyayanginya setelah semua hal yang telah diberikan. Namun tidak dengan Nana, ia menganggap kepedulian Jalal hanyalah kebohongan belaka yang semata-mata dilakukan untuk "penghapusan dosa" saja. Tak jarang ketika Jalal berkunjung, Nana melontarkan kalimat yang buruk untuk menunjukkan kekesalannya itu.

Jalal kerap kali memberi iming-iming kepada Mariam. Ia berkata akan mengajak Mariam menonton film di bioskop, berbelanja di mall, menginap ke rumahnya di Herat, serta ia bilang akan mengajak Mariam untuk bertemu saudara-saudara tirinya di hari ulang tahunnya yang ke 15 nanti.

Mariam duduk di teras kolba untuk menunggu Jalal hari itu, hari dimana usia Mariam tepat 15 tahun. Namun karena tak kunjung datang, ia berniat untuk menyusul Jalal ke tempat tinggalnya di Herat. Nana mengetahui niat Mariam itu dan ia marah besar. "Aku akan mati kalau kau pergi. Jin akan datang merasukiku. Lidahku akan tertelan dan nyawaku akan melayang. Jangan tinggalkan ibumu ini, Mariam Jo. Ayolah, jangan pergi. Aku akan mati kalau kau pergi," kata Nana setelahnya. Ia berkata demikian untuk meyakini Mariam bahwa ia sangatlah menyayangi Mariam dan tak ingin putrinya itu disakiti oleh siapapun termasuk Jalal. Namun telinga Mariam seolah tertutup oleh ucapan-ucapan Jalal yang berkata bahwa ibunya itu sakit dan iri  kepadanya.

Mariam pun akhirnya pergi berjalan kaki ke Herat untuk menemui ayahnya. Namun yang di dapatkan hanyalah penolakan. Ia menunggu di depan gerbang rumah Jalal hingga bermalam disana, tak ada yang mengizinkannya masuk. Akhirnya Mariam  ulang dengan perasaan kecewa dan berakhir dengan melihat keadaan ibunya yang sudah tak bernyawa menggantung di pohon besar depan kolba.

Di usianya yang ke 15 tahun itu, ia berujung tinggal dirumah Jalal. Segala bayangnya tentang kehidupan yang sempurna sirna dalam sekejap, ia seolah merasakan apa yang Nana rasa selama ini. Mariam berakhir dengan dijodohkan secara paksa dengan Rasheed, rekan kerja Jalal yang usianya 45 tahun saat itu.

Mariam pun melangsungkan pernikahannya dan tinggal jauh terpisah dengan Jalal. Setelah melewati kurang lebih dua dekade pernikahan dengan banyak kepedihan itu, Rasheed memberikan luka baru bagi Mariam. Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Laila yang saat itu usianya 15 tahun, ia merupakan perempuan sebatang kara sebagai korban atas peperangan yang terjadi. Mulanya Mariam sangat tak suka dengan kehadiran Laila dirumahnya itu, ia sudah cukup mendapatkan musibah setelah menikah dengan Rasheed dan kini ditambah dengan kehadirannya. Namun lambat laun rasa benci itu hilang ketika melihat kekasaran Rasheed tak hanya berlaku untuk dirinya dan anaknya saja, tetapi Laila juga.

Akhirnya mereka berdua akrab dan saling melindungi juga berjuang untuk terus hidup dibawah sikap kasar Rasheed. Tak berhenti disana, karena saat itu Afghanistan sedang dijajah oleh Taliban, hidup Mariam dan Laila semakin  berat. Banyak sekali peraturan serta larangan bagi perempuan. Persahabatan antara Mariam dan Laila serta bagaimana mereka berjuang untuk mempertahankan hidup mereka inilah yang menjadi inti cerita dari novel kedua Khaled Hossaeini ini. 

Dari Novel ini dapat dilihat betapa gigihnya perjuangan perempuan dalam memerdekakan dirinya. Di tengah-tengah penderitaan, Laila dan Mariam berusaha mencari seribu mentari surga yang akan memberikan sinar dalam gelapnya dunia merek.a

Pada akhir novel ini diceritakan bahwa Mariam mendapatkan hukuman mati oleh pihak Taliban karena melakukan pembunuhan terhadap suaminya sendiri, Rasheed. Hal itu memang ia rencanakan berdua dengan Laila karena sudah merasa tidak kuat dengan segala kekerasan baik fisik maupun mental yang mereka terima selama ini. Laila akhirnya keluar dari Afghanistan untuk hidup damai bersama anak-anaknya dan anak-anak Mariam.

Novel ini banyak sekali memberikan pembacanya perspektif dari para tokoh di dalamnya. Sehingga pembaca seolah-olah merasakan dirinya berada di posisi sang tokoh. Penulis pun menyertakan semua detail tahun serta pihak yang berselisih pada saat itu. Sehingga pembaca diajak merekam kronologis dari tahun ke tahun sejarah porak-porandanya negara Afghanistan. Pembaca juga diajak untuk seolah melalui mesin waktu menelusuri berbagai macam kepedihan disana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun