Mohon tunggu...
Alyaanzz
Alyaanzz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UMM

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bahaya Self-Diagnosis bagi Kesehatan Mental

28 September 2021   16:05 Diperbarui: 28 September 2021   16:11 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama : Alyaa Nuur'Izzati Zahra

NIM    : 202110230311451

Kesehatan mental akhir-akhir ini menjadi isu yang sering dibicarakan. Seiring berkembangnya zaman isu ini muncul berbagai masalah-masalah baru terkait kesehatan mental. Salah satunya adalah self-diagnosis. Self-diagnosis atau yang bisa disebut dengan mendiagnosa diri sendiri adalah proses mendiagnosa atau menyimpulkan diri sendiri mengindap sebuah ganguan atau penyakit berdasarkan informasi yang didapatkan dari teman, keluarga maupun internet,hal itu dapat berpengaruh pada kesehatan mental seseorang. Pada akhir-akhir ini banyak aplikasi atau laman internet yang menyediakan "jasa" untuk mendiagnosis diri, padahal seharusnya yang mendiagnosa mengenai kesehatan mental itu harus dilakukan oleh ahlinya.

Pesatnya perkembangan teknologi telah mengubah kehidupan manusia. Perkembangan teknologi informasi mempermudah banyak orang mencari informasi melalui internet. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pasien yang mengalami sejumlah keluhan dapat langsung menanyakan keluhannya atau membaca informasi yang berkaitan dengan keluhannya di internet ( Ryan & Wilson, 2008).

Sering kali ketika mendapatkan informasi, seseorang langsung mempercayainya tanpa mengetahui fakta sebenarnya. Hal itu mengakibatkan seseorang menjadi rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan. Banyak orang lebih mempercayai informasi yang ada di internet. Alasannya karena mereka takut apa yang dikatakan oleh dokter atau psikiater tentang keluhan mereka. Mereka takut jika ternyata apa yang dikeluhkannya merupakan gejala dari suatu penyakit yang buruk.

Informasi dari internet adalah salah satu yang mendapatkan perhatian besar bagi banyak orang. Akibatnya banyak orang yang menganggap semua yang terdapat di internet adalah benar. Dari informasi itulah yang membuat seseorang mulai "mendiagnosis" dirinya dengan data-data keluhan yang ia rasakan.

Misalnya, seseorang yang akhir-akhir mengalami perubahan suasana hati secara drastis, kemudian ia mulai mencari tahu sendiri informasi melalui internet dengan mengunakan keluhan-keluhan yang ia rasakan belakangan ini. Dari hasil pencarian, ia mendapati bahwa mengalami perubahan suasana hati secara drastis itu adalah salah satu ciri seseorang mengalami gangguan bipolar. Kemudian, ia merasa khawatir dan cemas secara berlebihan karena mengira ia mengidap penyakit bipolar. Hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan mental seseorang.

 Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya (Pieper & Uden, 2006).

Bipolar adalah suatu gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis, dari mania (sangat senang) menjadi depresif (sangat terpuruk) ataupun sebaliknya. Misalnya, ia merasa sangat senang dan disaat yang sama juga ia merasa sangat sedih. Kondisi itu disebut gejala campuran atau mixed state.

Ketika seseorang mendiagnosis dirinya terkena gangguan bipolar karena informasi yang ia dapatkan melalui internet seharusnya ia harus langsung berkonsultasi dengan menanyakan lebih detail mengenai keluhan-keluhan yang dialami  kepada dokter atau psikiater agar tidak salah ketika mengambil pengobatan dan tidak membuat kesehatan mental seseorang menjadi terganggu dan resiko mengalami kondisi kesehatan mental yang lebih parah semakin bertambah besar bila sembarangan mengonsumsi obat-obatan atau menjalani metode pengobatan yang tidak disarankan oleh dokter atau psikiater.

Daftar Pustaka

http://ilmiah.id/index.php/jeki/article/view/19

https://osf.io/6xuns/download

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun