Mohon tunggu...
Amalya Chandra Izwari
Amalya Chandra Izwari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya memasak dan bersih bersih rumah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Empati dari MARTIN HOFFMAN

18 Januari 2025   21:08 Diperbarui: 18 Januari 2025   21:08 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Martin L. Hoffman adalah seorang psikolog yang dikenal karena kontribusinya dalam memahami empati, terutama dalam konteks perkembangan moral dan perilaku prososial. Menurut Hoffman, empati didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, yang dapat dibagi menjadi dua dimensi utama: dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk memahami perspektif orang lain dan situasi yang mereka hadapi, sedangkan dimensi afektif melibatkan pengalaman emosional yang sama dengan orang lain. Dengan demikian, empati tidak hanya melibatkan pemahaman intelektual tetapi juga keterlibatan emosional yang mendalam.

 Hoffman mengemukakan bahwa perkembangan empati dimulai sejak usia dini dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Ia mengidentifikasi beberapa tahapan dalam perkembangan empati, yang mencakup global empathy, di mana anak-anak mulai merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain secara umum, hingga tahap yang lebih kompleks di mana mereka dapat memahami nuansa emosi dan situasi sosial yang lebih rumit. Proses ini menunjukkan bahwa empati bukanlah kemampuan statis, melainkan sesuatu yang berkembang dan dipengaruhi oleh pengalaman serta interaksi sosial.

Salah satu aspek penting dari teori Hoffman adalah hubungan antara empati dan perilaku prososial. Ia berpendapat bahwa empati berfungsi sebagai motivator utama untuk tindakan prososial, di mana individu merasa terdorong untuk membantu orang lain ketika mereka merasakan penderitaan atau kesulitan orang tersebut. Penelitian Hoffman menunjukkan bahwa individu dengan tingkat empati yang tinggi cenderung lebih cepat dan lebih sering memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Ini menunjukkan bahwa empati memiliki peran penting dalam membangun masyarakat yang saling mendukung.

Hoffman juga menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat empati seseorang, termasuk sosialisasi, pengalaman belajar, dan kondisi emosional individu. Misalnya, anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung pengembangan emosi positif dan interaksi sosial cenderung memiliki kemampuan empati yang lebih baik. Selain itu, mood atau perasaan seseorang pada saat tertentu juga dapat mempengaruhi seberapa besar mereka dapat berempati terhadap orang lain.

Secara keseluruhan, teori empati Martin L. Hoffman memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana empati berkembang dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami proses ini, kita dapat lebih menghargai pentingnya empati dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan perilaku prososial di masyarakat. Teori ini juga menggarisbawahi perlunya pendidikan dan pengalaman sosial yang positif untuk mendorong perkembangan empati pada anak-anak dan remaja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun