Walaupun AI bisa bantu banyak hal, tetap ada hal yang hanya bisa dilakukan oleh guru. Beberapa alasannya:
•AI tidak bisa memahami perasaan siswa
Guru tidak hanya sekadar memberikan materi, tapi juga memahami kondisi emosional muridnya. Kalau ada siswa yang sedang stres atau kehilangan motivasi, guru bisa memberi semangat. AI mungkin bisa memberi kata-kata motivasi standar, tapi tetap beda rasanya dibandingkan didukung langsung oleh guru.
•Belajar bukan hanya soal mendapatkan jawaban
Kalau semua jawaban bisa langsung diberikan AI, lama-lama kita bisa kehilangan kebiasaan mikir sendiri. Padahal, yang penting dari belajar itu bukan hanya mendapatkan jawaban, tapi juga bagaimana kita sampai ke jawaban itu. Guru mampu mengajarkan cara berpikir kritis, sesuatu yang tidak bisa diajarin AI secara penuh.
•Teknologi tidak selalu benar
Meskipun AI terlihat pintar, bukan berarti dia selalu memberi jawaban yang 100% benar. Kadang AI bisa salah paham atau memberi jawaban yang tidak sesuai konteks. Maka dari itu, guru tetap dibutuhkan untuk mengoreksi dan memastikan siswa belajar dari sumber yang benar.
Penutup
Jadi, apakah AI akan mengambil alih peran guru? Tidak juga. AI itu alat yang sangat bisa membantu dalam pendidikan, tapi tetap tidak bisa mengganti peran guru sepenuhnya.
Yang paling ideal adalah guru dan AI saling melengkapi. AI bisa dipakai untuk hal-hal teknis, sementara guru tetap menjadi sosok utama yang mengajarkan dengan hati, membantu siswa berpikir kritis, dan memberi motivasi. Dengan cara ini, pendidikan bisa semakin efektif tanpa kehilangan sentuhan manusiawinya.
Daftar Pustaka
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI