Mohon tunggu...
Lia Ananta
Lia Ananta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Media

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kilas Balik Shalimar, Parfum Favorit Soekarno yang Terinspirasi dari Kisah Percintaan Kaisar Mughal

27 Januari 2024   12:17 Diperbarui: 28 Januari 2024   20:29 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tokoh pahlawan proklamator, Soekarno ternyata lekat dengan parfum Shalimar. Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Nurny Syam menyatakan bahwa parfum bermerek Guerlain (yang mengeluarkan) Shalimar adalah kesukaan Soekarno. Bahkan aroma parfum asal Paris tersebut melekat pada memori orang-orang terdekatnya.

Legendarisitas selalu erat dengan parfum Shalimar. Parfum sensual tersebut adalah racikan aroma amber pertama Guerlain dengan aksentuasi bau bergamot, vanila, dan iris. Sungguh aroma mewah pelambang kisah percintaan yang berpijar, tetapi mistis. Bahkan aroma (Shalimar) tersebut mampu merevolusi kode penciuman (olfactory code).

Dilansir dari situs web Guerlain bahwa salah satu seri parfum Shalimar, Eau de Parfum (dalam botol semprot bervolume 50 mililiter), kini berharga 69,00 atau setara dengan Rp1.376.884,34.

Kilas Balik Parfum Legendaris Shalimar

ini-2-65b47dcac57afb4603096377.jpeg
ini-2-65b47dcac57afb4603096377.jpeg
Gambar 2. Taman Shalimar, tahun belum diketahui. [Sumber: Canva.]

Kata Shalimar yang dipilih untuk menamai parfum keluaran Guerlain berasal dari bahasa Sanskerta dengan makna kuil cinta. Nama tersebut terinspirasi dari nama sebuah taman, yaitu Taman Shalimar yang dibangun oleh Kaisar Mughal, Shah Jahan untuk istri ketiganya sekaligus terfavoritnya, Mumtaz Mahal.

Perlu kita ketahui bahwa Shah Jahan adalah tokoh yang sama dengan tokoh pembangun Mausoleum Taj Mahal untuk Mumtaz Mahal.

Pada tahun 1921, peracik parfum Guerlain, Jacques Guerlain mendengarkan kisah percintaan Shah Jahan dengan Mumtaz Mahal dari maharaja di Paris lalu ternyata kisah tersebut mampu menginspirasinya untuk meracik parfum baru yang tak akan lekang oleh waktu seperti kisah percintaan mereka. Pada proses pertama peracikan, Jacques menambahkan etilvanilin pada salah satu parfum keluaran Guerlain, Jicky kemudian pada proses kedua peracikan, Ia menambahkan berbagai bahan aroma timur yang kuat, diantaranya vanila, iris, opopanax, nilam, biji Tonka, cendana, dupa, dan benzoin. Proses peracikan tersebut menghasilkan aroma amber yang melahirkan parfum Shalimar.

Desain botol semprot Shalimar pun punya inspirator. Raymond Guerlain, sepupu Jacques adalah tokoh di balik desain botol mewah tersebut. Ia memperoleh inspirasi desain botol tersebut dari sebuah basin di Taman Mughal (terhubung dengan Taman Shalimar). Faktanya, Botol parfum Shalimar merupakan botol parfum berkaki pertama Guerlain. Selain itu, tutup botol semprot Shalimar yang menyerupai kipas terinspirasi dari ujung alat makan berbahan perak, bahkan Raymond menghiasinya dengan benang-benang sutra yang disegel dengan lilin. Guerlain mempercayakan pembuatan botol tersebut secara handmade kepada Baccarat Crystal.

Parfum Shalimar mendapatkan pujian dari Ernest Beaux, peracik parfum N 5 keluaran Chanel. Dilansir dari situs web France-Amrique, Ia berkata, "If I had used that much vanilla, I would have ended up with sorbet or custard. But Jacques Guerlain created a masterpiece, Shalimar!" yang artinya, "Jika aku menggunakan vanila sebanyak itu, aku akan selesai dengan sorbet atau kustar. Tetapi Jacques Guerlain menciptakan sebuah mahakarya, Shalimar!".

Konflik Perebutan Nama Shalimar

ini-3-65b47e8212d50f5a5402ac94.jpeg
ini-3-65b47e8212d50f5a5402ac94.jpeg
Gambar 3. Konflik Hukum, tahun belum diketahui. [Sumber: Canva.]

Pada tahun 1921, meskipun parfum Shalimar tengah mendulang kesuksesan, terdapat kompetitor yang menamai produk parfumnya dengan nama yang sama, bahkan sampai mengeklaim orisinalitasnya. Situasi tersebut mendorong keduanya pada konflik hukum hingga mendesak Guerlain untuk menamai ulang parfum keluarannya tersebut menjadi No. 90. Akhirnya, mereka menemukan titik terang dan pada tahun 1925, parfum Shalimar keluaran Guerlain memenangkan konflik tersebut. Pada tahun yang sama pula, parfum tersebut meraih International Decorative Arts Exhibition Award di Paris.

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun