Mohon tunggu...
Alya MazziyatulUlya
Alya MazziyatulUlya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

just another dreamer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Mbah Tugiyem, Seorang Penjual Camilan yang Hidup Sebatang Kara

9 Desember 2021   07:32 Diperbarui: 9 Desember 2021   07:40 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Mbah Tugiyem yang sedang menjajakan dagangannya (Foto oleh Alya Mazziyatul Ulya)

Mbah Tugiyem juga ternyata memiliki penyakit asam urat dan lambung yang mengharuskannya unuk konsultasi ke dokter di tanggal 22 setiap bulan. Untuk setiap konsultasi, Mbah Tugiyem tidak mengeluarkan uang sepeserpun berkat BPJS dan terkadang beliau diberikan uang tambahan dari dokter yang merawatnya. Beliau pergi konsultasi dengan berjalan kaki, sebab tempat tinggal Mbah Tugiyem cukup dekat dengan rumah sakit tersebut.

“Tiap saya konsultasi nggak bayar karena ada BPJS dan kadang-kadang dikasih 50 ribu sama dokter yang ngerawat saya”

Pada awal masa pandemi, wanita asal Gunungkidul ini sempat berhenti berjualan selama 3 bulan. Selama tiga bulan itu beliau hanya berada dirumah dan terpaksa harus menjual emas miliknya untuk menopang hidupnya.

“Waktu Corona itu saya enggak jualan kesini 3 bulan, dirumah aja terus mau ga mau jual emas 5 gram untuk beli makan sama beli apa-apa” Katanya.

Selepas 3 bulan itu, barulah beliau berani untuk pergi berjualan lagi. Beruntungnya, akhir-akhir ini kasus Covid-19 di Yogyakarta sudah mulai menurun jadi beliau merasa lebih lega ketika berjualan. Namun beliau tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker.

Semangat hidup yang dimiliki oleh Mbah Tugiyem ini perlu dicontoh oleh para kaum muda generasi penerus bangsa. Dimana Mbah Tugiyem meskipun telah renta dan sebatang kara namun beliau selalu berusaha dengan keras untuk memenuhi kehidupannya dan tidak bergantung kepada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun