Mohon tunggu...
Alwyn Sianipar
Alwyn Sianipar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Pembangunan Ekonomi Pedesaan Melalui Kegiatan Berbasis Teknologi Tepat Guna

14 Mei 2019   08:01 Diperbarui: 14 Mei 2019   08:11 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis oleh:

Marchio Kevin Abdul Azis, Teknik Elektro ITB

Firlia Agustin, Teknik Elektro ITB

Ahmad Ilham Ali Yafi, Teknik Kimia ITB

Ramadika Adrian, Teknik Kimia ITB

Alwyn Malvino Sianipar, Teknik Kimia ITB

Irsyad Jamil Ariza, Teknik Mesin ITB


Kepeloporan Pemuda: "Yang Muda Yang Berprestasi" dan Kontribusi Generasi Muda menuju Indonesia Emas 2045

Pendahuluan

Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia yang berada pada usia produktif (15-64 tahun) mencapai 65% dari keseluruhan penduduk (ILO, 2018). Oleh karena itu, Indonesia diproyeksikan dapat menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia dengan pendapatan per kapita mencapai $47.000 (Yulianti, 2017). 

Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, pemerintah membentuk visi Indonesia Emas 2045 dengan beberapa pilar antara lain, pembangunan SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, serta pemerataan pembangunan (Bappenas, 2017). 

Mengacu pada pilar visi tersebut, Indonesia membutuhkan SDM yang berakhlak mulia, berbudaya, serta memiliki semangat gotong royong. Bersamaan dengan hal itu, SDM harus dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang berkembang di masyarakat. 

Selain itu, diperlukan pemerataan pembangunan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan agar dapat menghadirkan keadilan dan kemakmuran sesuai dengan amanat yang tertuang pada pembukaan UUD 1945. Namun hal tersebut masih sulit dicapai, melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Oleh karena itu, penulis berupaya untuk mengangkat masalah 'pembangunan ekonomi Indonesia menuju Indonesia emas 2045'.

Metodologi

  • Jenis penelitian 

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan metode kualitatif dengan data yang diperoleh berasal dari hasil studi literatur dan studi lapangan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi atau tindakan (Moleong, 2002). 

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengikuti kaidah penelitian kualitatif yaitu merumuskan masalah pembangunan ekonomi indonesia menuju Indonesia Emas 2045 sebagai fokus makalah, mengumpulkan serta melakukan analisis data yang terdapat di lapangan, menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan kemudian memberikan rekomendasi yang dapat digunakan dan diterapkan di masyarakat. 

  • Ruang lingkup penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini "Pembentukan Karakter Milenial melalui Kegiatan Mahasiswa Berbasis Teknologi Tepat Guna dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan", penelitian berfokus pada penggunaan teknologi dalam pembangunan ekonomi indonesia menuju Indonesia Emas 2045.

  • Metode pengumpulan data

  • Studi Kasus

Metode ini bertujuan untuk meneliti suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat secara mendalam sehingga penulis dapat mengetahui latar belakang, keadaan, dan interaksi yang ada. Dengan menggunakan metodologi studi kasus ini, penulis meneliti fenomena ekonomi indonesia dalam mempersiapkan Indonesia Emas 2045. 

  • Studi Lapangan

Metode ini berfungsi untuk mengumpulkan data secara langsung ke masyarakat  dengan menggunakan teknik pengumpulan data. Pada makalah ini digunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara.

Data dan Analisis

Indonesia memiliki nilai pendapatan domestik bruto (PDB) yang tergolong tinggi yaitu 1015 miliar USD (World Bank, 2017). Namun, hal berbeda apabila nilai PDB ditinjau dari nilai perkapitanya. Nilai PDB perkapita Indonesia hanya bernilai sebesar 3974 USD yang menempati posisi keempat dari delapan negara di kawasan Asia Tenggara (Brent, 2018). 

Hal ini diperparah dengan data nilai GINI Indonesia yang bernilai 83,7 yang dapat diartikan bahwa distribusi kekayaan penduduk Indonesia cukup buruk. Kondisi ini disebabkan adanya kesenjangan yang besar antara perekonomian desa dan kota yang didukung oleh data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2017 yaitu, angka kemiskinan di desa sebesar 13,47% yang nilainya dua kali lipat dari angka kemiskinan di kota. 

Namun, kesenjangan tersebut dapat dipangkas dengan memanfaatkan teknologi karena teknologi terbukti mampu memberi nilai tambah terhadap suatu produk. Meskipun begitu, penerapan teknologi memerlukan campur tangan dari pihak tertentu. Salah satu pihak yang memungkinkan adalah generasi milenial karena mereka tumbuh pada perkembangan teknologi yang pesat (Lyons, 2004).

Generasi milenial merupakan generasi yang istimewa, karena generasi milenial merupakan generasi global pertama yang memiliki keterbukaan lebih tinggi terhadap isu-isu yang ada dan selalu mengejar tantangan baru dalam hidup (Bejtkovsk, 2016). Selain itu, generasi milenial juga dibekali dengan kreativitas yang tinggi, kemampuan untuk terus belajar hal-hal baru dan tingkat pengetahuannya yang luas akan teknologi sebagai akibat dari kehidupan sehari-harinya yang sudah terikat dengan teknologi (Bencsik dan Machova, 2016). 

Namun, generasi milenial memiliki tingkat kepedulian yang rendah terhadap kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat pedesaan (Yusuf, 2010). Berdasarkan kenyataan bahwa kesenjangan perekonomian desa dan kota dapat dipangkas dengan mengandalkan teknologi, tetapi generasi milenial sebagai pihak yang dapat mengembangkan serta memanfaatkan teknologi memiliki tingkat kepedulian yang rendah terhadap kondisi masyarakat pedesaan, Indonesia Emas 2045 yang meliputi pembangunan yang merata serta perekonomian yang kuat akan sulit dicapai.

Kondisi ekonomi merupakan salah satu parameter yang menunjukan tingkat kemajuan dari suatu negara. Beberapa parameter yang digunakan untuk melihat kondisi ekonomi suatu negara antara lain, pendapatan domestik bruto (PDB) dan GINI. Indonesia memiliki nilai pendapatan domestik bruto (PDB) yang tergolong tinggi pada angka 1015 miliar USD (World Bank, 2017). Meskipun begitu, nilai PDB tersebut akan menjadi kecil jika ditinjau secara perkapita karena jumlah populasi Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa (BPS, 2014). Bila ditinjau PDB perkapita, Indonesia menempati peringkat ke-4 se Asia Tenggara, di belakang Singapura, Malaysia, dan Thailand dengan PDB perkapita $3.974. Hal ini menandakan tingkat ekonomi Indonesia yang belum baik. Hal ini diperparah dengan nilai GINI Indonesia. GINI merupakan nilai yang menunjukan distribusi kekayaan suatu negara. Semakin tinggi nilai GINI suatu negara maka akan semakin besar ketimpangan kekayaan di dalam negara tersebut. 

GINI Indonesia mencapai 83,7. Hal ini menunjukan masih rendahnya pemerataan kekayaan di Indonesia. Salah satu alasan yang menyebabkan tingginya nilai GINI ini adalah adanya kesenjangan ekonomi antara desa dan kota. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa angka kemiskinan di desa sebesar 14,1% yang nilainya mencapai hampir dua kali lipat dari angka kemiskinan di kota (BPS, 2016). Untuk menutup kesenjangan tersebut, peran teknologi sangat dibutuhkan karena dapat memaksimalkan potensi-potensi desa.

Penulis melakukan observasi terhadap salah satu kegiatan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) di ITB yang melakukan pengabdian masyarakat dengan melibatkan peran teknologi dalam memaksimalkan potensi-potensi desa. Kegiatan tersebut berupa pengabdian masyarakat oleh mahasiswa ITB di Desa Ciporeat yang terletak di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dengan luas wilayah 558,89 hektar. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan melibatkan mahasiswa aktif jurusan sebagai eksekutor utama. 

Mahasiswa-mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini dituntut untuk menerapkan teknologi sesuai dengan bidang keilmuannya untuk meningkatkan perekonomian desa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa-mahasiswa tersebut mengembangkan teknologi reaktor biogas yang dapat mengubah limbah kotoran sapi menjadi bahan bakar gas yang dapat digunakan oleh masyarakat Desa Ciporeat. 

Teknologi ini dipilih dengan mempertimbangkan jumlah limbah kotoran sapi yang mencapai 30 kg/hari akibat mata pencaharian masyarakat pada di desa tersebut didominasi oleh peternak sapi perah (Satria dkk., 2018). Pada kegiatan tersebut, mahasiswa berperan sebagai  pembuat master plan, penggagas teknologi, pemelihara teknologi, serta pengembang teknologi. 

Saat ini, sembilan reaktor biogas telah terpasang di Desa Ciporeat. Reaktor-reaktor tersebut mampu menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan oleh warga sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk kebutuhan sehari-hari dan juga berpotensi untuk menghasilkan listrik.  

Berdasarkan observasi tersebut penulis melihat penerapan teknologi dapat memaksimalkan potensi desa sehingga dapat memberikan keuntungan ekonomi. Namun, hal lain yang penulis perhatikan adalah keterlibatan mahasiswa sebagai generasi milenial dalam mewujudkan hal tersebut.

Generasi Y atau biasa disebut dengan generasi milenial merupakan generasi yang tumbuh pada era ledakan internet (Lyons, 2004). Generasi milenial merupakan generasi global pertama yang memiliki keterbukaan lebih tinggi terhadap isu-isu yang ada dan selalu mengejar tantangan baru dalam hidup (Bejtkovsk, 2016). Generasi milenial memiliki kreativitas tinggi, kemampuan untuk terus belajar hal-hal baru dan tingkat pengetahuan yang luas akan teknologi (Bencsik dan Machova, 2016). 

Menurut Emy Siska Setyawati, seorang pakar teknologi informasi, generasi milenial merupakan generasi yang open minded terhadap perkembangan IPTEK dan menguasai teknologi. Disamping banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh generasi milenial, mereka memiliki kelemahan yaitu memiliki tingkat kepedulian yang rendah terhadap kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat, secara khusus masyarakat pedesaan (Yusuf, 2010). 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan, terdapat kesimpulan yang dapat penulis ambil. Indonesia emas 2045 merupakan harapan bangsa untuk mencapai perekonomian Indonesia yang kuat dan adil. Namun, kondisi tersebut sulit dicapai karena rasio GINI yang masih tinggi. Hal ini disebabkan adanya kesenjangan antara perekonomian di kawasan pedesaan dan perkotaan. 

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan teknologi tepat guna yang memanfaatkan berbagai potensi pada kawasan pedesaan untuk memberikan keuntungan ekonomi pada desa tersebut.  Dalam penerapan teknologi tersebut, dibutuhkan peran dari generasi milenial sebagai generasi yang open minded terhadap perkembangan IPTEK dan menguasai teknologi. Namun, hal tersebut sulit dicapai akibat rendahnya kepedulian generasi milenial terhadap kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat pedesaan.

Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang penulis paparkan diatas, penulis merekomendasikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada untuk mewujudkan Indonesia emas 2045. Penulis menyarankan untuk menggalakkan kegiatan pengabdian masyarakat pedesaan  dengan memanfaatkan penerapan teknologi tepat guna yang melibatkan generasi milenial untuk meningkatkan perekonomian pedesaan serta menumbuhkan kepedulian semangat pengembangan diri dan kepedulian generasi milenial dalam rangka menjawab visi Indonesia emas 2045 yang telah dituangkan oleh pemerintah Indonesia.

Daftar Pustaka

Bank Dunia. 2017. Indonesia: Economy. Diambil dari: https://globaledge.msu.edu/countries/indonesia/economy#source_1. 

Badan Pusat Statistik. 2014. Proyeksi Penduduk menurut Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik. 2017. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik 

Bappenas. 2017. Visi Indonesia 2045. Disampaikan pada Orasi Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Universitas Indonesia 

Bejtkovsk, Ji. The Current Generations: The Baby Boomers, X, Y and Z in the Context of Human Capital Management of the 21st Century in Selected Corporations in the Czech Republic. Republik Ceko: Tomas Bata University 

Bencsik, A. dan Machova, R. 2016. Knowledge Sharing Problems from The Viewpoint of Intergeneration Management. Hungaria: 4th International Conferenceon Management, Leadership, and Governance 

Brent, Thomas. 2018. How Southeast Asian Countries Compare on Growth and Development. Diambil dari: http://sea-globe.com/how-southeast-asian-countries-compare- growth-development.

Lyons, S. 2004. An Exploration of Generational Values in Life and at Work.  Kanada: Carleton University 

Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Nandini, Widya. 2018. Indonesia Minim Tenaga Ahli. Jakarta: International Labour Organization.

Satria, M. dan Kevin, L. 2016. Penggunaan Reaktor Biogas di Desa Ciporeat Sebagai Upaya Pembentukan Desa Mandiri. Makalah dipresentasikan pada Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo ITB 26 Oktober 2016. 

Yulianti, Rizkia. 2017. Generasi Emas Produktif, Indonesia Siap di Tahun 2045. Diambil dari https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/11/21/indonesia-bisa-lahirkan-generasi-emas-bukan-micin (23 September 2018).

Yusuf, Ilma Fatimah. 2010. Peran Pemuda dalam Pengembangan Eduwisata Energi Terbarukan dan Implikasinya terhadap Ketahanan Keluarga. Jogjakarta: Jurnal Ketahanan Nasional UGM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun