Sinar matahari pagi mulai menyinari kamar Melani melalui celah jendela yang tertutup tirai. Berkas-berkas cahayanya menyorot wajah Ari yang masih terlelap di atas kasur. Lama kelamaan, Ari terjaga dari tidurnya. Ia membuka kedua kelopak matanya.
Mata Ari langsung memicing melihat sinar mentari pagi yang menyinari wajahnya. Ari menghalaunya sesaat. Ia berbalik ke kanan ingin mengucapkan selamat pagi pada Melani.
Namun ternyata Ari tak menemukan Melani di sana. Ia hanya melihat jaket hitam milik Yandi yang Ari pinjamkan kepada Melani terlipat rapi di atas kasur. Ari mengecek ke sisi kirinya. Melani juga tidak ada. Ari pun tersadar bahwa dirinya terbaring di atas kasur seorang diri.
Ari bangkit dari posisi tidurnya. Ia memandang ke seisi kamar. Dirinya tak menemukan Melani di sana.
Ari bergegas memakai baju serta celananya yang diletakkan di bawah kasur. Ia turun dari atas kasur lalu berjalan menuju bilik kamar mandi. Ari membuka pintu kamar mandi.
"Melani?"
Ternyata Melani juga tidak ada di sana.
Ari mulai bingung. Ia kembali mengamati ke sekeliling ruangan. Kamar itu terlihat bersih dan rapi. Koper merah milik Melani pun tidak ada. Ari segera mengecek ke dalam lemari. Kosong.
Pikiran Ari mulai kacau. Ia keluar dari kamar. Ari menjelajahi seisi penginapan untuk mencari Melani. Ia tak henti-hentinya memanggil nama Melani. Namun hasilnya nihil. Ia tidak menemukan Melani dalam penginapan tersebut.
Dengan pakaian seadanya, Ari keluar dari gedung penginapan. Ia berdiri di atas trotoar yang ramai oleh pejalan kaki. Jalanan pun ramai akan kendaraan bermotor.
Di tengah kerumunan orang-orang yang lalu lalang melewatinya, Ari nampak kebingungan. Raut wajahnya cemas. Ia tak dapat menemukan Melani dimana-mana. Apakah ia pergi?