Mohon tunggu...
Alwi Rahman Kusnandar
Alwi Rahman Kusnandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi KPI Universitas Muhammdiyah Jakarta

Hanya seorang mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Pisahkan Sepakbola dan Politik Hanyalah Omong Kosong!

22 Maret 2023   15:41 Diperbarui: 22 Maret 2023   17:55 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini sedang ramai mengenai penolakan Tim Nasional Israel U-20 untuk berlaga di Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia. Hal ini mengundang pro dan kontra dikalangan masyarakat. Jika Israel tetap bisa mengikuti Piala Dunia U-20 dengan alasan bahwa sepakbola tidak bisa dikaitkan dengan politik, lantas mengapa Rusia banyak mendapat sanksi di dunia olahraga akibat keadaan politik negaranya dengan Ukraina?

FIFA sebagai induk tertinggi sepakbola selalu memberi sanksi kepada seorang atlet yang menggaungkan sesuatu yang berbau poltik. Sebagai contoh ketika Fredrich Kanoute pada tahun 2009 berselebrasi menunjukkan tulisan "Palestina" sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina. Ia mendapat sanksi karena dianggap mencampur-adukkan sepakbola dengan politik.

Hal ini berbanding terbalik ketika ada pemain yang menyuarakan mengenai dukungannya terhadap Ukraina. FIFA menganggap itu sebagai bentuk kemanusiaan. Disini terlihat jelas perbedaan bagaimana perlakuan FIFA. FIFA pilih-pilih dalam hal kemanusiaan, padahal yang terjadi pada Palestina sama seperti pada Ukraina.

FIFA pun memperlakukan Israel dan Rusia secara berbeda. Israel yang melakukan penjajahan terhadap Palestina masih bisa eksis di dunia sepakbola, sedangkan Rusia mereka banyak dirugikan, mulai dari dicoretnya Rusia dari Piala Dunia 2022 dan dilarangnya tim-tim dari Rusia untuk berlaga di kompetisi antarklub Eropa.

Kalau FIFA mengatasnamakan kemanusiaan, harusnya tidak memilah dan memilih. Memandang kemanusiaan harusnya secara menyeluruh, apakah karena perbedaan ras, agama, atau warna kulit sehingga terjadi perbedaan perlakuan? Kalau begini berarti statement FIFA mengenai sepakbola harus dipisahkan dari politik hanyalah omong kosong belaka.

Oleh: Alwi Rahman Kusnandar / Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta

Email : alwirahman281@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun