belakangan ini pandemi covid-19 menjadi buah bibir seluruh belahan dunia. Bagaimana tidak pandemi ini sukses memporak-porandakan seluruh pola tatanan masyarakat, baik itu pola politik; dengan berbagai macam pergerakannya, sebagai contoh undang-undang HIP yang menuai polemik dalam pembahasannya di tengah pandemi covid 19. Pola ekonomi; jalan ditutup, masyarakat tidak boleh keluar rumah, sehingga banyak dari sebagian masyarakat-masyarakat Kehilangan pekerjaannya dan tanpa disadari ekonomi Negara pun ikut turun secara drastis. pola agama ; umat Islam dilarang tabligh akbar, sehingga alur penyebaran nilai-nilai agama terhambat.
Terkhusus pada bidang pendidikan, juga mengalami hal yang sama di tengah pandemi ini. Adanya regulasi pemerintah tentang physical distancing, sehingga mengharuskan para peserta didik untuk belajar dari rumah ( work from home). Tentu saja Kejadian ini menuai banyak sekali permasalahan, diantaranya sebagian mahasiswa berbondong-bondong turun ke jalan menuntut keringanan biaya pendidikan dengan alasan belajar dari rumah mereka sama sekali tidak mencicipi fasilitas yang ada. Salah satu program yang tidak bisa dihindari lagi adalah sistem pendidikan Islam yang menuntut peserta didik untuk hormat dan me-mahabahkan gurunya, maka di tengah pandemi ini budaya berjabat tangan para peserta didik dengan gurunya sebagai bentuk rasa hormat penuntut ilmu dan pemberi ilmu harus hilang sementara.
Kejadian hal di atas merupakan problem pendidikan yang harus kita selesaikan bersama, dengan menjawab berbagai macam pertanyaan. Bagaimana cara peserta didik dapat belajar secara efektif di tengah work from home, dan bagaimana agar budaya di atas tidak hilang secara menyeluruh. Ajaran tasawuf menawarkan pokok-pokok ajaran yang dapat secara alternatif menjawab pertanyaan di atas.
Tasawuf adalah sebuah gerakan keagamaan yang terbesar di dunia Islam. Setelah semakin luasnya daerah penaklukan Islam, dan dengan semakin pesatnya kemajuan ekonomi. Gambaran ini tentu serupa dengan era pandemi sekarang. kehidupan masyarakatnya senang sekali tenggelam di dalam suatu peradaban yang serba instan dan mewah. Inilah yang mendorong masyarakat atau peserta didik cenderung pada sikap zuhud. Maka, ajaran tasawuf hadir sebagai penolong umat Islam agar terhindar dari sikap zuhud, dengan ajarannya yang bertujuan untuk Membina dan mendidik jiwa dalam upaya mencapai makrifatullah dengan membuka tabir dan menyaksikan langsung Apa yang sebenarnya terjadi, Serta menumbuhkan sikap keterbukaan yang tinggi dalam menyerap ilmu pengetahuan.
R.A Nicholson mengatakan bahwa tasawuf adalah hasil dari akulturasi antara pemikiran Yunani dengan agama-agama Timur, sehingga ajaran tasawuf sangatlah cocok metodenya untuk digunakan dalam pendidikan di Indonesia, yang sedang  kultur Indonesia adalah perpaduan antara Hindu, Budha, Islam dengan bantuan para Wali- Wali terdahulu.
Pokok ajaran tasawuf dengan menekankan ajaran jiwa yang mengharuskan untuk bersifat ikhlas, toleran, moderat, terbuka, dan dinamis serta tak lupa pula agamis. Maka, dengan pokok-pokok ajaran ini, tasawuf sangat cocok sekali untuk menjawab permasalahan pendidikan di era covid-19 sekarang ini.
Maka ketika peserta didik telah memahami pokok-pokok ajaran tasawuf, tidak akan lagi kaget akan perubahan sistem pendidikan, dan kultur-kultur agamis yang mereka miliki pun tidak akan luput dan hilang. Kemudian, peserta didik akan lebih ikhlas dan terbuka terhadap perubahan strategi pembelajaran dan menerima pelajaran, ditengah work from home secara intensif, praktis dan efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H