Mohon tunggu...
Nur Cahyo
Nur Cahyo Mohon Tunggu... Konsultan - HRD Koplak

Curhat HRD Koplak

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

(Resensi Buku) Berbagi Cinta di 4 Kota (Perjuangan Relawan Kelas Inspirasi)

28 Mei 2016   14:11 Diperbarui: 28 Mei 2016   14:19 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Cita-citaku ingin jadi Power Ranger”

"Power Ranger itu hebat, dia tokoh yang baik, selalu menolong temannya yang kesusahan. Terus power ranger pake topeng, jadi kalo nolong orang nggak ketauan mukanya."

Celoteh Ahmad, siswa kelas 5 SDN 7 Palembang  diteriakkannya di depan Dewi, Volunteer Kelas Inspirasi Palembang, segala keseruan menjadi volunteer ditumpahkannya di dalam buku "Berbagi Cinta di 4 Kota".  Dewi berkelana menjadi volunteer ke Bali, Jogja, Palembang dan Lombok.    

Membaca “Berbagi cinta” ini pikiran melayang membayangkan jika saya menjadi relawan seperti yang dilakukan Penulis. Pergi ke kota yang jauh (bahkan terkadang di ujung Indonesia) dengan biaya sendiri dan harus cuti dari kantor. Kemudian menjadi guru sehari di Sekolah Dasar yang bukan sekolah terpandang dengan disiplin tinggi. Terkadang bisa saja ditempatkan di sekolah dengan murid yang bandelnya luar binasa, Tapi itulah seninya. 

Mengambil latar belakang perjuangan relawan Kelas Inspirasi yang sedang kekinian. Kegiatan mengajar dari profesional untuk anak-anak usia Sekolah Dasar di seluruh Indonesia. GRATIS ! Tanpa dibayar sepeser pun. Anehnya, yang daftar jadi relawan justru antri bahkan harus diseleksi. Ya itulah Generasi Y saat ini. Penuh dengan kejutan. 

Sumarni, Calon Polwan Dari Kaki Gunung Rinjani 

Celoteh Ahmad tadi hanya sepenggal kisah di Palembang, Lain lagi dengan kisah Penulis selama menjadi relawan di Kaki RInjani alias Nusa Tenggara Barat.  Ada pnggalan kisah tentang seorang murid perempuan kelas 3 SD bernama Sumarni : 

Namanya Sumarni, badannya tegap, Cita-citanya ingin jadi polwan. Bicaranya tegas dan tatap matanya tajam. persis seperti seorang Polwan. Potongan rambutnya pendek rapi, layaknya Poilwan masa kini. Sumarni mengantarkan saya ke toilet dan menunggu di luar toilet dengan berdiri tegap, sikap sempurna, seolah memastikan bahwa guru relawan tadi aman selama di toilet. Luar biasa, anak kelas 3 SD di kaki gunung Rinjani sudah memantapkan cita-citanya sebagai polisi dan berlaku seperti Polwan. MImpi anak Indonesia yang harus diselamatkan !

Mengajar Anak SD dengan Bahasa Tarzan 

"Kakaaaaaak....wdsfsf**#$(@#(@&#(wdo)#@)()*)@#$@#$(&@#....." 

Masya Allah ! Dia mau ngomong apa ya ? Omaygot saya sedih nggak bisa mengerti bahasanya. Itu kejadian saat menjadi relawan di kelas 1 SD 2 Kembang Kuning Tete Batu Lombok Timur. Ternyata itu bahasa Sasak, anak-anak kelas 1 dan 2 di sekolah ini belum bisa berbahasa Indonesia, baru bahasa Sasak saja. Akhirnya pelajaran dilanjutkan dengan bahasa Tarzan. Saya ngomong bahasa Indonesia mereka membalas dengan 

" KJHJS&@*(#>>>SDOOS((**W)......" 

Saya balas dengan senyuman dan jawaban dalam hari 

" I love you too .... ahahaaaa " 

Pokoknya saya tidak peduli merek abicara apa, yang pasti saya amat mencintai mereka wkwwkwkwkwk....  Kemenangan untuk mereka anak-anak Sasak yang telah berhasil mengambil hati saya, dan tentunya juga kemenangan saya yang telah berhasil membuat mereka tertawa tanpa aksara namun sarat makna,

Indahnya Toleransi di SD Serai Kintamani Bali 

"saya satu-satunya yang berjilbab dan beragama Islam di SD Serai Kintamani Bali." Itu yang saya rasakan saat menjadi relawan di SD Serai bersama dengan relawan lain yang ternyata asli Bali. 

"Selamat datang bu Dewi, Assalamualaikum.... Silakan masuk...... !" 

Wuaaaaahhhh.... ini sapaan paling romantis yang saya pernah dengar haha..... 

Tiba-tiba ada seorang murid perempuan bertanya "Kaka... Kakak agama Islam ya ?  dengan senyumnya malu-malu.

"Iya, kok kamu tau ?" saya balas dengan senyuman termanis yang saya punya. 

Anak cantik itu lantas menjawab "Iya tau, karena kakak pakai jilbab. Kalau aku Hindu kak ...."

Selesai mengajar, ucapan terima kasih lagi-lagi ditujukan kepada saya, ucapan salam dalam agama Islam "Assalamualaikum" (padahal mereka satu sekolah Hindu semua). Kuat saya rasakan ini adalah ungkapan betapa mereka sangat menghargai saya dan terlebih lagi ini adalah wujud rasa bahagia atas bertemunya sesama makhluk Tuhan yang beraneka warna dan agama. 

* * * * * *

Itulah sepenggal keseruan menjadi volunteer bagi anak-anak "WORK LIFE BALANCE" rasanya itu tepat menggambarkan maraknya generasi muda yang ikutan jadi relawan kelas Inspirasi. Dalam hidup kita sering tenggelam dalam pekerjaan kantor yang rutin dan monoton. Kita perlu berbagi ilmu yang kita punya bagi generasi penerus bangsa. Kelas Inspirasi yang digagas pak Anies Baswedan ini tepat sebagai jembatan generation gap antara generasi berlimu dan generasi penerus. 

Mau tau keseruan lain jadi volunteer kelas Inspirasi... baca aja "Berbagi Cinta di 4 Kota" banyak kok di toko buku. 

dan ter-inspirasilah  !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun