“Cita-citaku ingin jadi Power Ranger”
"Power Ranger itu hebat, dia tokoh yang baik, selalu menolong temannya yang kesusahan. Terus power ranger pake topeng, jadi kalo nolong orang nggak ketauan mukanya."
Celoteh Ahmad, siswa kelas 5 SDN 7 Palembang diteriakkannya di depan Dewi, Volunteer Kelas Inspirasi Palembang, segala keseruan menjadi volunteer ditumpahkannya di dalam buku "Berbagi Cinta di 4 Kota". Dewi berkelana menjadi volunteer ke Bali, Jogja, Palembang dan Lombok.
Membaca “Berbagi cinta” ini pikiran melayang membayangkan jika saya menjadi relawan seperti yang dilakukan Penulis. Pergi ke kota yang jauh (bahkan terkadang di ujung Indonesia) dengan biaya sendiri dan harus cuti dari kantor. Kemudian menjadi guru sehari di Sekolah Dasar yang bukan sekolah terpandang dengan disiplin tinggi. Terkadang bisa saja ditempatkan di sekolah dengan murid yang bandelnya luar binasa, Tapi itulah seninya.
Mengambil latar belakang perjuangan relawan Kelas Inspirasi yang sedang kekinian. Kegiatan mengajar dari profesional untuk anak-anak usia Sekolah Dasar di seluruh Indonesia. GRATIS ! Tanpa dibayar sepeser pun. Anehnya, yang daftar jadi relawan justru antri bahkan harus diseleksi. Ya itulah Generasi Y saat ini. Penuh dengan kejutan.
Sumarni, Calon Polwan Dari Kaki Gunung Rinjani
Celoteh Ahmad tadi hanya sepenggal kisah di Palembang, Lain lagi dengan kisah Penulis selama menjadi relawan di Kaki RInjani alias Nusa Tenggara Barat. Ada pnggalan kisah tentang seorang murid perempuan kelas 3 SD bernama Sumarni :
Namanya Sumarni, badannya tegap, Cita-citanya ingin jadi polwan. Bicaranya tegas dan tatap matanya tajam. persis seperti seorang Polwan. Potongan rambutnya pendek rapi, layaknya Poilwan masa kini. Sumarni mengantarkan saya ke toilet dan menunggu di luar toilet dengan berdiri tegap, sikap sempurna, seolah memastikan bahwa guru relawan tadi aman selama di toilet. Luar biasa, anak kelas 3 SD di kaki gunung Rinjani sudah memantapkan cita-citanya sebagai polisi dan berlaku seperti Polwan. MImpi anak Indonesia yang harus diselamatkan !
Mengajar Anak SD dengan Bahasa Tarzan
"Kakaaaaaak....wdsfsf**#$(@#(@&#(wdo)#@)()*)@#$@#$(&@#....."
Masya Allah ! Dia mau ngomong apa ya ? Omaygot saya sedih nggak bisa mengerti bahasanya. Itu kejadian saat menjadi relawan di kelas 1 SD 2 Kembang Kuning Tete Batu Lombok Timur. Ternyata itu bahasa Sasak, anak-anak kelas 1 dan 2 di sekolah ini belum bisa berbahasa Indonesia, baru bahasa Sasak saja. Akhirnya pelajaran dilanjutkan dengan bahasa Tarzan. Saya ngomong bahasa Indonesia mereka membalas dengan