Mohon tunggu...
Nur Cahyo
Nur Cahyo Mohon Tunggu... Konsultan - HRD Koplak

Curhat HRD Koplak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waduh Imlek Tahun Ini Nggak Hujan Deras ?

8 Februari 2016   07:26 Diperbarui: 8 Februari 2016   10:32 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Waduh Malam imlek tahun ini kok nggak hujan deras ya ?" Keluh tetangga saya yang merayakan Imlek.

Semalam menanti sampai jam satu malam, kok ya nggak hujan deras ? Waduh tumben nih pas malam imlek nggak hujan deras. Saya tinggal di daerah Tangerang Selatan, nggak hujan. Kurang tahu kalau di daerah lain hujan turun deras.

Memang kalau dikaji secara ilmiah, diutak atik, diteliti pakai mikroskop, pakai proposal thesis, nggak ada kaitan yang bisa dijelaskan secara objektif.

Yuk kita bongkar aja sejarahnya biar nggak penasaran.  

Di Tiongkok, yang memang rata-rata bermusim salju. pada zaman dahulu dengan profesi masyarakatnya kebanyakan petani, tentunya salju sangat merugikan pertanian dan stock makaan. Turunnya hujan tentunya merupakan kebahagiaan tersendiri karena berarti sawahnya akan diairi dan kemudan bisa panen dan stok makanan berlimpah.  Saat itulah merupakan tanda musim semi tiba.

Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang utama. Turunnya hujan berarti pertanda datangnya rejeki bagi kalangan Tionghoa yang merayakan Imlek. Selain itu ada juga mitos yang mengatakan adanya keberkahan Dewa seiring dengan turunnya hujan deras. Semakin deras hujannya, semakin deras pula rejekinya.  

"Makin deras, makin kaya kita." begitu kalau kata tetangga saya

Pemerintah Cina pada tanggal 27 September 1949 menetapkan bahwa Tahun Baru Imlek merupakan awal dari musim semi, yang dirayakan oleh seluruh warganya. Biasanya imlek identik dengan berbagi ang pao (ang = merah, pao = amplop) serta warna merah yang merupakan warna yang ditakuti oleh NIan, makhluk sejenis naga yang menjadi mitos di masa lalu yang mengganggu penduduk. Saat ini Nian diidentikkan dengan Barongsai.

Mungkin masih segar juga dalam ingatan kita, pada tahun 1968 sampai dengan 1999 perayaan Imlek dilarang oleh pemerintah RI, pada era pemerintahan GUs Dur melalui Kepres 9 April 2001, keran perayaan Imlek itu dibuka. PAda tahun 2002 barulah perayaan Imlek dihitung sebagai salah satu hari libur nasional di Indonesia. Bisa jalan-jalan deh kita sekarang.

Era Gus Dur ini juga menandai kebangkitan warga Tionghoa yang selama ini umpet-umpetan dalam merayakan Imlek. Sekarang lihat saja, di semua mall pasti ada atraksi Barongsai.

Kemarin baru saja saya menerima kiriman kue bulan dari tetangga yang merayakan Imlek, hmmm saatnya berkunjung ke tetangga yang Imlek nih... Siapa tau dapat Angpao.... lumayan.

Gong Xi Fa Cai, Selamat Imlek bagi saudara-saudaraku yang merayakannya,  

Semoga hujan turun deras hari ini..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun