Kalau Gus Dur memberi hadiah di akhir masa jabatannya dengan meliburkan Imlek, SBY memberi hadiah dengan meliburkan Mayday. Kalau kita cermati, saat perayaan Mayday selalu saja masyarakat menjadi korban, kemacetan panjang mengular kemana-mana. Aktivitas bisnis otomatis lumpuh, sehingga 1 Mei pasti dunia bisnis tidak produktif. Mungkin harapannya daripada 1 Mei tidak produktif, lebih baik diliburkan saja sekalian. Semua negara di Asia juga sudah melakukan itu kan.
Oke, hari libur sudah diberikan sebagai hadiah para buruh yang suka berdemo. Apa timbal baliknya ? Jika program Masyarakat ekonomi ASEAN diterapkan pada 2015, siapkah buruh atau pekerja kita meningkatkan kualitasnya bersaing dengan buruh ASEAN ? Atau hanya bisa sekedar menari-nari di atas mobil komando dan berteriak-teriak hapus outsourcing dan upah murah versi mereka.
Sudah saatnya pemberian hadiah hari libur nasional ini diimbangi dengan tuntutan peningkatan produktifitas dari para buruh yang suka berdemonstrasi.
Ayo para aktivis buruh, tunjukkan kalau kalian tidak hanya jago cuap-cuap di atas mobil komando dan tuntut pemerintah. Saatnya aksi nyata buat Indonesia !
“Produktivitas” apa yang bisa kalian tunjukkan bagi bumi pertiwi ?
@alwayscahyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H