Bermalam di Pos 3 sangat disarankan mengingat jalur untuk ke puncakmasih sangat jauh dan menanjak. Setelah pos 3 jalur yang dilalui Pos 4 dan Pos 5 dengan jarak masing-masing 3 jam pendakian normal.
Hal yang harus diwaspadai saat bermalam adalah babi hutan, jika ada sisa makanan terutama yang mengeluarkan aroma sebaiknya dikubur atau dibuang yang jauh dari tenda. Babi hutan sangat peka terhadap aroma makanan, namanya juga babi.
Arloji menunjukkan jam 1 malam, saat yang tepat untuk melanjutkan pendakian jika kita ingin mengejar sunrise di puncak Tambora. Jalur menuju puncak dari pos 3 cenderung menanjak namun tidak terlalu banyak bebatuan sehingga mempermudah pendakian.
Aura ungu sunrise di kaldera puncak Tambora menambah suasana magis saat kami tiba di puncak Tambora atau biasa disebut Summit.
Kaldera Tambora yang menganga dengan angkuhnya berlatar puncak sejati Tambora. Kawah ini yang menjadi sumber letusan terdhasyat pada tahun 1815 sehingga menurunkan ketinggian gunung dari 4.100 m dpl menjadi 2.851 karena puncaknya amblas karena letusan. Setelah sampai di padang edelweis, masih dibutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk sampai di puncak sejati Tambora.
Kibaran bendera merah putih di puncak sejati Tambora menjadi simbol bagi semua pendaki yang telah tiba di puncak Tambora,
Inilah salah satu puncak tertinggi di Indonesia Timur.
Biasanya perjalanan ke daerah NTT selain mendaki gunung Tambora, nggak akan lengkap tanpa dilanjutkan ke pulau Komodo dan sekitarnya, yaitu Satonda, Gililaba dan Pink Beach yang keindahan pantainya masih perawan. Justru lebih banyak turis asing yang terlihat mengeksplorasi keindahannya dibanding turis lokal. Perjalanan biasanya diakhiri di Labuhan Bajo, sebuah kota pelabuhan yang menjadi titik pangkal sebelum melakukan petualangan laut.