Mohon tunggu...
Nur Cahyo
Nur Cahyo Mohon Tunggu... Konsultan - HRD Koplak

Curhat HRD Koplak

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Petualangan Anak Laut Pulau Komodo

11 Juni 2014   06:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:17 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinosaurus terakhir di muka bumi ! Itulah yang menjadi magnet bagi ribuan travelers untuk menjelajahi eksotisnya kepulauan di Indonesia timur ini. Komodo atau memiliki nama latin Varanus komodoensis atau penduduk menyebutnya “ora”, merupakan spesies kadal terbesar di dunia yang hidup liar di beberapa pulau di Nusa Tenggara.

Biasanya petualangan laut dimulai dari Labuan Bajo NTT, karena disana terdapat Bandara Komodo dengan rute penerbangan dari Denpasar, Bima dan lainnya. Labuan Bajo merupakan kota pelabuhan kecil yang memang banyak bergantung dari bisnis pariwisata. Terlihat dengan banyaknya guest house murah bagi bule-bule backpackers.

[caption id="attachment_310567" align="aligncenter" width="120" caption="Naik kapal dari pelabuhan Calabai Dompu."]

140241577733627395
140241577733627395
[/caption]

Sebelumnya team kami yang terdiri dari 18 orang baru mendaki gunung Tambora, sehingga kami memulai petualangan dari pelabuhan Calabai Dompu, tidak dari Labuan Bajo. Kapal nelayan berwarna putih bersih menjadi rumah kami selama di lautan.

“LIVE ON BOAT !” Semboyan team kami pada petualangan kali ini yang kami namakan Bajak Laut.

Oiya, sebelum lanjutkan berpetualang, yuk kita kita hitung asumsi biaya buat Petualangan Laut :

No

Kebutuhan

Biaya

1

Tiket Jakarta - Denpasar - Labuan Bajo

(asumsi dari Jakarta)

1.053.000

2

Airport Tax Jakarta

40.000

3

TRIP BY BOAT per orang

1.750.000

4

Penginapan di Labuan Bajo

100.000

5

T iket Labuan Bajo - Denpasar – Jakarta

1.053.000

6

Airport Tax :Labuan Bajo

30.000

T O T A L

4.026.000

Kalau kita rombongan besar seperti team kita kali ini yang berjumlah 18 orang, sebaiknya langsung menyewa kapal. Sewa kapal biasanya sudah termasuk makan 3 kali sehari, yang dimasak khusus oleh crew kapal.

Masakannya ? Wesss jangan salah. Kualitas koki bintang lima. Karena sering mendapat tamu bule maka koki kapal bisa memasak sampai pancake segala. Selera bule, bo.

[caption id="attachment_310569" align="aligncenter" width="160" caption="Logistik makanan di Dapur kapal, lengkap kayak supermarket !"]

14024158282134643087
14024158282134643087
[/caption]

“Nenek moyangku orang pelaut .... gemar arungi luas samudera “

Nenek moyang katanya pelaut tapi kok dari 18 orang team kami hampir 99% mual dan jackpot alias muntah di laut. Harus dipertanyakan lagu itu. Orang Indonesia kok semuanya malah mabuk laut.

Buat urusan makan di laut, kalau boleh saran sebaiknya kita hitung kemampuan perut kita. Kalau gampang mual dan mabuk laut mendingan jangan makan banyak-banyak. Secukupnya aja atau lauknya saja.

Satu hal yang nggak boleh ketinggalan kalau mau berpetualang dan hidup di kapal kayak nelayan. “Bawa Jepit Jemuran”

Lho kok ?

Biar kalau nanti habis snorkeling, diving atau main di pantai, langsung jemur aja baju di kapal. Kalau nggak bawa jepit jemuran ? siap-siap aja baju melayang-layang di samudera Hindia. Tau-tau sampe di Australia aja tuh baju.

[caption id="attachment_310570" align="aligncenter" width="160" caption="Suasana kapal sudah kayak kapal pengungsi. Penuh jemuran."]

1402415875352792357
1402415875352792357
[/caption]

Menguak Misteri Pulau Satonda

Pulau Satonda menjadi Pulau persinggahan pertama kami, keunikan dari pulau Satonda yang memiliki luas 2,5 km2 adalah adanya danau air asin yang ada di tengah danau. Konon danau air asin ini terbentuk karena luapan air laut yang terperangkap dalam danau saat gunung Tambora meletus pada 1815.

[caption id="attachment_310571" align="aligncenter" width="448" caption="Danau air asin di tengah pulau Satonda yang penuh misteri."]

1402415940750078440
1402415940750078440
[/caption]

Yang masih menjadi misteri adalah tingkat keasinan air di danau ini sangat pekat, bahkan ada cerita seorang peneliti yang menyelam terlalu dalam meninggal karena pekatnya keasinan airnya. Anak-anak laut hanya berhenti sebentar untuk berfoto di pinggir danau karena perjalanan masih jauh.

Ada lagi yang menjadi misteri, adanya pohon Kalibuda, dimana menurut mitos kalau kita gantungkan batu kecil di pohon dan ucapkan keinginan kita, maka akan terkabul.

Namanya juga mitos... Silakan kalau mau percaya atau tidak.

Mendaki Puncak Pulau Gililaba

Setelah semalaman bergulat dengan mabuk laut, pagi berteman sunrise, pulau kedua yang kami kunjungi adalah pulau Gililaba. Pulau yang tidak berpenghuni ini terkenal keindahan panorama perbukitan tanpa pohon besar dengan latar belakang selata di Gililaba.

Eksotis ! Ini baru Indonesia ....

[caption id="attachment_310573" align="aligncenter" width="120" caption="Memandangi laut dari puncak bukit Gililaba."]

1402416068943240994
1402416068943240994
[/caption]

Mendaki puncak bukit tertinggi menjadi agenda wajib jika kita silaturahmi ke pulau dengan pemandangan laut yang eksotis ini. Dari puncak dapat terlihat seluruh kepulauan yang ada di sekitar pulau Komodo.

[caption id="attachment_310576" align="aligncenter" width="160" caption=" Kami bertemu dengan rombongan kapal lain yang penuh bule. Terkadang muncul perasaan ironis, bule lebih banyak menjelajahi pulau-pulau Nusantara kita, sementara turis Indonesia ditemukan lebih banyak mengaduk-aduk barang sale di orchard road atau Disneyland Hongkong."]

14024161061178283148
14024161061178283148
[/caption]

Suruh nyebur ke laut ? Takut item ..... Biasanya begitu alasan kebanyakan turis Indonesia tentang wisata laut. Kalaupun pergi ke laut, perbekalan payung teh botol segede tombak Gajah Mada dan sunblock-nya menuh-menuhin tas.

Dari Gililaba kapal bertolak ke pulau Komodo berjarak kurang lebih 1 jam, karena padatnya pulau sehingga perjalanan menggunakan kapal tidak terlalu berombak, karena kita mengarungi selat.

Berjemur di Pantai Merah alias Pink Beach

Pantai ini lebih terkenal dengan pink beach. Yap, disebut pink beach pastinya karena warna pasirnya merah muda atau pink. Orang lokal menyebutnya Pantai Merah, coba pegang pasirnya maka akan terlihat bulir-bulir merah di antara pasir yang konon berasal dari batu karang yang hancur terkikis oleh waktu.

Datanglah pada saat pagi hari maka keindahan pasir merahnya akan sangat terasa. Underwater snorkling-nya juga boleh diadu di pantai merah ini.

[caption id="attachment_310578" align="aligncenter" width="160" caption="Belum ke pulau Komodo kalau belum menggenggam merahnya pasir di pink beach. ."]

14024162541902827924
14024162541902827924
[/caption]

Ironisnya Fasilitas Wisata di Pulau Komodo Finalis Seven Wonders

14024161432072664345
14024161432072664345
“Kenyataan nggak seindah mimpi” Rasa itu yang terbersit di benak ketika berlabuh di pulau yang masuk sebagai finalis Seven Wonders ini.

Merapat di pelabuhan Pulau Komodo, langsung terbersit di benak saya :

“Begini lokasi wisata kelas dunia ?”

Kalau boleh saya pingsan di tempat , saya pingsan di tempat saat itu juga.

Bayangan masuk ke sebuah pulau serasa Jurassic Park ternyata tidak seindah harapan. Beberapa fasilitas yang ada tampak sudah tidak terawat lagi, seperti kamar mandi dan fasilitas restoran. Rasanya perlu pembenahan lebih serius jika ingin pulau kebanggaan masyarakat Indonesia ini lebih dikenal dunia.

[caption id="attachment_310584" align="aligncenter" width="120" caption="Menyusuri track dengan ditemani ranger."]

1402416465888886752
1402416465888886752
[/caption]

Dengan ditemani Ranger atau pemandu wisata, kami mengitari pulau Komodo melalui jalur setapak, yang juga tampaknya kurang tertata dengan rapi. Nggak terlihat bahwa jalur setapak tersebut merupakan lokasi wisata kelas dunia. Nggak ada papan-papan petunjuk atau fasilitas seperti WC yang memadai yang menandakan Pulau Komodo layak masuk dalam The Seven Wonders atau minimal masuk ke destinasi wisata kelas dunia.

[caption id="attachment_310582" align="aligncenter" width="120" caption="Faislitas di Pulau Komodo yang tidak terawat dengan baik."]

14024164321620186652
14024164321620186652
[/caption]

Masalah bertemu Komodo pun sama. Coba, apa alasan utama kita ke Pulau Komodo? Pasti silaturahmi sama juragannya pulau yaitu si Komo alias Komodo.

Ho ho ho...

Menurut ranger melihat Komodo pun untung-untungan, bisa ketemu bisa tidak, karena Komodo ini memang dibiarkan hidup liar. Beruntung kami bertemu dengan 2 ekor Komodo yang sedang cari angin sore di sekitar kantin di pulau.h

[caption id="attachment_310585" align="aligncenter" width="160" caption="Selfie bareng Komodo yang ditemukan di bawah lokasi cafe dan WC yang kurang terawat."]

14024165091630008287
14024165091630008287
[/caption]

Saya nggak bisa membayangkan jika ada turis dari Eropa yang sudah datang jauh-jauh ke Pulau Komodo tapi nggak ketemu Komodo satu ekor pun, pasti kecewa.

Harusnya ada suatu rekayasa atau inovasi sehingga semua turis yang datang bisa puas datang ke lokasi wisata yang sering menjadi persinggahan kapal pesiar besar ini.

Kalau boleh usul siapa tahu tulisan ini dibaca oleh menteri pariwisata atau capres yang peduli sama pengembangan wisata Indonesia timur.

Coba deh nonton film jadul Jurasic Park. Di film itu terlihat bagaimana tour ke Jurassic Park sebelum masuk melihat Dinosaurus, pengunjung diajak melihat bagaimana proses bertelur Dinosaurus melalui sebuah film dan diorama sehingga pegunjung memiliki pemahaman yang cukup tentang Dinosaurus, baru kemudian masuk ke hutan daerah Dinosaurus. Ingat kan adegan saat Dinosaurus ngejar-ngejar jeep di hutan.

Kami agak kecewa dengan kunjungan ke Pulau Komodo ini, akhirnya kami mengobati kekecewaan kami dengan berfoto di spanduk-spanduk yang bergambar komodo dan membeli kaos souvenir di pusat souvenir yang ada. Ayo ayo ditunggu capres yang bisa kembangkan wisata di Indonesia Timur.

Bermalam di Kapal di Pulau Kalong

Tidur di kapal serasa di hotel berbintang. Maksudnya tidur di dak kapal sambil melihat bintang-bintang di langit. Malam ini agendanya adalah bermalam di atas kapal di perairan pulau Kalong. Bukan hanya kapal kami saja yang bermalam di kapal, hampir semua kapal melempar jangkar di perairan ini, untuk berangkat kembali esok pagi.

“Mancing mania !” Teriak rekan-rekan team yang memang membawa alat pancing. Untuk membunuh waktu kami mencoba mengisi waktu dengan memancing. Lumayan saya dapat ikan kakap merah yang langsung digoreng buat makan malam.

Kalau kapal kami membunuh malam dengan memancing, lain lagi dengan kapal sebelah yang penuh bule.

“Dugem bro di atas kapal ! Ajep... ajep...”

Ya mereka menyetel musik mulai dari Farel sampai lagu-lagu Disco jadul dan teriak-teriak nikmati malam. Namanya juga bule gila, jam 12 malam kami mendengar bunyi

“Byuuurrrr....”

Ternyata ada bule yang nekad nyebur ke laut. Mungkin sudah kepanasan dugem sambil nge-bir di kapal.... Bingung mau ngapain ? nyebur deh.

Cahaya Jingga sunrise membangunkan lelap kami setelah tidur berteman angin laut di kapal. Saya nggak menyiak-nyiakan sunrise ini untuk segera sholat subuh. Petualangan memang bukan alasan untuk meninggalkan ibadah, justru menjadi sarana untuk meningkatkan rasa syukur kita pada sang Pencipta.

Sholat subuh dan mengaji di anjungan kapal memberi makna yang dalam bagi saya. Di tengah lautan dan keindahan sang penguasa alam, kita ini hanya tetesan air kecil di tengah lautan. Apa yang bisa kita sombongkan selain bersujud padaNya.

[caption id="attachment_310586" align="aligncenter" width="160" caption="Lagi sholat subuh, ada aja yang foto. Khusyuk nggak ya sholatnya?"]

14024165352079716414
14024165352079716414
[/caption]

Kewalahan Hadapi Komodo di Pulau Rinca

“Dream come true! Ini baru lokasi wisata kelas dunia.”

1402416660849166945
1402416660849166945
Begitu teriak saya ketika kapal merapat di pelabuhan Pulau Rinca. Nama lain dari pulau Rinca adalah Loh Buaya. DI pulau ini juga banyak terdapat Komodo, bedanya kalau di pulau Komodo, komodonya sudah banyak yang tua dan besar jadi susah jalannya. Kalau di sini masih muda dan gesit jalannya.... Jadi baek baek tuh kaki kalau melangkah.

Secara fasilitas yang ada seperti kamar mandi dan cafe juga sangat layakuntuk disambangi bule-bule dari seluruh dunia. Nuansa batu dan tropis gaya bangunan-bangunan barunya. Sepertinya pemerintah memang mengarahkan pembangunannya di pulau ini.

1402416694778160327
1402416694778160327

Baru masuk pulau, kami sudah disambut oleh uwak Komodo yang sedang sunbathing. “Everyday is holiday” kata uwak Komodo.

Jalur track di Pulau ini juga benar-benar asyik buat berpetualang, setelah melalui hutan yang lebat, kami kesenangan saat melewati padang rumput di perbukitan. Memang jarang banget Komodo yang sampai naik ke perbukitan ini. Pemandangannya itu lho. Selat pulau Rinca yang indah, nggak mungkin nggak ngeluarin kamera di bukit ini.

Ayo pak JK rapiin lagi pulau Komodo dan wisata Indonesia Timur kalau kepilih. Potensinya besar banget. Bandingin sama Singapur yang harus impor pasir dari Indonesia buat nguruk pantai buatan di Santosa Island Singapur. Masak kalah sama pantai buatan ?

Maluuu...

Senja di Labuan Bajo

“Akhirnya .... daratan..... warung baso tunggu kami....!”

Semarak pelelangan ikan di pelabuhan Labuan Bajo seolah menjadi tarian selamat datang bagi team setelah kapal melempar sauh di pelabuhan Labuan Bajo. Seperti anak udik yang baru datang ke kota, kami terpana melihat banyaknya kapal berlabuh dan kota yang ramai di Labuan Bajo. Maklum seminggu habis dari gunung dan di kapal, liat kota kecil kayak liat kota New York. Pokoknya udik deh.

[caption id="attachment_310591" align="aligncenter" width="160" caption="“Sampai kota jugaaaaa...Mau beli basooooo”"]

14024168221615670606
14024168221615670606
[/caption]

Labuan Bajo merupakan kota kecil di Flores Nusa Tenggara Timur. Kota ini ngetop karena menjadi destinasi awal bagi para turis yang akan memulai petualangan lautnya. Selain petualangan laut, ada juga desa di atas awan yaitu “Wae Rebo” yang terkenal.

Turis yang dominan terlihat di Labuan Bajo justru turis asing, makanya banyak guest house dan cafe-cafe yang bernuansa bule terlihat di sepanjang jalan pantai di Labuan Bajo.

Kelihatannya Labuan Bajo digadang-gadang pemerintah untuk mengalihkan luapan turis asing dari Bali dan Gili Terawangan. Buktinya Bandara Komodo sudah dipercantik sesuai dengan standar internasional. Mantapssss.... Jangan mau kalah sama Malaysia yang serius menggarap pariwisatanya.

1402416802826080828
1402416802826080828

Lelah kami berpetualang kami tutup dengan jajan seafood di Kampung Ujung Labuan Bajo, tempat jajanan pinggir jalan sekaligus pusat keramaian di labuan Bajo.

Indonesia Timur kita sangat indah dan punya potensi besar untuk digali lebih dalam untuk lebih mengenalkan Indonesia di tingkat dunia. PR terbesar menurut saya adalah meningkatkan minat turis lokal untuk lebih banyak explore keindahan alam negerinya sendiri.

“Nenek moyangku orang pelaut” Inget man nenek moyang kita orang pelaut. Masak generasi sekarang kagak kenal laut. Malah bule yang lebih kenal lautan dan kepulauan kita.Ayo masukkan “jelajah alam Indonesia” dalam agenda wisata kita, selain ke Lego land Malaysia atau shopping Orchard Road.

Jangan sampai kayak gamelan, yang menjadi mata pelajaran di Belanda dibandingkan di negerinya sendiri. Jangan sampai kita nanya soal wisata Pulau Komodo ke orang Eropa yang lebih paham.

14024168431473406595
14024168431473406595

"Jelajahi Negeri Kita sendiri, sebelum orang bule lebih paham soal negeri kita !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun