Mohon tunggu...
Nur Cahyo
Nur Cahyo Mohon Tunggu... Konsultan - HRD Koplak

Curhat HRD Koplak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

(Curhat HRD Koplak) Menghadapi Lawakan Om-Om

11 Januari 2015   12:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:22 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti pernah dong dalam situasi lawakan-lawakan sejenis itu pas lagi ngobrol-ngobrol di kantor. Atau malah anda sendiri yang ngelawak gaya gitu ? nah berarti anda tergolong ke dalam golongan om-om.

Biar kita nggak kejebak jadi garing dengan lawakan om-om. Yuk kita perhatiin Ciri-ciri lawakan om-om :



  1. Yang ngelawak biasanya mengakhiri dengan ketawa atas joke-nya sendiri

    Contoh : “Kamu masih ABG ya ? Angkatan Babe Gue. Ha ha ha ha “

    ( asli... ini lawakan paling parah sedunia akhirat. Sah-sah aja kalau mau ngegebukin orang yang masih ngelawak kayak gini.) 


  2. Bahan lawakan sangat pasaran dan dibawakan sejuta umat dari jaman uang jajan masih lima perak dulu.

    Contoh : “Mau ke kebun binatang ragunan ? Mau nengok uwak ya ? ha ha ha.”


  3. Bahan lawakan terkadang copy paste dari apa yang dibaca di BBM atau internet

    Contoh : “Aku punya cerita lucu nih kawan-kawan. Disebuah desa ada lapor ke pak haji. “Pak hajiiii anakmu main judi” kata pelapor. “Astagfirullah” jawab pak haji. “Tapi menang pak haji” balas pelapor. “Alhamdulillaaaah” jawab pak haji.


  4. Bahan lawakan biasanya nyerempet-nyerempet ke porno tapi garing.

    Contoh : “Ayo ada yang tau nggak. Apa bedanya jam 12 siang sama jam 12 malem ? Pada nggak tau kan... bedanya kalau jam 12 siang itu bunyinya neng.. neng... neng... Kalau jam 12 malem itu bunyinya neeeng... neeeng bukain pintu neng...”

    Perhatiin deh, yang paling seneng ngelawak nyerempet porno itu pasti om-om. Kenapa ya. Kalau yang ngelawak porno om-om pasti nggak ada yang berani negur, paling banter yang dengerin diem aja. Dhasyatnya jadi om-om.


  5. Biasanya lawakan om-om ini dibawakan kalau lagi ada acara meeting atau lagi ada seminar. Supaya presentasinya nggak garing biasanya menceritakan lawakan-lawakan yang diambil dari buku humor, BB group atau postingan internet, yang mungkin para pesertanya juga udah pada baca humor yang sama. Hebatnya, masih pada ketawa juga audiensnya. Memang dhasyat lawakan om-om ini.


  6. Pendengarnya (yang biasanya anak buahnya atau umurnya lebih junior) akan berkomentar :

    “Ah bapak bisa saja” atau “bapak ada-ada aja nih.”


Nah kalau anda termasuk salah satu yang pernah ngelawak dengan ciri-ciri diatas, nah itu dia namanya lawakan om-om. Dimana teman-teman anda tertawa tapi sebenarnya basa-basi untuk menghormati atau nggak enak sama anda. Nggak original .... nggak asyik ah..

Terus gimana caranya biar kita nggak kejebak ke dalam golongan lawakan om-om kayak gini ?

"Tampil apa adanya dan FRESH". Itu merupakan tips paling jitu supaya kita tidak terjebak ke dalam golongan lawakan om-om. Berusaha lucu dengan mengambil materi humor yang sudah pasaran ayo kita tinggalkan. Ciptakan joke-joke baru yang khas punya kita sendiri. Caranya ? ya harus sering berpikir kreatif dan beda. Selain itu ya harus berani Pede dengan lawakan khas kita sendiri saat bersosialisasi dengan teman, kalau garing ya resiko. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun