oligarki politik di Indonesia berpengaruh pada generasi Z dan Milenial dinegara kita?
Seberapa besar isyuBanyak para pengamat yang sudah membahas tentang Oligarki politik yang akhir-akhir ini mengemuka lagi di jagat perpolitikan Indonesia. Mungkin dikaitkan dengan skenario skenario tertentu tingkat elit para politikus yang terjadi.
Pengertian oligarki menurut istilah yang di Copas dari internet adalah adalah bentuk struktur kekuasaan di mana kekuasaan berada di tangan segelintir orang. Orang-orang ini mungkin atau mungkin tidak dibedakan oleh satu atau beberapa karakteristik, seperti bangsawan, ketenaran, kekayaan, pendidikan, atau kontrol perusahaan, agama, politik, atau militer.
Dari definisi diatas bisa di review lagi ingatan masing-masing apa yang terjadi disekitar kita atas sifat para politisi di level atas yang rata-rata membangun dinasti sendiri.
Apa boleh hal tersebut? Kalau mau di jawab boleh atau tidak itu relatif tergantung kita menyukai arah dan arus yg mana yang kita mau ikuti.
Di era informasi dan teknologi yang begitu cepat dan terbuka kita bisa mengukur seberapa jauh dan dalam isyu-isyu elit ini dikonsumsi oleh masyarakat
Pada mesin pencarian gratis Google trend isyu "ruwet" dengan istilah-istilah politik yang rumit tidak menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia  misalnya dalam 1 minggu terakhir ada peristiwa politik besar di Indonesia pendaftaran Calon Presiden Indonesia ke komisi pemilihan umum mulai dari pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming rating di search engine pencarian kalah jauh dari indeks pencarian Braga vs Real Madrid liga champion Eropa sana dan bukan Big Match atau dengan pertandingan clubnya Ronaldo An-nasrr melawan Al-Duhail di kerajaan Arab Saudi sana yang juga memperoleh share indeks yang begitu tinggi
Mungkin tidak relevan membandingkan isyu politik dengan ketertarikan para pengguna internet di Indonesia terhadap sepak bola. Tapi ini bisa jadi rujukan bahwa dari kesibukan para elit politik yang berusaha mencari formulasi bagaimana memenangkan jagoan masing-masing dan meraih kepercayaan publik sesungguhnya ada rakyat yang tiap hari berkutat juga dengan kesibukan masing-masing, di saat para Fresh graduate yang baru mendapatkan pekerjaaan pulang dengan angkutan umum, naik kereta atau terjebak macet di jalanan mereka cenderung pencari penghiburan daripada ikut memikirkan hal ruwet dengan istilah-istilah rumit seperti oligarki, dinasti dll, mungkin saja mereka akan lebih familiar dengan istilah sultan, youtuber berpenghasilan milyaran dan sederet video-video pendek lucu berdurasi paling maksimal 1 menit. Di Generasi Z dan belia dimana Quota internet menjadi kebutuhan utama kalau kita saksikan disekitar para remaja rerata menghabiskan bekal Quota mereka yang seharga berapa liter beras itu dengan bermain game online. OK bisa jadi banyak juga  pemuda milenial dan generasi Z yang tertarik pada dunia politik dan berkumpul dan tergabung dalam parpol tapi bila dihitung lagi dengan mesin pencarian dengan platform yang berbayar ternyata jumlahnya dengan pengguna sosial media di usia 21-30 yang minus manus berjumlah 100 Juga orang tidak sampai 20% tertarik membicarakan dunia politik dan kalau ditarik lagi dengan penjelasan diatas 80% membicarakan hal lain termasuk sepak bola,games online yang menjadi kasta tertinggi dari pembicaraan generasi Z dan milenial.
Menuju Indonesia emas 2045 dimana 100 tahun kemerdekaan Indonesia dirayakan perlu kualifikasi generasi anak bangsa yang kuat dan matang untuk menyongsongnya generasi games,bola dan sosial media ini tidak bolehlah kaleng-kaleng dan harus diperhatikan oleh para pemimpin-pemimpin yang diusung dari oligarki politik tertentu atau semoga yang menang adalah mampu membawa Indonesia Unggul dalam segala bidang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H