Mohon tunggu...
Muhammad Ihsanul Wathony
Muhammad Ihsanul Wathony Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk kebaikan

Berjuang bersama dalam setiap kesempatan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menghormati Merah Putih di Luar Negeri

20 Agustus 2023   06:39 Diperbarui: 20 Agustus 2023   07:10 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh di dusun di Pulau Lombok Dusun Sengkol 1 Desa Aik Dareq Kecamatan Batukliang Lombok Tengah NTB akhir tahun 80-An Menjelang 17 Agus tua ramailah di desa kami, bendera merah putih berkibar di setiap rumah di tingkat dusun puluhan kegiatan di gelar mulai dari lomba makan kerupuk sampai panjat pinang tarik tambang  dll, di tingkat desa sampai kecamatan ada lomba gerak jalan lomba masak dan karnaval budaya serta puncak acara apel bendera dilapangan kecamatan dengan peserta seluruh sekolah di kecamatan kami.

Meriah dan khidmat dengan masyarakat begitu menikmati kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pahlawan Kusuma Bangsa.

Pada masa itu TVRI adalah satu-satunya media masyarakat dusun dan kamipun bisa menyaksikan kemeriahan Agustusan di Istana merdeka itupun dengan yang memiliki TV hanya beberapa orang saja.

Menyebut Jakarta dan istana serta Presiden sangat familiar bahkan pada waktu itu kita bahkan bisa menghafal dan menyebut nama-nama menteri yang hadir di Apel bendera.

Salah satu kementerian yang paling saya ingat adalah Depertemen Transmigrasi dan pemukiman perambah hutan dimana imajinasi masa kecil saya waktu itu Perambah hutan saja di fasilitasi oleh negara ditambah lagi banyak keluarga yang bertransmigrasi di masa itu.

Pada suatu hari ketika kami anak-anak ingusan pemburu cerita dari pemuda-pemuda dusun yang pernah nyebrang kerja di pulau Jawa dan ibukota  kumpul-kumpul di dekat tanah lapang yang ada bak penampung air yang dipapan namanya tertulis "Penampungan Air ini dibangun atas partisaipasi masyarakat dan AMD (ABRI Masuk Desa" berkumpul dan mendengar cerita tentang Wah dan Megahnya Jakarta.

Tetiba seorang yang kami panggil  "Paman" nimbrung dan menyela cerita, dan bilang , kalau paman ini pengen betul keluar negeri katanya.
Biar kita bisa lihat betapa luasnya Bumi Tuhan ini lanjutnya. Kami para bocil hanya ngangguk-ngangguk.

Berapa waktu kemudian kami dengar cerita bahwa sang paman akan bertransmigrasi dan akan diantar ke pelabuhan, sesuai tradisi didusun kami maka beramai-ramailah masyarkat tua muda untuk ikut ke pelabuhan Lembar di Lombok Barat termasuk para bocil yang merengek harus diikutkan sekaligus Pesiar dan melihat kapal angkut besar Legendaris yang bernama kapal Kalimutu.

Setelah pada hari keberangkatan sesampainya di pelabuhan singkat kata setelah peluk-pelukan cium tangan dan haru melanda naiklah sang paman serta rombongan ke Kapal Kalimutu tersebut.

Berjejerlah para pengantar menghadap kapal sambil dadah-dadah melambaikan tangan kayak di film-film tersebut.

Dari kejauhan nampak sang paman naik ke Dek kapal kemudian mengambil sikap sempurna menghadap ke tiang bendera di depan kantor pelabuhan tersebut dan menghormat ke bendera merah putih yang berkibar dengan perwira-nya.

Setelah bertahun-tahun kemudian di pertengahan tahun 90-An ketika bocil-bocil beranjak remaja dan masih dengan tradisi yang sama kumpul-kumpul dengar cerita yang walaupun di tambah dengan membawa cerita sendiri dari tontonan dari beberapa Film-film dari TV Swasta tetapi cerita dari orang-orang yang pernah keluar daerah masih tetaplah lebih menarik.

Dan sang paman yang pergi bertransmigrasi yang pernah kami antar ke pelabuhan kebetulan juga lagi pulang kampung dan dia pun semangat 45 bercerita tentang perjalanan-nya keluar daerah dulu dengan memakai kapal Kalimutu tersebut.

Dia bilang dulu dia kira istilah Transmigrasi itu adalah istilah Bahasa Inggris dan kepergiannya ke Kalimantan itu adalah keluar negeri namun ternyata Indonesia itu sangatlah luas dan Kalimantan itu ternyata bagian dari Indonesia.

Kami yang mendengar cerita tersebut akhirnya baru paham ternyata sang Paman dulu naik ke atas Kapal Kalimutu dan mengambil sikap Hormat ke Bendera merah putih tersebut karena dia pikir dirinya akan pergi Bekerja ke luar negeri walaupun itu adalah Kalimantan Timur.

Yah untuk mendapat cerita itu saja kami butuh bertahun-tahun untuk paham berbeda dengan sekarang di era teknologi canggih informasi bisa berseliweran dan cepat di dapat dan bahkan  di Kalimantan timur dekat tempat transmigrasi sang paman bahkan oleh Presiden Jokowi akan menjadi Ibu Kota Negara yang baru dan tentu tidak ada lagi generasi baru di Indonesia di luar Jakarta , Jawa dan Lombok yang menganggap bahwa ke Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua dll itu adalah bepergian ke luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun