Mohon tunggu...
Alwan
Alwan Mohon Tunggu... Sejarawan - Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Budak ti Lembur

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Filsafat

19 Desember 2021   20:25 Diperbarui: 19 Desember 2021   21:32 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, filsafat bukanlah sesuatu hal yang asing ditelinga, karena sejatinya, kita senantiasa berfilsafat dalam menjalani kehidupan ini.


Mungkin, kita sepakat bahwa makna kata filsafat itu sendiri merupakan sebuah kecintaan terhadap kebijaksanaan, sebagaimana kita memahaminya dalam kegiatan pembelajaran di bangku sekolah.


Dalam Bahasa Arab, kata filsafat disebut dengan falsafah, yang berarti hikmah. Sedangkan dalam bahasa Yunani, yaitu Philo dan Sophia, yang berarti pengetahuan atau hikmah. Dengan demikian, timbulah pemahaman bahwa filsafat diartikan sebagai sebuah kecintaan terhadap kebijaksanaan atau kebenaran.


Berbicara filsafat, artinya berbicara tentang segala sesuatu yang tampak atau ada dengan yang tak tampak atau yang dimungkinkan keberadaannya. Yang tampak ada adalah yang terlahir dengan sendirinya, yaitu yang berwujud oleh wujudnya sendiri. Segala keyakinan yang mengatakan bahwa dia ada tidak dapat menjadikannya ada. Dikatakan atau tidaknya suatu keberadaan, ia sejatinya ada. Adapun yang dimungkinkan adanya, ia belum tentu ada atau bahkan tidak ada, karena ada atau tidaknya tergantung pada realitas keberadaanya.

Dengan demikian, kemungkinan adanya adalah menjadi ada jika keberadaanya empiris, walau pada mulanya hanya dimungkinkan dalam ketiadaan bentuk dan rupa. Sedangkan yang sejak awal sudah tampak bentuk dan rupa, keberadaanya sudah tentu nyata.


Terlalu kerdil jika kita menganggap bahwa pemikiran filsafatis hanya dimiliki oleh tokoh-tokoh pemikir yang terkemuka. Anggapan ini hendaknya dicuci bersih dengan pemikiran yang terbuka luas.

Setiap manusia tentu seorang filsuf bagi dirinya sendiri, bahkan bagi lingkungannya. Setiap manusia yang mampu mengolah segala yang dipikirkan, sehingga lisan dan tindakannya tidak melukai orang lain atau bahkan menimbulkan kekacauan di lingkungan masyarakat, sejatinya ia adalah seorang filsuf, karena ia telah berhasil mencapai tindakan terbaik pada inti yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun