Mohon tunggu...
Alvynia Vinthesa Fahmi
Alvynia Vinthesa Fahmi Mohon Tunggu... -

Planologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Siap Urbanisasi

12 Desember 2017   12:22 Diperbarui: 12 Desember 2017   13:10 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, ibu kota Negara Indonesia yang kerap disapa sebagai "J-Town" dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa menawarkan berlimpah macam pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan hidup, tentu menjadi pusat perhatian penduduk di Indonesia. Mengadu nasib, puluhan bahkan ratusan ribu orang berbondong-bondong mendatangi kota ini dengan keinginan untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan hidup. Kegiatan perpindahan masyarakat dari desa ke kota ini disebut dengan istilah "Urbanisasi".

Indonesia mengalami urbanisasi paling cepat di Asia-- dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 4,1% di tahun 2016 (Bank Dunia). Faktor utama yang menyebabkan tingginya tingkat urbanisasi di Indonesia adalah tidak meratanya pembangunan infrasktuktur yang hanya dipusatkan di kota-kota besar, terutama di Pulau Jawa. Kesenjangan pembangunan antar wilayah merupakan pemicu dari keinginan masyarakat desa untuk datang ke kota, walaupun dengan tangan hampa.

Namun faktanya, urbanisasi yang terjadi di Indonesia tidak memberikan keuntungan yang besar bagi wilayah tujuan urbanisasi dan pelaku urbanisasi sendiri. PDB per kapita yang diperoleh Indonesia, yaitu hanya 4% dari setiap 1% pertumbuhan urbanisasi, memiliki nilai lebih rendah dari Thailand 7%, Tiongkok 10%, dan India 13% yang sebenarnya tingkat pertumbuhan urbanisasinya lebih rendah dari Indonesia. Hal ini menunjukkan tidak efisiennya kegiatan urbanisasi di negara ini, padahal urbanisasi yang terjadi di Jakarta menyebabkan adanya bonus demografi yang sangat menguntungkan jika diiringi dengan produktivitas yang tinggi.

Tiap tahun, pelaku urbanisasi yang berharap agar hidupnya lebih layak dan sejahtera dengan datang ke Jakarta nyatanya tidak langsung mendapat pekerjaan. Kegiatan urbanisasi tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas hidup, peningkatan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan pendatang maupun wilayah tujuan urbanisasi. Kasus ini terjadi karena pelaku urbanisasi datang ke Jakarta dengan keadaan tidak memiliki keterampilan atau yang disebut unskilled labour. Padahal, di negara-negara lain seperti Amerika, urbanisasi terjadi apabila pendatang memiliki keterampilan yang diperlukan oleh wilayah tujuan urbanisasi.

Tren urbanisasi di Indonesia yang tidak terkelola secara efektif ini dapat diredam. Langkah paling utama dan terpenting yang harus dilakukan adalah pemerataan infrastruktur Negara, seperti pembuatan jalan, perumahan, fasilitas umum, pemasokan sumber daya air, energi, listrik, telekomunikasi, dan transportasi pada desa-desa yang masih belum terjangkau. Dengan dilakukannya pemerataan pembangunan maka kesenjangan yang terjadi antara daerah pedesaan dan perkotaan di Indonesia akan berkurang dan minat masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi akan menurun karena potensi desa yang dioptimalkan. Seperti yang dituturkan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), diadakannya pembangunan desa-desa ini juga akan memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa disamping meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat setempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun