Perubahan, perkembangan dan evolusi jurnalisme menarik perhatian berbagai penulis hingga peneliti selama 20 tahun belakangan setelah lahirnya internet.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat dan tidak dapat dibendung dalam teknologi media baru dilihat sebagai suatu kekuatan yang dapat mengubah jurnalisme di masa akan akan datang.
Jurnalisme Multimedia dianggap sebagai revolusi oleh Bold (1996) dan Stephens (1998), dianggap sebagai masa depan jurnalisme oleh Neuberger (1998), Pavlik (1999), Singer (1997) dan dianggap sebagai jurnalisme baru oleh Quittner (1995).Â
Perkembangan jurnalisme multimedia di Indonesia telah berkembang semenjak tahun 1998 yang ditandai dengan kehadiran media Detik.com.Â
Detik.com menjadi media yang menyiarkan jurnalisme dengan menggunakan medium yaitu internet dengan penyajian berita yang sangat pesat.
Detik.com merupakan pelopor utama jurnalisme online di Indonesia pada peristiwa perubahan sosial politik di Indonesia pada tahun 1998 silam.
Dengan peristiwa dan perubahan tersebut, pendiri Detik.com Budiono Darsono membuat media baru yang kuat dalam membagikan informasi berita secara aktual dan mampu untuk secepat mungkin memberikan informasi berita kepada masyarakat Indonesia tanpa menunggu terlebih dahulu untuk dicetak. (Margianto dan Syaefullah, 2004).Â
Dengan tagline Detik.com yaitu "Kalau Bisa Detik Ini, Kenapa Harus Tunggu Besok" menjadi pertanda bahwa Detik.com merupakan media yang menggunakan sistem running news.
Sistem ini merupakan sistem yang menampilkan informasi berita dengan breaking news, berita yang singkat namun jelas dan padat informasinya, dan juga berkelanjutanÂ
Perkembangan Jurnalisme Multimedia di Indonesia tidak hanya dapat dilihat dari kemunculan berbagai media berita, namun juga dari aggregator (laman pembaca umpan) berita.
Kehadiran aggregator seperti Line Today dan UC News membuat persaingan antar media tidak lagi sepenuhnya dipenuhi oleh media massa besar.