Mohon tunggu...
ALVYNA ROHMATIKA
ALVYNA ROHMATIKA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis, saya adalah kreator yang menggabungkan kepekaan artistik dengan kecerdasan kata untuk menghidupkan ide-ide menjadi kisah-kisah yang mendalam. Melalui kata-kata, saya membentuk dunia imajinatif yang mengajak pembaca untuk merenung, merasakan, dan terhubung dengan berbagai emosi. Setiap tulisan saya mencerminkan dedikasi pada keindahan bahasa dan kekuatan narasi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Proses Morfologi Kata Pungut dalam Bahasa Indonesia, Adaptasi dan Transformasi Linguistik

2 Desember 2024   08:21 Diperbarui: 2 Desember 2024   08:56 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses Morfologi Kata Pungut dalam Bahasa Indonesia: Adaptasi dan Transformasi Linguistik

Oleh: Alvyna Rohmatika

Bahasa Indonesia memiliki karakteristik unik dalam proses penerimaan dan pengadaptasian kata-kata asing, yang dikenal dengan istilah kata pungut. Proses morfologis ini menunjukkan fleksibilitas dan kreativitas bahasa dalam mengintegrasikan kosakata dari berbagai sumber eksternal.

Metode Penyesuaian Kata Pungut

Dalam proses morfologi kata pungut, terdapat dua pendekatan utama penyesuaian:

1. Penyesuaian Berdasarkan Ucapan
   Beberapa kata disesuaikan dengan cara memperhatikan pelafalan atau bunyi asli kata. Contoh klasik adalah kata "proyek" yang diambil dari bahasa asing namun disesuaikan dengan cara pengucapan Indonesia.

2. Penyesuaian Berdasarkan Sistem Penulisan
   Metode lain melibatkan penyesuaian tulisan, seperti contoh pada kata "sukses" yang telah dimodifikasi dari kata asalnya.

Fenomena Linguistik dalam Pemungutan Kata

1. Protesis: Penambahan Fonem di Depan Kata
Protesis merupakan proses penambahan fonem di bagian awal kata. Contoh konkret adalah transformasi kata "bomb" menjadi "ebom" dalam konstruksi "mengebom" atau "pesawat pengebom".

2. Epentesis: Penambahan Fonem di Tengah Kata
Pada epentesis, fonem ditambahkan di bagian tengah kata. Misalnya, kata "*general*" yang diserap menjadi "*jenderal*" dalam bahasa Indonesia, dengan penambahan fonem di tengah kata.

3. Paradoge: Penambahan Fonem di Akhir Kata
Paradoge adalah penambahan fonem pada akhir kata. Contohnya "*lamp*" dari bahasa Belanda atau Inggris yang berubah menjadi "*lampu*" dalam bahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun