Mohon tunggu...
ALVYNA ROHMATIKA
ALVYNA ROHMATIKA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis, saya adalah kreator yang menggabungkan kepekaan artistik dengan kecerdasan kata untuk menghidupkan ide-ide menjadi kisah-kisah yang mendalam. Melalui kata-kata, saya membentuk dunia imajinatif yang mengajak pembaca untuk merenung, merasakan, dan terhubung dengan berbagai emosi. Setiap tulisan saya mencerminkan dedikasi pada keindahan bahasa dan kekuatan narasi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sejarah Sastra Indonesia, Prosa dan Puisi - Karangan Yant Mujiyanto dan Amir Fuady

21 November 2024   07:39 Diperbarui: 21 November 2024   07:42 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

C. Balai Pustaka dan Perbenturan Budaya
Di samping novel-novel Balai Pustaka yang biasanya disebut sebagai ciri zaman awal kesusasteraan Indonesia, masih banyak buku-buku lain yang beredar, yang ikut berperan sebagai titik permulaan suatu ungkapan kebudayaan yang dikemudian hari melahirkan novel Indonesia Modern.
Sebelum perang disebut disini dua orang pengarang yang karyanya merupakan tonggak sejarah dalam perkembangan sastra Indonesia Modern yakni Amir Hamzah dengan puisinya Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi serta Armijn Pane dengan novelnya Belenggu.

D. Para Sastrawan Angkatan Balai Pustaka
1. Merari Siregar : Azab dan sengsara (roman), Si jamin dan Si Johan (cerita saduran dari Uit het       Volk karya Justus van Maurik,1918)
2. Marah Rusli : Siti Nur Baya (roman,1922), La Hami (roman, 1952)
3. Rustam Efendi : Percikan Permenungan (kumpulan bersajak,1926), Bebassari (drama bersajak,1926), drama pertama sastra Indonesia Modern.
4. Muhammad Yamin : Tanah Air (kumpulan sajak,1822), Gajah Mada (roman sejarah
5. Abdul Muis : Salah Asuhan (roman,1928), Pertemuan Jodoh (novel,1933)

E. Angkatan Pujangga Baru
Para pelopor Angkatan Pujangga Baru punya tekad bahwa bahasa dan kesusasteraan Indonesia harus di buat maju, berkembang, membawakan ciri keindonesiaan yang lebih merdeka, dinamis, dan intlektual. Angkatan ini di motori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane, lalu di perkuat oleh Sanusi Pane, Y.E Tatengkeng, Asmara Hadi, dua pengarang wanita Selasih dan Fatimah H. Delais. Ketiga tokoh yang disebut terdahulu itu memiliki konsepsi-konsepsi yang ditunjukan bagi pembinaan bahasa dan sastra Indonesia.
Lewat majalah Pujangga Baru para sastrawan memberikan nafas kebaruan dan gelora juang merdeka. Terutama pendiri majalah tersebut itulah yang aktif menulis untuk majalah tersebut. Bagian dari konsepsi mereka tersirat di dalam karya-karya fiksi yang mereka tulis, atau justru lebih jelas pada karangan-karangan ilmiah mereka.

F. Sastrawan-sastrawati Angkatan Pujangga Baru
1. Sutan Takdir Alisyahbana : Layar Terkembang (roman,1936), Dian Nan Tak Kunjung Padam  (roman,1932)
2. Amir Hamzah : Buah Rind dan Nyanyi Sunyi (kumpulan-kumpulan sanjak)
3. Sanusi Pane : Sandyakalaning Majapahit (naskah drama), Madah Kelana (antologi sanjak)
4. Armijn Pane : Belenggu (roman), Jinak-jinak Merpati (kumpulan cerpen)

BAB III
ANGKATAN MASA JEPANG DAN ANGKATAN 45
A. Perkembangan Sastra Sejak Tahun 1942

Pada masa itu, penggunaan bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat karena bahasa Belanda tak boleh lagi digunakan. Demikian juga karya-karya sastra Indonesia pada bercuatan. Para sastrawan yang pada mulanya bersimpati terhadap jepang karena tokoh asia timur itu kelihatannya baik hati lama-lama sangat benci terhadap si fasis tersebut karena ternyata merekapun tidak kalah kejamnya dibandingkan penjajah terdahulu. Kebencian merekapun terekspresi ke dalam karya sastra. Namun karena sensor pihak jepang melalui keimin bunka shidoso (kantor pusat kebudayaan)nya yang kelewat ketat, banyak pengarang Indonesia yang terpaksa menyimpan dulu karangan-karangannya (tidak dipublikasikan), atau menulis dengan menggunakan lambang-lambang. Dari sana, lahirlah cerita-cerita simbolik.
H.B. Jassin menamakan chairil "Pelopor Angkatan 45" karena sebagai penyair dan individu ia menonjol diantara sesamanya. Menilik namanya Angkatan Masa Jepang muncul pada masa penjajahan jepang.

B. Sastrawan-sastrawati Masa Jepang
1. Usamar Ismail : Citra,Liburan Seniman,Mutiara dari Nusa Laut,Mekar Melati (teks drama)
2. Amal Hamzah : Seniman Penghianat (drama), Bingkai Retak (cerpen)

C. Sastra Angkatan 45
Nama Angkatan 45 pertama kali diorbitkan oleh Rasihan Anwar dalam majalah Siasat pada tahun 1948. Angkatan 45 dikenal pula dengan istilah Angkatan sesudah perang, Angkatan Chairil Anwar, Generasi Gelanggang dan lain-lain.
D. Sastrawan-sastrawati Angkatan 45
1. Chairil Anwar : Deru Cmpur Debu,Kerikil Tajam,dan Yang Terhempas dan Yang Putus           (kumpulan puisi)
2. Idrus : Kisah Sebuah Celana Pendek (cerpen), Aki (novel)
3. Asrul Sani : Beri Aku Rumah,Bola Lampu dan Sahabat Saya Cordiaz (cerpen)

BAB IV
GENERASI KISAH DAN MANIFES KEBUDAYAAN, DEKADE 50-AN DAN ANGKATAN 66
A. Generasi Kisah

      Penyebutan "Generasi Kisah" bertolak dari kondisi menyuburnya penciptaan cerita pendek, dan pada waktu itu majalah yang khusus/memberi peluang sangat luas memuat cerita pendek ialah majalah kisah di bawah pimpinan H.B. Jassin. Ayip Rosidi tokoh potensial yang sangat produktif. Ayip sendiri ketika itu menyebut Angkatannya dengan istilah " Angkatan Sastra Terbaru".

B. Sastrawan-Sastrawati Generasi Kisah/Dekade 50-An
1. Ayip Rosidi : Ular dan Kabut (kumpulan puisi), Anak Tanah Air (roman)
2. Muchtar Lubis :TakaAda Esok (novel). Si Jamal (kumpulan cerpen)
3. A.A. Navis : Robohnya Surau Kami, dan Bianglala (kumpulan cerpen)

C. Sastra Periode 66/Manifes Kebudayaan
     Penamaan Angkatan 66 dalam bidang kesusastraan diberikan oleh H.B. Jassin, memperkuat pendapatnya, bahwa pada tahun sekitar tahun 1966. Di dalam kesusastraan Indonesia telah lahir sebuah generasi kesusastraan. Angkatan 66 adalah istilah politik.
D. Para Pengarang dan Penyair Angkatan 66
1. Taufiq Ismail : Tirani,  dan Benteng (kumpulan sanjak)
2. Sapardi Joko Damono : Akwarium, Mata Pisau dan Perahu Kertas (kumpulan puisi)
3. Bur Rasuanto : Bumi Yang Berpeluh, dan Mereka akan Bangkit (kumpulan cerpen)

BAB V
SASTRA ANGKATAN 1970/1980
A. Sastra Angkatan 80-An

     Sastra Periode 1980 lebih berpijak pada suasana.Sastra Periode 1980 juga acap disebut dengan istilah "Sastra Angkatan Masa Kini" atau "Sastra Generasi Mutakhir". Sebagai suatu angkatan kesusastraan, ia memiliki karakterisasi sebagai berikut: (1) Menampilkan berbagai bentuk inovasi (pembaharuan) dalam soal, ide (2) Mengetengahka berbagai bentuk inovasi dalam ekspresi/teknik ungkap (3) Memberikan penghayatan yang lebih intens pada masalah agama, filsafat, sosial, hokum, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun