Novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya
Analisis Aspek Multikultural dalamOleh: Alvyna Rohmatika
Abstrak
Penelitian ini mengkaji aspek multikultural dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya. Fokus analisis diarahkan pada representasi nilai-nilai multikultural yang tercermin melalui interaksi antar tokoh dan konflik budaya yang muncul dalam novel. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel ini kuat mengangkat tema multikulturalisme melalui penggambaran generasi pasca-Indonesia yang berinteraksi dengan berbagai budaya global.
Pendahuluan
Karya sastra merupakan cerminan realitas kehidupan yang mengandung berbagai dimensi sosial, budaya, dan psikologis. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tetapi juga menjadi wadah ekspresi ideologi dan pandangan hidup pengarang yang berkaitan dengan latar belakang sosial budaya. Salah satu aspek penting yang sering muncul dalam karya sastra Indonesia kontemporer adalah multikulturalisme.
Multikulturalisme sendiri dapat dipahami sebagai pandangan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Konsep ini menjadi semakin relevan dalam konteks globalisasi di mana batas-batas budaya semakin kabur dan interaksi antar budaya semakin intensif.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan fokus pada analisis konten novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya. Data penelitian berupa kutipan teks yang mengandung unsur-unsur multikultural dalam novel. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi dan menginterpretasi representasi nilai-nilai multikultural yang muncul dalam interaksi antar tokoh dan konflik budaya.
 Hasil dan Pembahasan
Representasi Generasi Pasca-Indonesia
Novel Burung-Burung Rantau menampilkan kontras antara dua generasi yang berbeda. Generasi tua diwakili oleh tokoh Wiranto dan Yuniati yang masih memegang nilai-nilai tradisional, sementara generasi muda diwakili oleh anak-anak mereka yang telah terpapar budaya global. Tokoh-tokoh seperti Anggi, Wibowo, Candra, Neti, dan Edi merepresentasikan generasi pasca-Indonesia yang memiliki cara pandang lebih terbuka terhadap keragaman budaya.
Pertemuan Budaya Timur dan Barat
Salah satu aspek multikultural yang menonjol dalam novel ini adalah pertemuan antara budaya Timur dan Barat. Hal ini terlihat jelas dalam pernikahan Bowo dengan Agatha (perempuan Yunani) yang merepresentasikan perpaduan dua budaya berbeda. Novel ini menggambarkan bagaimana budaya Barat yang dinamis dan eksploratif bertemu dengan budaya Timur yang lebih contemplatif dan harmonis.
Kebebasan Kultural dan Identitas
Tokoh Neti menjadi representasi utama dari generasi muda yang memiliki pandangan multikultural. Sebagai perempuan terpelajar, ia mampu mengapresiasi berbagai nilai budaya tanpa terikat pada satu tradisi tertentu. Keputusannya untuk menjalin hubungan dengan lelaki asal Punjab menunjukkan bahwa baginya, nilai kemanusiaan lebih penting daripada sekat-sekat budaya.
Transformasi Identitas Kultural
Tokoh Candra menunjukkan kompleksitas transformasi identitas kultural. Meski mengidentifikasi diri dengan tokoh wayang Werkudara, ia telah mengadopsi cara berpikir Barat sambil tetap mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan yang berakar pada budaya Timur. Ini menunjukkan bahwa identitas kultural bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dapat berevolusi melalui interaksi dengan budaya lain.
Kesimpulan
Novel Burung-Burung Rantau berhasil menggambarkan kompleksitas multikulturalisme dalam konteks Indonesia kontemporer. Melalui tokoh-tokohnya, novel ini menunjukkan bagaimana generasi pasca-Indonesia menegosiasikan identitas mereka di tengah pertemuan berbagai budaya. Aspek multikultural dalam novel ini tidak hanya berfungsi sebagai latar, tetapi menjadi tema sentral yang menggerakkan cerita dan pengembangan karakter.
Penelitian ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat menjadi medium yang efektif untuk mengeksplorasi isu-isu multikultural dan transformasi identitas dalam masyarakat global. Novel ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana generasi muda Indonesia dapat mengembangkan perspektif yang lebih terbuka dan inklusif terhadap keragaman budaya tanpa kehilangan akar identitasnya.
Referensi
- Azra, Azyumardi. (2007). Identitas dan Krisis Budaya Membangun Multikulturalisme.
- Imron, Ali. (2013). Budaya Multikultural.
- Mangunwijaya, Y.B. (2014). Burung-Burung Rantau. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
- Rachmat. (2015). Multikultural.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H