Mohon tunggu...
ALVYNA ROHMATIKA
ALVYNA ROHMATIKA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis, saya adalah kreator yang menggabungkan kepekaan artistik dengan kecerdasan kata untuk menghidupkan ide-ide menjadi kisah-kisah yang mendalam. Melalui kata-kata, saya membentuk dunia imajinatif yang mengajak pembaca untuk merenung, merasakan, dan terhubung dengan berbagai emosi. Setiap tulisan saya mencerminkan dedikasi pada keindahan bahasa dan kekuatan narasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aspek Multikultural dalam Novel "Burung-Burung Rantau" Karya Y.B. Mangunwijaya

28 Oktober 2024   00:04 Diperbarui: 28 Oktober 2024   00:15 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
miftamif69nashana.blogspot.com

Analisis Aspek Multikultural dalam Novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya

Oleh: Alvyna Rohmatika

Abstrak

Penelitian ini mengkaji aspek multikultural dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya. Fokus analisis diarahkan pada representasi nilai-nilai multikultural yang tercermin melalui interaksi antar tokoh dan konflik budaya yang muncul dalam novel. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel ini kuat mengangkat tema multikulturalisme melalui penggambaran generasi pasca-Indonesia yang berinteraksi dengan berbagai budaya global.

Pendahuluan

Karya sastra merupakan cerminan realitas kehidupan yang mengandung berbagai dimensi sosial, budaya, dan psikologis. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tetapi juga menjadi wadah ekspresi ideologi dan pandangan hidup pengarang yang berkaitan dengan latar belakang sosial budaya. Salah satu aspek penting yang sering muncul dalam karya sastra Indonesia kontemporer adalah multikulturalisme.

Multikulturalisme sendiri dapat dipahami sebagai pandangan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Konsep ini menjadi semakin relevan dalam konteks globalisasi di mana batas-batas budaya semakin kabur dan interaksi antar budaya semakin intensif.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan fokus pada analisis konten novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya. Data penelitian berupa kutipan teks yang mengandung unsur-unsur multikultural dalam novel. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi dan menginterpretasi representasi nilai-nilai multikultural yang muncul dalam interaksi antar tokoh dan konflik budaya.

 Hasil dan Pembahasan

Representasi Generasi Pasca-Indonesia

Novel Burung-Burung Rantau menampilkan kontras antara dua generasi yang berbeda. Generasi tua diwakili oleh tokoh Wiranto dan Yuniati yang masih memegang nilai-nilai tradisional, sementara generasi muda diwakili oleh anak-anak mereka yang telah terpapar budaya global. Tokoh-tokoh seperti Anggi, Wibowo, Candra, Neti, dan Edi merepresentasikan generasi pasca-Indonesia yang memiliki cara pandang lebih terbuka terhadap keragaman budaya.

Pertemuan Budaya Timur dan Barat

Salah satu aspek multikultural yang menonjol dalam novel ini adalah pertemuan antara budaya Timur dan Barat. Hal ini terlihat jelas dalam pernikahan Bowo dengan Agatha (perempuan Yunani) yang merepresentasikan perpaduan dua budaya berbeda. Novel ini menggambarkan bagaimana budaya Barat yang dinamis dan eksploratif bertemu dengan budaya Timur yang lebih contemplatif dan harmonis.

Kebebasan Kultural dan Identitas

Tokoh Neti menjadi representasi utama dari generasi muda yang memiliki pandangan multikultural. Sebagai perempuan terpelajar, ia mampu mengapresiasi berbagai nilai budaya tanpa terikat pada satu tradisi tertentu. Keputusannya untuk menjalin hubungan dengan lelaki asal Punjab menunjukkan bahwa baginya, nilai kemanusiaan lebih penting daripada sekat-sekat budaya.

Transformasi Identitas Kultural

Tokoh Candra menunjukkan kompleksitas transformasi identitas kultural. Meski mengidentifikasi diri dengan tokoh wayang Werkudara, ia telah mengadopsi cara berpikir Barat sambil tetap mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan yang berakar pada budaya Timur. Ini menunjukkan bahwa identitas kultural bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dapat berevolusi melalui interaksi dengan budaya lain.

Kesimpulan

Novel Burung-Burung Rantau berhasil menggambarkan kompleksitas multikulturalisme dalam konteks Indonesia kontemporer. Melalui tokoh-tokohnya, novel ini menunjukkan bagaimana generasi pasca-Indonesia menegosiasikan identitas mereka di tengah pertemuan berbagai budaya. Aspek multikultural dalam novel ini tidak hanya berfungsi sebagai latar, tetapi menjadi tema sentral yang menggerakkan cerita dan pengembangan karakter.

Penelitian ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat menjadi medium yang efektif untuk mengeksplorasi isu-isu multikultural dan transformasi identitas dalam masyarakat global. Novel ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana generasi muda Indonesia dapat mengembangkan perspektif yang lebih terbuka dan inklusif terhadap keragaman budaya tanpa kehilangan akar identitasnya.

Referensi

- Azra, Azyumardi. (2007). Identitas dan Krisis Budaya Membangun Multikulturalisme.
- Imron, Ali. (2013). Budaya Multikultural.
- Mangunwijaya, Y.B. (2014). Burung-Burung Rantau. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
- Rachmat. (2015). Multikultural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun