Mohon tunggu...
ALVYNA ROHMATIKA
ALVYNA ROHMATIKA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis, saya adalah kreator berbakat yang menggabungkan kepekaan artistik dengan kecerdasan kata untuk menghidupkan ide-ide menjadi kisah-kisah yang mendalam. Melalui kata-kata, saya membentuk dunia imajinatif yang mengajak pembaca untuk merenung, merasakan, dan terhubung dengan berbagai emosi. Setiap tulisan saya mencerminkan dedikasi pada keindahan bahasa dan kekuatan narasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warna Gulita

4 Januari 2024   18:56 Diperbarui: 4 Januari 2024   18:59 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Nyonya, kami akan segera mengurus segala hal untuk pemakaman. Rumah duka juga sudah kami booking. Satu lagi Nyonya, rangkain bunga duka dari para kolega Pak Saka juga mulai berdatangan dan sudah saya konfirmasi ke pihak keamanan didepan untuk merapikan penataan karangan-karangan bunga duka." Ucap laki-laki muda berseragam hitam pada perempuan itu.


Setelah beberapa saat, pikiranku mulai bekerja semestinya. Aku mulai menyadari dan memahami satu persatu apa yang ada dalam pandanganku. Kerumunan manusia berpakaian hitam. Berwajah murung, sedih, bahkan beberapa ada yang masih meneteskan air matanya. 21 tahun perempuan itu hidup bersamamu dan secara bersamaan yang 11 tahunnya juga kau hidup bersamaku. Perempuan yang tangguh tak terkalahkan. Satu hal yang tak pernah ku tahu alasan perempuan itu bertahan dengan laki-laki yang jelas ia ketahui memelihara wanita lain di hidupnya. Ia memang laki-laki kaya dengan gaya borjuisnya, tapi aku mencintainya karena warna dalam hidupnya bukan hartanya. Jika memang aku mengincar hartanya, tak akan aku rela bertahan menahun lebih dari hitungan jariku hanya untuk menjadi bayangannya. Aku tahu aku bukan tempatnya pulang. Tapi aku juga tahu, aku adalah alasan yang selalu dinantikannya dalam setiap kesempatannya. Aku jauh lebih spesial dari perempuan itu, meski kedudukan perempuan itu lebih tinggi dariku di hidupnya.

Kini sisa percintaan kami hanya akan hadir kembali dalam sebuah pejaman. Dalam sebuah ruang yang gelap, dan ruang yang hitam. Rumah duka mulai penuh, aku melihatmu begitu tampan mengenakan setelan jas biru tuamu. Entah siapa yang mengenakan setelan itu ditubuh kakumu. Bisa jadi perempuan itulah yang memaksamu mengenakan setelan itu, sebab jas biru tua itu memanglah pemberiannya. Atau kau dipaksa mengenakan setelan itu, sebab semasa hidupmu kau begitu menyayangi setelan jas biru itu. Beruntung aku datang tepat waktu sembari membawa jas biru tuamu dalam pelukku. Meski setelahnya, aku tiba dengan malam dan pejaman, aku pingsan tak sadarkan diri. Hingga beberapa saat penglihatanku terbuka, dan semua terlihat begitu monokrom, penglihatan yang gelap dan terang yang sangat memusingkan.

Orang biasa menyebut warna monokrom adalah warna yang dipadu hitam dan putih. Tapi bagiku putih bukanlah sebuah warna. Ya, putih bukanlah sebuah warna. Putih hanyalah dasar kehidupan sebelum bergurat dengan warna cerita peristiwa. Warna ya peristiwa, dan putih adalah dasar kehidupan. Jika kau ingin menikmati setiap warna, maka nikmatilah hitam. Dari putih yang dasar, memejamlah dan kenali hitam. Dari hitam kau akan belajar, bahwa warna lebih banyak dan luas dari apa yang telah kau imajikan.


Maka memejamlah ..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun