Mohon tunggu...
Alvriza Mohammed Fadly
Alvriza Mohammed Fadly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi UPI 2020

A Student of Film and Television Study Program In Indonesia University of Education. Likes to write entertainment news and practicing journalistic production and distribution.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Brazil Sudah Tidak Layak Menjadi Tempat UFC Berlaga

14 Mei 2024   21:19 Diperbarui: 14 Mei 2024   21:42 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Jose Aldo disambut meriah oleh penggemar UFC di Brazil (Sumber: UFC)

Berkompetisi di laga besar olahraga internasional rasanya tidak terlepas dari kebanggaan dan harga diri, mengingat betapa mewahnya untuk bermain demi mendapatkan piala dengan nama anda tercantum di dalamnya. Orang-orang akan melihat bahwa medali itu tidak hanya sekedar penghargaan tetapi juga peninggalanmu dalam mengukir sebuah sejarah baru. 

Mereka pun akan menghargai betapa besarnya jasadmu dalam mengharumkan nama mereka dan namamu. Maka dari itu, kompetisi olahraga ditempatkan pada puncak dari keseluruhan puncak panggung pertunjukan. Jika kita menelusuri cabang-cabang olahraga yang memiliki reputasi tinggi, MMA menjadi salah satu ajang bagi para atlit bela diri untuk memperlihatkan keahlian bertarung seperti halnya yang dilakukan oleh UFC yang memiliki prosentase tinggi petarung berdarah Brazil.

Negeri Samba terkenal memiliki superstar penuh dengan talenta berkelas dimana para petarung ini dikaruniai oleh tuhan dengan genetik yang berbeda, memberikan mereka kemampuan untuk menggempur lawan tanpa lawan. Para jawara seperti Anderson Silva hingga Alex Pereira berhasil menduduki puncak klasemen dari kelas beratnya masing-masing. 

Tidak pula sedikit dari mereka berhasil menjadi jawara di dua kelas berbeda, membuktikan bahwa terdapat mutu di setiap permainan. Tentunya prestasi ini mengharapkan mereka untuk mendapatkan apresiasi dari orang-orang, terlebih dari teman-teman sebangsa dan senegara. Namun, pernahkah berpikir sebuah skenario dimana mereka tidak bertindak seperti seharusnya?

1. UFC 283: Peningkatan Negativitas

UFC 283: Teixeira vs Hill merupakan ajang UFC yang digelar pada tanggal 21 Januari, 2023 berlokasi di Jeunesse Arena, Rio de Janeiro, Brazil. Para penggemar combat sports disuguhkan perebutan dua gelar, yakni pada kelas flyweight dan light-heavyweight. 

Pada sesi co-main event, Brandon Moreno dan Deiveson Figueredo kembali beradu untuk keempat kalinya dalam rangka merebutkan sabuk kejuaraan kelas terbang. Moreno kembali menang dengan cara Technical Knockout (TKO) karena pukulan overhand kiri yang mengenai mata sang 'God of War'. 

Akibatnya, Figueredo harus diberhentikan oleh dokter karena matanya yang sangat lebam dan tidak bisa melanjutkan pertarungan. Sebagai konklusi dari rivalitas mereka, Moreno keluar dan berhasil memperebutkan kembali sabuk kejuaraannya.

Kemenangan Moreno kali ini membuahkan hasil yang sangat tidak memuaskan bagi penonton, terlebih setelah melihat jawaranya yang diberhentikan dengan cara tidak insani. Reaksi para penonton terbilang sangat buruk dimulai dari menyoraki Moreno saat memasuki ring bahkan berlangsung hingga saat sang jawara keluar dari panggung Oktagon. Hal ini diperparah lagi dengan Moreno dilempar sampah oleh para penonton yang duduk dekat dengan jalur masuk-keluar petarung. 

Melihat hal ini, para sekuriti dengan sigap menuntun dan melindunginya hingga keluar dengan selamat. Keangkuhan penggemar Brazil disana tidak berhenti sampai sini hingga memasuki acara utama UFC 283 dimana Glover Teixeira harus berhadapan dengan Jamahal Hill untuk memperebutkan sabuk juara kelas light-heavyweight.

Gambar 2. Brandon Moreno (hijau) dihujani sesampahan oleh penonton (Sumber: UFC)
Gambar 2. Brandon Moreno (hijau) dihujani sesampahan oleh penonton (Sumber: UFC)
Acara utama berlangsung dengan 5 ronde penuh dimana Hill mendominasi penuh Teixeira dengan gempuran tinju. Ronde demi ronde sang mantan jawara dihujani striking dari sang nomor satu contender saat itu tanpa balasan yang signifikan. Akibatnya, Jamahal Hill dengan mudah memenangi sabuk tersebut dan menjadi raja baru di kelas beratnya. 

Sorotan utama saat itu merujuk pada Teixeira memutuskan untuk menggantungkan sarung tangan UFCnya, keputusan pensiun dari laga MMA membuat dia ingin berfokus melatih Alex Pereira untuk menjadi contender terbaru di organisasi tersebut. Tidak ada sedikitpun bentuk apresiasi dari penggemar Brazil untuk pahlawannya yang telah berlaga, mereka meninggalkan area saat Teixeira memberikan pidatonya.

Gambar 3. Glover Teixeira meninggalkan panggung UFC (Sumber: UFC)
Gambar 3. Glover Teixeira meninggalkan panggung UFC (Sumber: UFC)
Bermula dari bentuk tidak sportif hingga hilangnya apresiatif memunculkan persepsi bagi para penggemar UFC mengenai sorotan ini. Salah satu Youtuber berbasis MMA bernama MMA Guru menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Colby Covington terhadap penggemar UFC Brazil mungkin terbukti benar, karena mereka hanya mempedulikan jagoannya untuk memenangkan pertarungan apalagi hingga mencemooh para petarung non-Brazil. Seharusnya sebaik atau seburuk apa hasilnya etika dan tata krama berbentuk apresiatif harus diberikan.

2. UFC 301: Kebaruan Tanpa Perubahan

Setelah melewati ajang terbesarnya pada UFC 300, organisasi ini kembali mengadakan acara Pay-Per-View (PPV) di Brazil dengan mempertemukan Alexandre Pantoja dengan Steve Erceg untuk memperebutkan sabuk juara kelas flyweight dan kembalinya mantan raja kelas featherweight UFC Jose Aldo Jr. Hal unik yang membedakan acara ini dengan UFC 283 terletak pada acara utama, saat Alexandre Pantoja berhasil mempertahankan tahta kerajaannya para penonton Brazil justru meninggalkan area lebih cepat daripada memberikan apresiasi untuk jagoannya. Kasus ini sangat berlawanan dengan acara sebelumnya dimana para petarung Brazil kalah dengan tidak hormat, di saat mereka memenangkan pertarungan tidak ada sedikitpun pujian atau ucapan selamat yang diberikan. 

Bahkan Pantoja memohon-mohon kepada penonton untuk tidak meninggalkan area terlebih dulu karena dia ingin memberikan pidato kebanggaan di depan rakyatnya sendiri. 

Spekulasi penulis pada tempo ini berkata bahwa Pantoja memenangkan pertarungannya dengan cara yang tidak sempurna, berbeda seperti pertemuannya dengan Brandon Royval yang kedua dahulu. Apabila melihat pada statistik acara utama ini,  Erceg dapat dikatakan memenangkan 2 atau 3 ronde karena betapa besarnya significant strike yang mendarat pada sang raja bertahan tersebut. 

Pantoja sempat kewalahan untuk bermain di atas bersama contender asal Australia tersebut hingga mencari main aman dengan menembakkan takedown beberapa kali, memaksa Erceg untuk bermain di bawah. Beruntung bagi Erceg yang memiliki sabuk hitam jiu-jitsu, dia berhasil menanggulangi permainan bahwa Pantoja hingga bermain scramble pada dua ronde terakhir. Meskipun begitu, pertarungan ini memberikan atmosfir Teixeira vs Hill kembali karena melihat bagaimana contender menguasai raja bertahan dengan 5 ronde penuh. 

Gambar 4. Steve Erceg (kiri) melawan Alexandre Pantoja (kanan) (Sumber: UFC)
Gambar 4. Steve Erceg (kiri) melawan Alexandre Pantoja (kanan) (Sumber: UFC)

Melihat pada kedua acara UFC di Brazil yang terbaru pada masa kini, rasanya sebagai sesama penggemar MMA kita harus memberikan apresiasi penuh karena tidak mudah untuk menjadi petarung di atas ring oktagon. Para penggemar Brazil seharusnya meingkatkan kesadaran akan hal bentuk apresiasi, mengingat bahwa dunia olahraga pada dasarnya berlandaskan bermain sportif. Falsafah tersebut selalu diucapkan oleh wasit saat memberikan pengarahan pada kedua petarung. 

Organisasi MMA ini kiranya harus mempertimbangkan lebih lanjut untuk mengadakan kembali acara mereka di negeri Samba karena olahraga ini adalah ajang kompetisi yang sangat tidak terprediksi dari kompetitornya, banyak sekali skenario yang bisa saja tiba-tiba terjadi seperti adu jotos tim Mcgregor dan Khabib seusai 'The Eagle' mencekik 'The Notorious' dahulu. Melihat bagaimana tingkah para penggemar Brazil ini, rasanya bisa saja arena oktagon berubah menjadi arena sepak bola yang dikerumuni oleh ultras 'ekstrimis' karena rasa angkuh. Demikianlah tulisan opini pribadi ini, besar harapan terdapat sebuah perubahan bagi acara MMA terbesar ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun