Penulisan naskah/cerita yang digarap dalam film ini memiliki gaya penceritaan yang sangat dalam, detil, dan panjang. Mengingat bahwa film-film batman sebelumnya dikemas dengan gaya laga, berbeda halnya dengan film ini yang mengusung gaya film-film bergenre Mystery-Thriller-Noir. Disini, Batman akan terlihat seperti detektif yang berusaha memecahkan setiap teka-teki The Riddler satu demi satu seperti halnya yang dilakukan oleh Sherlock Holmes. Pacing film yang lambat ini membentuk pembabakan film secara rapih dengan mengungkapkan jejak pembunuh sebenarnya dan apa hubungannya dengan orang-orang yang Batman pernah temui. Film ini memiliki beberapa adegan action yang sangat surreal dan realistis, seperti adegan kejar-kejaran Penguin dan Batman, dan bom bunuh diri di suatu gereja. Â Satu per satu Batman memburu penjahat kelas kakap hingga akhirnya, dia bertemu dengan Final Boss sesungguhnya.
3. CHARACTERS
Subjek utama cerita ini tidak hanya memusatkan Batman, tetapi tokoh-tokoh lainnya yang terhubung dengan kasus-kasus pembunuhan berantai The Riddler seperti Selina Kyle/Catwoman, Falone, Penguin/Oz, dan beberapa pejabat kota Gotham yang korupsi. Pada awal cerita, Batman menginvestigasi pembunuhan wali kota Gotham dengan mengikuti jejak yang diberi oleh The Riddler.Â
Dia akan berpindah dari tokoh ke tokoh lainnya demi mendapatkan informasi sesungguhnya mengenai sang pembunuh berantai, siapapun Batman yang pernah temui atau hadapi memiliki kunci utama mengenai kejahatan yang sedang terjadi dan mempunyai peran penting. Anggap saja, mereka adalah Rachel dan Harvey Dent (Two Face) yang terikat oleh Joker dalam film The Dark Knight, dia bisa memanipulasi atau mempermainkan tokoh-tokoh ini hingga mengancam kehidupan mereka.
4. FILM TONE
Untuk mendapatkan vibe horror yang lebih terasa, film ini menggunakan sebagian besar color palette berwarna merah. Warna itu sendiri memiliki salah satu arti "bahaya", itulah yang terjadi selama film aslinya berputar. Warna palette dapat mempengaruhi visual film kepada penonton supaya perspektif dari mereka menuju pada arah "misteri" atau "noir". The Batman sukses membuat visual yang sangat indah dengan beberapa shots yang megah dan menjaga tone film tetap terasa seram, meskipun film ini mendapatkan rating PG-13.Â
5. CONCLUSION
Dengan demikian, menurut saya film The Batman adalah film solo superhero terbaik sejauh ini dengan gaya penceritaan yang terkesan sangat mendalam ditambah peforma akting dari para pemerannya yang sangat hebat serta gaya directing dari Matt Reeves sendiri dimana dia ingin sekali membentuk film ini menjadi film Horror dan Misteri sesuai keinginannya dulu. Alangkah lebih baik jika film ini menaiki pacingnya sedikit agar tidak kelamaan dalam penyampaian ceritanya.