Selain membentuk sebuah lingkungan sosial yang dapat mewadahi fingerstyle merupakan bentuk pengemasan baru dari teknik-teknik bermain gitar sebelumnya yang sudah dipelajari. Maka dari itu, teknik tersebut dapat dikenal karena digunakan sebagai media, bagaimana musik sebagai komunikator dapat disampaikan pada pendengar sebagai komunikan, baik berbentuk cover ataupun aransemen orisinil.
Dengan kerap aransemen fingerstyle bermunculan, beberapa orang berfikir bahwa fingerstyle lebih kepada genre musik karena cara permainannya dan persamaan antara lagu orisinil dengan aransemen lagu. Menurut Dr.Henry Virgan, M.Pd., salah satu dosen jurusan Pendidikan Seni Musik UPI mengatakan bahwa teknik fingerstyle tidak memiliki hubungan sama sekali dengan jenis musik, fingerstyle hanyalah sebuah teknik bermain gitar yang memungkinkan para gitaris untuk membawakan sebuah lagu secara solo baik dengan metode cover ataupun yang lainnya. Anggapan tersebut kemungkinan besar merujuk pada beberapa musisi fingerstyle yang menggunakan teknik fingerstyle yang lebih tinggi dan baru, contohnya seperti Luca Stricagnoli, Aleksandr Misko, Mike Dawes, dan Daniel Padim yang saat ini memiliki puluhan karya aransemen fingerstyle tidak hanya melibatkan 3 dasar unsur musik, tetapi memodifikasinya dengan menambahkan elemen perkusi, soprano guitar sebagai melodi, dan harmoni yang lebih kuat.
Dengan demikian, teknik fingerstyle adalah sebuah inovasi baru dalam ilmu musik bagi kalangan anak muda yang dapat mengundang para pendengarnya hingga menjalin hubungan dengan mereka. Teknik tersebut tidak hanya memperkaya gaya bermain gitar dan pengolahan suara, tetapi juga menguatkan identitas dari musisi tersendiri. Fingerstyle dapat menjadi ilmu yang diajarakan kepada musikolog terbaru untuk memperkarya pengetahuan dalam bermain musik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H