Mohon tunggu...
Alvriza Mohammed Fadly
Alvriza Mohammed Fadly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi UPI 2020

A Student of Film and Television Study Program In Indonesia University of Education. Likes to write entertainment news and practicing journalistic production and distribution.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Media Seni sebagai Bentuk Edukasi dan Wadah Penuangan Hasil Karya Seniman

23 Oktober 2021   19:41 Diperbarui: 26 Oktober 2021   09:43 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1. Foto Seni Abstrak Karya Rita Widagdo (Sumber: Dokpri/ Selasar Sunaryo Bandung)

Seni adalah keterampilan seseorang dalam mengekspresikan perasaannya melalui hasil karya yang memilki unsur keindahan berupa. Dengan melakukan kegiatan seni, seseorang dapat mempenuhi kebutuhannya secara emosional yang didorong dari rasa batin yang mendalam.  

Berbagai cara seorang seniman menampilkan hasil karyanya kepada khalayak umum seperti diadakannya konser untuk musisi hingga tempat pameran untuk memajangkan hasil karya abstraknya dari seorang visual artist. 

Suatu hasil karya seni dibutuhkan wadah dalam menuangkan dan melestarikan karya serta sebagai sarana pendidikan publik. Di perkotaan besar seperti Bandung memilki berbagai pustaka seni yang menyimpan beberapa hasil karya dari seniman baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

Gambar 1.2. Ekuilibrium Karya dan Pikiran Rita Widagdo (Sumber: Dokpri/ Selasar Sunaryo Bandung)
Gambar 1.2. Ekuilibrium Karya dan Pikiran Rita Widagdo (Sumber: Dokpri/ Selasar Sunaryo Bandung)

Selasar Sunaryo saat ini sedang mengadakan pameran seni rupa yang berjudul Ekuilibrium : Pikiran Rita Widagdo dari tanggal 17 September hingga 24 Desember 2021. "Ekuilibrium adalah karya seni yang mewujudkan kualitas tak kasat mata yang didapatkan oleh Rita dalam proses berkarya. 

Tujuan dari karya seni ini untuk mewujudkan kualitas akan sifat tipikal dan khas dari realitas di sekelilingnya." ujar Nurdian Ichsan, wakil dekan bidang akademik kemahasiswaan FSRD ITB Bandung. 

Karya Ibu Rita menyampaikan gerakan getaran batin yang berdasarkan pengalaman dan kepekaan pengamat yang membawa pada pemahaman sublim.  Rita merupakan seniman abstrak berasal dari Rottweil, Jerman yang memiliki beberapa hasil karya seni dengan memakai media garis.

Gambar 1.3.
Gambar 1.3. "Sequence", 2004. (Sumber: Dokpri/ Selasar Sunaryo Bandung)

Karya "Sequence" merupakan hasil eksplorasi pengulangan susunan bentuk dan bidang. Susunan tersebut sebelumnya merupakan unsur garis yang membagi bidang datar (plane) dan membentuk volume. 

Beberapa unsur bidang yang sudah terkonsep tersebut dibentuk lagi menjadi bidang datar lepas lempeng yang bersifat tiga dimensional di mana garis menjadi hilang. 

Bidang datar berbentuk lempeng tersebut dieksplorasi lebih lanjut hingga membentuk bilah lepas yang menandakan titik perubahan terhadap soliditas monolith pada objek patung. Bilah tersebut akan disusunkan sebagai garis menhasilkan bidang yang berirama. Contoh eksplorasi garis dan bidang seperti pada karya "From Two to Three Dimensions", "Joy", "Formed Surface and Line", dan "Relief VII".

Gambar 1.4.
Gambar 1.4. "From Two To Three Dimensions", 1982 (Sumber:  Dokpri/ Selasar Sunaryo Bandung)

Gambar 1.5.
Gambar 1.5. "Joy", 1994. (Sumber: Dokpri/Selasar Sunaryo Bandung)

Gambar 1.6.
Gambar 1.6. "Relief VII", 1997. (Sumber: Dokpri/Selasar Sunaryo Bandung) 

Gambar 1.7.
Gambar 1.7. "Formed Surface and Line", 1996. (Sumber: Dokpri/Selasar Sunaryo Bandung) 

Salah satu karya Ibu Rita yang berpengaruh besar terhadap Indonesia yaitu Tugu Parameswara. Karya beliau dipajang dalam acara PON 2004 yang berbentuk garis melengkung di langit. 

Kualitas dari karya tersebut estetik mumpuni dengan teknik mapan serta memperhatikan intensitas yang cocok dan konsistensi. Garis tiga dimensi menghasilkan intensitas volumen dan gerak, patung merepresentasikan problem stillness dan motion dalam seni patung modern.

Gambar 1.8.
Gambar 1.8. "Parameswara", 2003. (Sumber: Dokpri/Selasar Sunaryo Bandung) 

Gambar 1.9.
Gambar 1.9. "Relief At Jakarta Box Tower", 2020. (Sumber: Dokpri/ Selasar Sunaryo Bandung) 

Exhibition Guide dalam pameran tersebut mengungkapkan bahwa beberapa karya Ibu Rita tidak semua dipajangkan karena ada yang bersifat private. Karya beliau lebih melihat ke bentuk geometris seperti floral. Sebab itu, beberapa bentuk karya terlihat seperti bentuk tanaman. 

Material yang digunakan sebagian besar merupakan material solid seperti logam dan bahan-bahan solid keras. Material yang lunak dengan teknik tertentu untuk membuat dimensi lebih lembut. Makna pada setiap karya tidak dijelaskan secara general, oleh sebabnya kembali lagi kepada apresiator sebagai penilai karya yang subjektif.

Gambar 2.1. Display Foto Rita Widagdo (Kiri) Dengan Pesan Kurator (Kanan). (Sumber: Dokpri/Selasar Sunaryo Bandung) 
Gambar 2.1. Display Foto Rita Widagdo (Kiri) Dengan Pesan Kurator (Kanan). (Sumber: Dokpri/Selasar Sunaryo Bandung) 

Secara keseluruhan, Ibu Rita Widagdo melakukan eksplorasi unsur garis dan bidang yang tedapat pada seni rupa. Menurut Sunaryo,  Warisan Ibu Rita adalah ilmu bentuk dengan karyanya yang abstrak. Setiap karya yang dibuat memiliki kepekaan dalam proporsi dan eksplorasi Ritme. 

Proses dari karya beliau dimulai dari sambungan yang dibelokkan terlebih dahulu. Visi yang kuat mengenai bentuk didapat karena setiap karya dibuat dengan dasar-dasar membangun. 

Saat Sunaryo masih menjadi mahasiswa tahun ke-4, Ibu Rita berpesan kepada Sunaryo bahwa berkarya tidak hanya bagus, tetapi berkarya harus baik. Oleh karena itu, Ibu Rita memiliki proses berkarya bertajuk "Progress In Harmony".

Selain dari Selasar Sunaryo, terdapat beberapa gallery art di Bandung yang mewadahi karya seni rupa yang lainnya seperti di Lawangwangi Creative Space Hub dan NuArt. 

Lawangwangi merupakan gallery art yang terletak di  Jalan Dago Giri no.99, tempat tersebut tidak hanya dibangun sebagai pameran seni, tetapi juga terdapat restoran besar yang bisa dinikmati oleh para pengunjung. 

Saat ini, terdapat pameran seni yang dinamai "Irrational Wishes" yang diadakan dari tanggal 15 October - 15 November 2021. Karya-karya seni datang dari beberapa seniman dan dikuratori oleh Axel Ridzky. 

Gambar 2.2. Pameran Seni
Gambar 2.2. Pameran Seni "Irrational Wishes" Lawangwangi Creative Space Bandung (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung) 

Gambar 2.3. Lukisan Kakek Tua Karya Iwan Yusuf (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung) 
Gambar 2.3. Lukisan Kakek Tua Karya Iwan Yusuf (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung) 

Lukisan Kakek Tua tersebut merupakan karya dari Iwan Yusuf, karya lukisan potret hyperrealism mengingatkannya akan masa-masa kehilangan sosok ayahnya saat berumur 5 tahun. Wajah dalam lukisan digambarkan dari sebuah sejarah yang dapat dibaca berdasarkan kerutan ekpresi.

Gambar 2.4. Seni Kertas Taburan Bunga Yang Menggambarkan Tengkorak Karya Mujahidin Nurrahman. (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung)
Gambar 2.4. Seni Kertas Taburan Bunga Yang Menggambarkan Tengkorak Karya Mujahidin Nurrahman. (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung)
Karya seni kertas yang menggambarkan tengkorak merupakan karya dari Mujahidin Nurrahman. Beliau gemar membuat seri karya tengkorak manusia sejak 2019. Isi dari karya seni tersebut menghadirkan bunga-bunga yang bertebaran, seolah-olah menggambarkan orang meninggal yang ditaburi beberap bunga diatas kuburan.

Gambar 2.5. Lukisan Ruang Besar Karya Etza Meisyara. (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung) 
Gambar 2.5. Lukisan Ruang Besar Karya Etza Meisyara. (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung) 

Lukisan ruang besar karya Etza Meisyara terinspirasi dari lagu dan puisi dengan cara menanamkan kontemplasi pribadi pada kehidupan sehari-hari. Karya terinspirasi dari tulisan pendek di The Unabridged Journals of Sylvia Plath sambil mendengar lagu reverso karya Ryuichi Sakamoto.

Gambar 2.6. Lukisan
Gambar 2.6. Lukisan "Burung-Burung Ingin Kembali Ke Rumah Mu" Karya Iwan Yusuf (Sumber: Dokpri/Lawangwangi Creative Space Bandung) 

Lukisan "Burung-Burung Ingin Kembali Ke Rumah Mu" merupakan sebuah bentuk inspirasi bagi Iwan Yusuf setelah membaca biografi tokoh alm. Widayar berdasarkan tulisan karya beliau dan cerita para mahasiswanya. Lukisan potret dibuat dari bahan jaring yang kaku dan kasar. 

Nuart adalah pameran seni patung yang terletak di Jalan Setraduta No.L6. Tempat tersebut merupakan hasil karya seni dari Nyoman Nuarta, seorang pematung Indonesia dan salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru. Nuarta terkenal akan mahakaryanya seperti Garuda Wastu Kencana yang berdiri di Provinsi Bali. 

Dalam pameran seni NuArt, terdapat replika dari beberapa karya seni patung Nyoman Nuarta termasuk Garuda Wisnu Kencana. Salah satu hal yang menarik adalah terdapat serangkaian proses pembuatan GWK yang digambarkan diatas media canva dengan menggunakan lukisan tinta.

Gambar 2.7.
Gambar 2.7. "Garuda Wisnu Kencana" (Sumber: Dokpri/NuArt Bandung) 

Gambar 2.8.
Gambar 2.8. "The Journey Of The Mighty Garuda Wisnu Kencana 2014, Andreas Camelia"  (Sumber: Dokpri/NuArt Bandung)
 

Beberapa karya hebat Nyoman Nuarta lainnya seperti Rush Hour 3. Karya patung ini dapat diinterpretasikan seperti kondisi perkotaan yang ramai dengan memperlihatkan masyarakat menaiki sepeda dengan laju cepat agar sampai pada tujuannya. Lukisan yang megah dan nilai estetikanya sangat mewah seperti pada karya "Bahtera" yang memperlihatkan satu bangsa sedang melewati lautan dengan ombak keras. 

Selain dari penggambaran lingkungan sekitar, terdapat karya berjudul "Devi Zalim" yang penggambarkan malaikat maut hitam membawa arit besar sambil menggunakan jubah hitam.

Gambar 2.9.
Gambar 2.9. "Rush Hour 3, 2002." (Sumber: Dokpri/NuArt Bandung)
 

Gambar 3.1.
Gambar 3.1. "Bahtera, 2020." (Sumber: Dokpri/NuArt Bandung)
Gambar 3.2.
Gambar 3.2. "David Zalim, 2015." (Sumber: Dokpri/NuArt Bandung)

Dengan demikian, ruang publik perlu diadakan oleh masyarakat kota disekitar sebagai sarana fasilitas informasi dan edukasi serta akan pentingnya mengapresiasi hasil karya seniman. Fungsi galeri merupakan wadah pendidikan non-formal  serta pusat pengembangan kreatifitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun