Waspada Dengue Fever
Oleh: Alviyatun
Beberapa waktu yang lalu tepatnya hari Sabtu tanggal 19 Maret 2022 sekitar pukul 12.00 WIB. Anak sulung saya menelpon dari rumah. Ia mengabarkan kalau adiknya (anak bungsu saya) panas sejak pukul sebelas siang. Panasnya tinggi sampai 39,0 derajat celcius. Kebetulan saat itu kami janjian untuk makan siang bareng di sebuah warung makan sederhana dengan menu yang si bungsu ingini. Makan siang sebagai syukuran atas keberhasilannya meraih kejuaraan pada event POPDA tingkat propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta cabang olahraga pencak silat. Acara ini pun akhirnya batal.
Akhirnya saya pun pulang dan melihat keadaan Si Bungsu yang sedang meringkuk di kamar. Kepalanya pusing, pusing sekali. Tanpa berpikir panjang segera mengambil obat penurun panas dan segera diminumnya. Saya berpikir mungkin ini akibat kecapekan bertanding selama 2 hari berturut-turut, yang sangat menguras tenaganya. Bahkan pada pertandingan hari pertama sempat terkapar di akhir pertandingan dan mendapat pertolongan pernapasan berupa oksigen.
Sambil memijat kepalanya saya mengajukan beberapa pertanyaan mencari sebab adanya kemungkinan cedera pada tubuhnya. Sepanjang itu jawabannya aman, tidak ada cedera yang serius. Selanjutnya istirahat sambil terus memantau perkembangan suhu tubuhnya. Si Bungsu ini berusia 16 tahun. Tinggi badannya 165 cm dengan berat badan 65 kg. Biasanya ia terlihat begitu kuat dan kini terkulai lemah.
Keesokan harinya adalah hari Minggu. Pagi itu suhu tubuhnya belum menurun, hanya menurun sesaat setelah satu jam minum obat, beberapa menit kemudian panas lagi bahkan pada siang harinya sampai 40,0 derajat Celcius. Saya cukup khawatir.
Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia kesehatan, beberapa asumsi muncul di benak saya. Ada khawatiran anak saya terkena cedera bagian dalam organ tubuhnya, ataukah terinfeksi virus Covid-19, ataukah tergigit nyamuk yang membawa virus Dengue? Karena ada peningkatan kasus Demam berdarah (DB) di wilayah kecamatan kami. Kekhawatiran yang lumrah dan harus segera dibuktikan dengan membawanya periksa ke fasilitas layanan kesehatan. Karena hari Minggu, saya membawanya langsung ke UGD salah satu rumah sakit di kabupaten, yang menurut saya memiliki fasilitas yang lengkap.
Sampai di depan UGD, dilakukan screening pemeriksaan antigen Covid-19 dan hasilnya negatif. Hasil negatif ini sebagai salah satu syarat kehati-hatian dari pihak rumah sakit. Jika hasil pemeriksaan antigen Covid-19 positif, pasien akan mendapatkan perlakuan khusus sesuai standart operasional prosedur penanganan pasien Covid-19. Karena hasil screening negatif anak saya segera dimasukkan ke ruang UGD dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga.
Dokter mengatakan karena masih panas hari pertama (hitungan hari adalah setelah 24 jam sejak mulai panas), maka sebaiknya pemeriksaan laboratorium dilakukan pada hari kedua atau ketiga. Pada hari pertama hasil laboratorium biasanya belum menunjukkan arah penyakitnya. Tetapi saya tetap memohon untuk tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah rutin) termasuk pemeriksaan NS1.
NS1 singkatan dari Non Struktural protein 1 adalah salah satu jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi infeksi virus Dengue. Protein yang dimiliki oleh virus Dengue ini akan ditemukan dalam darah seseorang yang terinfeksi virus tersebut pada gejala panas hari pertama sampai hari ketujuh. Jika hasil pemeriksaan NS1 positif, maka orang tersebut terinfeksi virus Dengue. Ini tentu membantu dokter dalam mendiagnosa penyakit lebih awal dan mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah pada pasien.
***
Setelah sample darah Si Bungsu diambil dan dibawa ke laboratorium oleh petugas, beberapa saat kemudian saya dipanggil dokter. Dokter menjelaskan hasil laboratorium Si Bungsu. Ia mengatakan anak saya positif demam dengue (demam berdarah). Hasil angka trombosit menurun 117.000 per mm3, NS1 positif. Dokter pun menyarankan untuk rawat inap di rumah sakit, karena kemungkinan besar sel trombositnya besok akan menurun lagi. Saya pun menyetujui untuk rawat inap di rumah sakit tersebut demi menjaga kondisi anak saya dan kesembuhannya.
Demam berdarah adalah penyakit yang tidak boleh disepelekan. Bisa menjangkiti siapa saja, dan bahkan pada kondisi tertentu dapat menyebabkan kematian. Saya menyadari hal tersebut, dan berusaha mengupayakan yang terbaik untuk buah hati. Harapan saat itu, dengan penanganan lebih awal (sejak hari pertama) sudah opname, tentu angka trombosit tidak menurun banyak. Kenyataannya tidak demikian. Trombosit tetap menurun sampai pada hari kelima dan keenam.
Trombosit adalah keping darah yang berperan utama dalam proses pembekuan darah. Apabila jumlahnya kurang dari normal maka proses pembekuan darah akan terganggu. Dalam kasus demam berdarah, sering terjadi perdarahan seperti mimisan, BAB berdarah, urin berdarah, gusi berdarah, dan perdarahan pada organ lainnya, disebabkan oleh karena terjadinya penurunan trombosit dan kerusakan pembuluh darah.
Selain pemeriksaan angka trombosit pada kasus DB dilakukan pula pemeriksaan hematokrit. Hematokrit (Hmt) adalah perbandingan jumlah sel darah merah terhadap volume darah dalam satuan persen. Hasil hematokritnya, pada hari kelima adalah 50%. Hmt 50% artinya jumlah sel darah merah 50 mililiter per 100 mililiter volume darah. Kondisi ini menandakan terjadi kekentalan darah karena kurangnya cairan yang masuk. Walaupun sudah diberi cairan infus tetapi karena anak saya kurang minum sehingga terjadi kenaikan hematokrit dan penurunan jumlah trombosit. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pembuluh darah yang mengakibatkan perdarahan, diperlukan penanganan yang baik dan kesadaran pasien untuk input cairan yang banyak.
Pemantauan angka trombosit dan kadar hematokrit dilakukan secara serial setiap 12 jam sekali dan setiap 6 jam sekali pada hari kelima dan keenam. Saat itu suhu tubuh menurun tetapi nafsu makan dan minum tidak ada, karena dada terasa sesak dan perut terasa penuh, muntah beberapa kali. Menurut penjelasan dokter, berdasarkan hasil rontgen, terdapat penumpukan cairan di pleura (paru-paru) dan juga di bagian perut. Sehingga terasa sesak dan mual.
Penurunan suhu tubuh pada hari kelima sering membuat para orangtua lengah. Banyak yang mengira suhu tubuh menurun adalah pertanda kesembuhan bagi si sakit. Padahal sebenarnya ini adalah masa kritis pasien. Jika terlambat membawa ke fasilitas layanan kesehatan, kondisi yang lebih parah sering terjadi dan bahkan dapat meyebabkan kematian.
 Pada hari kelima dan keenam adalah puncak penurunan angka trombosit dan itulah masa kritis yang harus diwaspadai. Angka trombosit Si Bungsu 20.000/mm3 sedangkan angka normalnya adalah 145.000-450.000 per mm3. Pada hari keenam menurun lagi 17.000/mm3.
Pada hari ketujuh, alhamdulillah angka trombosit mulai naik perlahan sampai pada hari kedelapan semakin membaik 50.000/mm3 dengan Hmt 42 %. Dokter memberikan obat untuk mengeluarkan penumpukan cairan di paru dan perut, sehingga nafsu makan dan minum sudah mulai pulih. Akhirnya diperbolehkan untuk pulang.
***
Berikut adalah hal yang perlu dilakukan jika Ananda kita sedang demam atau panas:
Selalu menyediakan thermometer di rumah. Fungsi thermometer adalah untuk mengukur suhu tubuh saat terasa demam atau tidak enak badan.
Selalu menyediakan obat penurun panas. Untuk dewasa dapat menggunakan tablet, untuk anak-anak dapat menggunakan sirup, atau suppositoria (obat padat berbentuk kerucut atau peluru yang dimasukkan melalui dubur). Â Saat panas atau demam obat tersebut bisa diberikan sebagai pertolongan pertama sebelum ke dokter.
Saat demam atau panas, berikan motivasi pada Ananda untuk banyak minum agar tubuh tidak mengalami dehidrasi. Kondisi dehidrasi dapat diketahui salah satunya dengan berkurangnya volume air seni/urin yang keluar. Atau bahkan tidak mengeluarkan urin.
Menyediakan plester kompres yang dapat dibeli di apotik atau kain untuk mengompres pada bagian ketiak atau dahi Ananda saat demam atau panas.
Mendampingi Ananda dengan penuh kasih sayang.
Memberikan asupan gizi dengan sabar dan telaten, karena saat sakit Ananda cenderung sulit makan dan minum.
Segera membawa Ananda periksa ke dokter atau fasilitas layanan kesehatan bila terjadi kondisi yang mengkhawatirkan.
Sebagian wilayah di Indonesia saat ini sedang musim penghujan. Musim penghujan menjadi salah satu pendukung berkembangnya virus Dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Perlu dilakukan beberapa upaya agar nyamuk tersebut tidak dapat berkembangbiak. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Melakukan gerakan 3 M yaitu menguras, menutup dan mengubur.
Menguras jamban atau tampon air, menutup wadah air, mengubur kaleng bekas, botol yang sekiranya bisa menjadi tempat bertelur nyamuk.
- Membersihkan vas bunga berisi air, tempat minum burung, tempat dispenser secara rutin maksimal 3 hari sekali.
- Menata pakaian agar rapi dan tidak membiarkannya bergelantungan di sembarang tempat.
- Secara rutin membersihkan lingkungan sekitar rumah, tidak membiarkan sampah bertumpuk di tong sampah
- Dan yang terbaru adalah pengembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia sebagai penetralisir virus Dengue. Ini dipelopori oleh Fakultas Kedokteran UGM bekerjasama dengan dinas kesehatan Kabupaten Bantul, Sleman, dan Kotamadya Yogyakarta.
Demikian sedikit cerita pengalaman saat anak saya mengalami demam berdarah. Semoga bermanfaat. Terimakasih.
Bantul, 7 April 2022
Salam sehat,
Alviyatun
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H