Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengorbanan Sebatang Nyiur

2 Juni 2021   21:52 Diperbarui: 2 Juni 2021   22:04 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : https://cdn.pixabay.com/

Menjulang tinggi batang tubuh berjajar mematri
Menyimbol kekuatan, kekokohan diri
Walau tanpa ranting, dedaunannya ikhlas mengayomi
Bahkan bunga dan buahnya terpetik sebagai nutrisi

Nyiur melambai-lambai di pinggiran pantai nusantara
Bersahabat dengan angin, bercengkrama dan tertawa di angkasa
Meneguhkan ikhlas kepada Tuhan Penguasa alam semesta
Bersahabat dengan manusia, mempersembahkan pengabdian di dunia

Sesungguhnya Nyiur mengisyaratkan hikmah
Sebagai buah teristimewa, karena manusia tak biasa menangkapnya
Ia terjatuh begitu saja
Mungkinkah ia mengeluhkan sakitnya?

Sakit yang belum seberapa, telak kibasan parang bengis menodai hijau kulit dan tubuhnya
Diam...tak berkata-kata
Hanya isyarat kenikmatan memancar bening, menyegarkan dan menyehatkan
Pun demikian, setelahnya dicampakkan...bruk...
Jadilah arang pembakaran tungku-tungku tuan

Tinggi dan kokoh batang tubuhnya bukan wujud kesombongan
Dari sanalah naungan-naungan dihamparkan
Tuan-tuan kelelahan bersandar di tiang-tiang bangunan
Sampai lupa memuji keagungan Tuhan

Nyiur yang dirindukan
Alam masih merindumu, menemanimu menggandeng angin
Tapi bagaimana kini engkau
Jasadmu semakin murung, dalam genangan bebatuan gunung

Pantai tak lagi mendengar nyanyian
Nyiur hijau di tepi pantai
Siar-siur, daunnya melambai
Menghias nusantara indah permai

Bantul, 2 Juni 2021
Salam rindu Nyiur Hijau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun