Menjulang tinggi batang tubuh berjajar mematri
Menyimbol kekuatan, kekokohan diri
Walau tanpa ranting, dedaunannya ikhlas mengayomi
Bahkan bunga dan buahnya terpetik sebagai nutrisi
Nyiur melambai-lambai di pinggiran pantai nusantara
Bersahabat dengan angin, bercengkrama dan tertawa di angkasa
Meneguhkan ikhlas kepada Tuhan Penguasa alam semesta
Bersahabat dengan manusia, mempersembahkan pengabdian di dunia
Sesungguhnya Nyiur mengisyaratkan hikmah
Sebagai buah teristimewa, karena manusia tak biasa menangkapnya
Ia terjatuh begitu saja
Mungkinkah ia mengeluhkan sakitnya?
Sakit yang belum seberapa, telak kibasan parang bengis menodai hijau kulit dan tubuhnya
Diam...tak berkata-kata
Hanya isyarat kenikmatan memancar bening, menyegarkan dan menyehatkan
Pun demikian, setelahnya dicampakkan...bruk...
Jadilah arang pembakaran tungku-tungku tuan
Tinggi dan kokoh batang tubuhnya bukan wujud kesombongan
Dari sanalah naungan-naungan dihamparkan
Tuan-tuan kelelahan bersandar di tiang-tiang bangunan
Sampai lupa memuji keagungan Tuhan
Nyiur yang dirindukan
Alam masih merindumu, menemanimu menggandeng angin
Tapi bagaimana kini engkau
Jasadmu semakin murung, dalam genangan bebatuan gunung
Pantai tak lagi mendengar nyanyian
Nyiur hijau di tepi pantai
Siar-siur, daunnya melambai
Menghias nusantara indah permai
Bantul, 2 Juni 2021
Salam rindu Nyiur Hijau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H