Penulis : Alviyatun
Perkembangan Diabetes Melitus di Indonesia
Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat keenam negara dengan penderita diabetes tertinggi di dunia, yaitu 10,3 juta pasien pada tahun 2017. Diperkirakan angka tersebut terus meningkat hingga mencapai 16,7 juta orang di tahun 2045 (idntimes.com/health/medical/izza-namira-1/75-tahun-merdeka-tapi-indonesia-belum-bebas-dari-10-penyakit-ini).
Penyakit Diabetes Melitus menjadi urutan ke empat 10 penyakit yang populer di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Infodatin Kementrian Kesehatan RI. Perkembangan jumlahnya semakin hari semakin meningkat dan akan terus meningkat.
Dilansir dari https://bangka.tribunnews.com/2020/12/15/penderita-diabetes-jadi-kelompok-rentan-di-masa-pandemi-ini-yang-harus-dilakukan, pada tahun 2020, prevalensi pasien diabetes di Indonesia mencapai 6,2 persen atau lebih dari 10,8 juta orang.
Jumlah yang terus meningkat ini tentu dipengaruhi oleh beberapa sebab, seperti diungkapkan oleh Ketua Umum PB PERKENI, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD pada Senin (1/7/2019) dalam acara Peluncuran Aplikasi Deep. Bahwa obesitas paling dekat dengan diabetes. Obesitas disebabkan karena terlalu banyak makan tapi kurang olahraga. Negara maju pola hidupnya berubah (https://lifestyle.okezone.com/)
Melihat perkembangan saat ini, penyakit DM mengintai. Bukan karena datangnya yang seperti virus Corona, tapi karena ia tersaji di mana-mana, dengan mudahnya di dapat, karena ia bersarang dalam setiap hidangan yang menggoda. Pun demikian dengan minuman cepat saji yang notabene mengandung tinggi gula dan menawarkan aneka varian rasa yang menarik indera perasa untuk menikmatinya. Semua datang mencarinya.
Bahkan penggemarnya merata dari usia balita sampai usia lansia. Sehingga menjadi sangat mungkin kasus Diabetes melitus akan semakin meningkat, apabila kesadaran melindungi tubuh dari penumpukan zat gula berlebih tidak segera bangkit.
Meningkatnya kadar gula dalam darah
Menurut http://p2ptm.kemkes.go.id/, Diabetus melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologic yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pancreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO,1999).
Jadi cukup jelas bahwa penyebab meningkatnya kadar gula dalam darah karena kegagalan fungsi insulin atau resistensi insulin, yaitu sel-sel tubuh yang seharusnya merespon saat insulin mengatur masuknya glukosa dalam sel tubuh, tetapi ia menolak atau kurang respon. Sehingga kadar gula yang seharusnya menurun setelah insulin bekerja, kadarnya tetap tinggi. Secara normal, kadar gula darah setelah satu jam makan ia meningkat maksimal dan setelah dua jam ia akan kembali normal.
Penyakit Diabetes Melitus adalah suatu penyakit tidak menular di mana kondisi kadar gula dalam darah seseorang melebihi batas normal. Batas normal kadar gula dalam darah sebagai berikut :
Pemeriksaan
Kadar Normal (mg/dl)
Kadar terbaik (mg/dl)
Gula Darah Sewaktu (GDS)
 200<
< 200
Gula Darah Puasa (GDP)
80 -- 125
80 -- 110
Gula Darah 2 Jam setelah makan (GDPP: Gula Darah Post Pandrial)
110 -- 180
110 -- 145
Sumber tabel : PERKENI (dikutip dari : https://www.honestdocs.id/tabel-kadar-gula-darah-normal)
PERKENI adalah Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Bagaimana melakukan tes GDS, GDP, dan GDPP ?
Sementara tes GDP, dilakukan dengan syarat pasien berpuasa tanpa ada asupan kalori selama 8 -- 10 jam pada malam hari sebelum keesokan harinya diambil darahnya (PERKENI,Pedoman Pemantauan Glukosa Darah Mandiri,2019)
Tes GDPP, dilakukan setelah 2 jam setelah makan. Lazimnya pemeriksaan GDPP satu paket dengan GDP. Sehingga pasien dalam satu hari bisa diperiksa kadar gula darahnya dua kali. Pemeriksaan pertama GDP, setelah itu pasien makan atau (diberikan minuman sirup gula 75 gram).
Fungsi tes GDPP ini adalah untuk mengukur sejauh mana kemampuan tubuh dapat memproses glukosa setelah mengonsumsi gula dalam jumlah tertentu. Seperti yang kita ketahui, gula merupakan sumber energi utama tubuh (https://doktersehat.com/glukosa-2-jam-pp/).
Bagaimana mengetahui penyakit DM?
- Sering merasa haus
- Sering merasa lapar
- Sering buang air kecil
- Berat badan menurun drastis tanpa sebab
- Gatal-gatal atau luka yang tak kunjung sembuh
- Badan terasa lemas
- Ada gangguan fungsi seksual
- Ada gangguan penglihatan (kabur)
Jika seseorang merasakan satu atau lebih gejala di atas dan disertai dengan hasil gula darah yang meningkat lebih dari normal, maka orang tersebut dicurigai menderita diabetes melitus. Selanjutnya petugas kesehatan akan menyarankan untuk melakukan tes rutin sebagai evaluasi dan pemantauan kadar gula darahnya. Seperti tes yang telah dibahas di atas, GDP, GDPP, atau bisa juga GDS.
Mengapa kadar gula dalam darah bisa naik bahkan lebih dari normal?
Dilansir dari https://dosenbiologi.com/manusia/fungsi-pankreas, meningkatnya kadar gula dalam darah berhubungan erat dengan adanya gangguan pada produksi insulin. Ialah sel beta pankreas menghasilkan hormon insulin. Hormon insulin berperan untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Insulin akan membantu menurunkan kadar gula dalam darah yang terlalu berlebih untuk disimpan di dalam hati. Sebagian orang yang tidak memiliki hormon insulin atau pankreasnya hanya mampu menghasilkan sedikit hormon insulin maka ia akan terkena penyakit diabetes melitus.
Seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula di dalam darahnya lebih dari normal, biasanya akan menjadi panik. Kenapa bisa tinggi? Dalam keluarga tidak ada selama ini yang sakit gula, atau mempunyai tanda-tanda kencing manis. Inilah yang sering terjadi di masyarakat, terutama masyarakat awam.
Ada pula yang tiba-tiba, mengetahui timbangan badannya menurun drastis padahal ia merasa makannya banyak, berkali-kali pula. Setelah memeriksakan ke dokter atau pusat layanan kesehatan masyarakat, ternyata gula darahnya sudah sangat tinggi lebih dari 500mg/dl.
Suatu saat ada seorang pasien mengeluh bahwa beberapa hari terakhir buang air kecilnya berkali-kali. Ia selalu merasa haus dan baru merasa lega kalau sudah minum banyak dan manis pula. Ia merasa baik-baik saja. Setelah badannya mulai sering terasa lemas, penglihatannya mulai terasa kabur, baru sadar ia butuh ke layanan kesehatan. Akhir ceritanya sama, kadar gula dalam darahnya sudah meningkat, dan mulai mengganggu indra penglihatan.
Demikianlah yang sering terjadi di masyarakat. Karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini, mereka sering mengabaikan gejala yang timbul pada dirinya. Akhirnya mereka datang ke fasilitas layanan Kesehatan sudah dalam kondisi yang parah.
Paradigma inilah yang harus dirubah. Memang tidak mudah, tetapi perlahan dan sabar pasti bisa.
Oleh karena itu, di pusat fasilitas layanan kesehatan masyarakat di wilayah Indonesia, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM), telah menyelenggarakan berbagai kegiatan di masyarakat antara lain promotif dan preventif tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) termasuk di dalamnya Diabetus Melitus.
Pemeriksaan screening terhadap PTM untuk mengetahui sedini mungkin penyakit tidak menular dalam hal ini DM, telah dilakukan dengan daya dukung sumber dana yang memadai dari pemerintah daerah setempat, sumber daya manusia yang professional melibatkan berbagai profesi Kesehatan di wilayah setempat, dan dukungan masyarakat yang menjadi target dari program tersebut.
Program PTM ini, mempunyai sasaran masyarakat usia produktif usia 15 - 59 tahun. Mengapa usia produktif menjadi sasaran utama? Supaya PTM dapat dicegah dan dikendalikan sedini mungkin termasuk DM. Sehingga tujuan program PTM untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian yang dilaksanakan secara komprehensif, efektif, efisien, dan berkelanjutan dapat tercapai.
Sebelum pandemi Covid-19, di puskesmas tempat saya bertugas (Puskesmas Kretek kabupaten Bantul, DIY), masyarakat usia 15 - 59 tahun di setiap dusun dikumpulkan, diberi pengarahan dan penyuluhan tentang PTM dan dilakukan tes glukosa darah, kolesterol dan asam urat. Dari hasil kegiatan tersebut, dapat diketahui hasil kadar glukosanya, kadar kolesterolnya dan kadar asam uratnya. Hasil yang melebihi normal, dirujuk ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kini penyakit DM tidak hanya menjangkiti masyarakat ekonomi elit saja, tetapi telah menyapa masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah. Sebagai fakta banyak kasus DM di masyarakat, sebagai ekonomi menengah ke bawah.Â
Rendahnya pengetahuan menjadi penyebab utama munculnya DM tersebut. Setiap kali haus minumnya selalu pakai gula atau minuman manis lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya membikin boros dalam pengeluaran. Munculnya penyakit DM pada kalangan masyarakat inipun menambah beban bagi dirinya dan bagi negara. Bagaimana tidak? Setiap minum memakai gula, padahal untuk membeli gula juga tidak murah. Jika terkena DM dan tidak punya jaminan untuk berobat, maka ia keluar dana lagi untuk berobat. Dan jika mempunyai BPJS sebagai kartu jaminan sehat, maka negara menanggung biaya pengobatannya.
DM dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain :
a. Pola makan yang tidak seimbang, yang bisa disebabkan oleh :
- Konsumsi makanan tinggi karbohidrat secara berlebih ini terjadi karena tidak adanya keterikatan seseorang dengan suatu pantangan. Ia merasa sehat dan tak akan sakit. Â
- Kurangnya pengetahuan tentang hidup sehat.
- Merasa diri masih usia muda, bahwa usia muda bebas makan apa saja.
b. Faktor genetic terjadi jika salah satu atau lebih anggota keluarga ada menderita DM. Jika salah satu atau kedua orangtuanya memiliki diabetes, Â Â risikonya lebih besar lagi bisa mencapai sekitar 50 persen. (https://hellosehat.com/)
c. Gaya hidup. Gaya hidup seseorang semisal mengkonsumsi gula terlalu banyak, bisa mengakibatkan resistensi insulin, dimana sel-sel tubuh  menolak reaksi insulin.  Â
Berapa sih sebenarnya kebutuhan konsumsi gula seseorang yang diperbolehkan?
Menurut WHO, tubuh kita hanya membutuhkan gula kurang dari 10% dari total asupan energi atau setara dengan 50 gram gula per hari (jika kebutuhan energi harian  2000 kalori/hari). Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI, anjuran konsumsi gula per hari menurut kelompok umur adalah:
- Umur 1-3 tahun: 2-5 sendok teh
- Umur 4-6 tahun: 2,5-6 sendok teh
- Umur 7-12 tahun: 4-8 sendok teh
- Lebih dari 13 tahun dan dewasa: 5-9 sendok teh
- Lansia: 4-8 sendok teh
(Sumber : https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-hari/)
 d. Faktor Usia. Usia seseorang semakin lama bertambah tua. Organ-organ tubuh pun semakin berkurang dan tidak maksimal fungsinya, termasuk metabolisme gula dalam tubuh tidak maksimal lagi. Sehingga kadar gula meningkat.
e. Autoimun, ialah kondisi dimana system imun dalam tubuh menyerang sel-sel dalam pankreas di mana insulin diproduksi. Akibatnya tubuh tidak bisa memproduksi insulin sehingga kadar gula dalam darah meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Sehingga di usia yang sangat muda telah menderita diabetes. Para ahli memperkirakan virus sebagai penyebabnya (https://hellosehat.com).
f. Â Ada lagi kondisi tertentu yang bisa menyebabkan munculnya DM, yaitu: sindrom polikistik ovarium dimana penyebabnya adalah obesitas. Kemudian radang pancreas yang merusak sel pancreas, sindrom Chusing yang menyebabkan terbentuknya kortisol hormon yang meningkatkan kadar glukosa. Sedangkan Glukagonoma adalah penyakit yang menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam tubuh karena tubuh tidak bisa menghasilkan hormone insulin (https://hellosehat.com).Â
Kendala Pengelolaan DM
Seseorang yang menderita DM, akan menjalani pengobatan dalam jangka waktu lama. Sehingga butuh kesabaran, ketelatenan, dan kesungguhan. Demikian juga dukungan keluarga sangat dibutuhkan, sebagai penyemangat dan pengawas minum obat serta dietnya.
Banyak pasien yang merasa bosan karena telah sekian lama mengkonsumsi obat gula dan tak kunjung sembuh. Karena memang penyakit ini hampir belum bisa disembuhkan karena adanya gangguan pada produksi insulinnya atau pun sel-sel tubuh yang memang tidak bisa menerima insulin (resistensi insulin).
Terkadang pasien sudah merasa tubuhnya enak, kemudian menghentikan obat-obatnya. Akhirnya kadar gulanya meningkat lagi dan sayangnya peningkatannya disertai kondisi tubuh yang lebih buruk.
Pasien sering merasa putus asa, dan akhirnya nekad menghentikan diet dan obatnya. Akibatnya, hal yang tidak diinginkan sering terjadi, seperti terjadinya hiperglikemia dimana kadar gula darah sangat tinggi hingga pasien mengalami syok dan bahkan sampai koma.
Ada lagi pasien yang mengalami pembusukan pada bagian anggota tubuhnya, sehingga harus perawatan luka setiap hari, dan bahkan sampai diamputasi. Beberapa pasien mengalami depresi karena kondisi ini, serta malu untuk bertemu dengan orang lain, sehingga seringkali menyembunyikan diri, tidak keluar rumah. Sering marah-marah dengan orang-orang terdekatnya. Hal ini tentu malah memperparah kondisi tubuhnya, karena stress juga menjadi salah satu pemicu naiknya kadar gula dalam darah.
Kondisi-kondisi seperti inilah yang mestinya ada pendampingan baik dari keluarga maupun dari petugas kesehatan. Merekalah yang akan memantau kondisi gula dan kondisi kejiwaan penderita.
Tips Mencegah dan mengelola DM
Beberapa tips berikut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa dikutip dari program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari Kemenkes :
- Melakukan aktifitas fisik secara rutin/setiap hari. Aktifitas rutin ini bisa apa saja, menyapu, mengepel lantai, mencuci, dan sebagainya. Fungsi aktifitas fisik ini adalah untuk membakar kalori dalam bentuk gula, agar selalu dalam  kondisi normal.
- Memperbanyak makan sayur dan buah. Sayur dan buah mengandung banyak serat, menyebabkan metabolisme tubuh lancar. Selain itu buah dan sayur bisa menjadi alternatif pengganti ngemil.
- Berolahraga minimal 30 menit. Olahraga ini sangat penting untuk membakar kalori yang sudah masuk ke dalam tubuh dan diolah disalurkan melalui darah. Olahraga juga membakar lemak, memperlancar aliran darah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.
- Mengurangi konsumsi gula/pemanis. Membiasakan diri dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan dan minuman secara sehat dan seimbang. Tidak berlebih dan tidak kurang adalah program yang perlu dibiasakan sejak kecil. Yang populer di masa sekarang, anak-anak minum susu sejak bayi dengan susu yang mengandung pemanis dalam jumlah yang berlebih. Akibatnya banyak anak yang menjadi obesitas. Obesitas ini menjadi pemicu munculnya Diabetes melitus.
- Mengurangi ngemil dan makan di malam hari. Ngemil adalah kebiasaan yang mengasyikkan. Hampir setiap orang suka ngemil, memasukkan snak atau makanan kecil sedikit demi sedikit tetapi berkali-kali dan berulang-ulang. Biasanya snak ngemil bahan bakunya adalah mengandung tinggi karbo dan beberap tinggi gula. Lama-lama bisa menyebabkan resistensi insulin. Demikian juga dengan makan malam, dimana kegiatan dimalam hari adalah lebih banyak istirahat/tidur. Sehingga jika makan terlalu malam karbohidrat yang masuk tidak dapat disekresikan melalui keringat. Akibatnya juga bisa obesitas dan obesitas adalah lebih dekat dengan Diabetes.
- Minum air putih yang banyak maksimal 2 liter sehari semalam. Dilansir dari https://hellosehat.com/, bahwa kurang minum air putih bisa menyebabkan beberapa gangguan terhadap organ jantung, ginjal, dan juga bisa menyebabkan Diabetes melitus. Menurut para ahli ini disebabkan hormone vasopressin yang menahan ginjal menahan air dan hati untuk menghasilkan gula darah. Kondisi ini mempengaruhi tubuh untuk mengatur hormone insulin.
- Bagi penderita Diabetes kronik maupun akut, melakukan olahraga ringan tidak terlalu berat tetapi rutin. Selain untuk menstabilkan kadar gula darah juga agar peredaran darah ke syaraf-syaraf tepi menjadi lancar, sehingga tidak sering merasa kesemutan atau kebas. Ada beberapa senam khusus Diabetes melitus yang bisa didownload dari media Youtube. Senam dilakukan minimal seminggu sekali.
- Rajin mengontrol kadar gula darah ke laboratorium atau dengan alat pengontrol gula darah sendiri. Sehingga bisa terpantau kadar gula darahnya.
Sebagai kesimpulan, penyakit Diabetes Melitus sebenarnya bisa dicegah dengan melakukan berbagai upaya seperti di atas, juga bisa dikendalikan dengan terapi dan diet sesuai saran dokter.
Perlunya pendampingan dan pengawasan dari keluarga, dukungan moral dan mungkin spiritual guna menguatkan batinnya, bahwa segala usaha adalah milik manusia, tapi hasil adalah milik yang Maha Kuasa.
Salam sehat salam bahagia.
Bantul, 16 Mei 2021
Alviyatun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H