Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menahan Hasrat Rindu dan Sayang Saat Pulang

16 Januari 2021   00:42 Diperbarui: 16 Januari 2021   01:04 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Pixabay.com

Menjelang Cuti Bersama / Liburan Panjang

Kalender tahun Masehi selalu berubah angka tahunnya,tetapi tak pernah berubah angka pada tanggalnya. Peringatan hari besar pun tak pernah berubah tanggalnya, hanya sering kali hari tak sama dengan tahun sebelumnya.

Ini mempermudah masyarakat untuk mengingatnya, sehingga bisa mempersiapkan diri untuk berbagai agenda pada tanggal yang direncanakan. Terutama agenda liburan bersama keluarga atau teman dan saudara.

Seperti saat menjelang hari raya idul fitri atau pun akhir tahun, banyak pekerja baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Non PNS, mendapatkan jatah cuti bersama atau libur panjang. Bulan Desember bahkan sampai tahun berikutnya menjelang tahun baru.

Mereka memanfaatkan momen-momen istimewa ini demi untuk berkumpul dengan keluarga bagi yang jauh dari keluarga (merantau). Atau memaksimalkan waktu berkumpul dengan keluarga bagi yang dekat dengan keluarga karena sering terganggu dengan padatnya aktifitas pekerjaan atau pun kegiatan belajar (bagi pelajar dan mahasiswa). Utamanya pada masa sebelum pandemi Covid-19.

Kondisi Saat Pandemi Covid-19

Berbeda halnya dengan kondisi saat pandemi Covid-19. Semua kegiatan dan aktifitas publik sangat terbatas. Masyarakat wajib menerapkan protokol kesehatan, apalagi saat berada di fasilitas pelayanan umum atau pun di area ruang publik. Tentu berbagai persiapan perlu dilakukan dalam menjalani cuti bersama atau libur bersama di kampung halaman. Apalagi bila kota asal rantau termasuk daerah zona merah Covid-19.

Selain persiapan barang-barang bawaan,seperti masker, face shield, handsanitizer, desinfektan spray, kacamata, pemudik diwajibkan menjalani pemeriksaan rapid antigen Covid-19 terlebih dahulu sebagai uji screening, atau bahkan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) terhadap swab nasal dan orofaring, sebagai gold standart penentuan diagnosa penyakit Covid -19.

Pemeriksaan ini dilakukan sesuai kebijakan pemerintah daerah setempat atau dinas terkait (baik dinas perhubungan atau pun dinas kesehatan), untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia menekan terjadinya penularan dan penyebaran penyakit Covid-19.

Sebagai contoh, sebelum menggunakan fasilitas angkutan kereta api, penumpang diwajibkan menunjukkan hasil tes Rapid Antigen Non Reaktif atau hasil swab PCR negatif. Pemeriksaan rapid tes maupun tes PCR dilakukan maksimal 3x24 jam sebelum keberangkatan.

Ini dimaksudkan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 yang semakin hari semakin tak terkendali. Adanya aturan baru bagi penumpang kereta api jarak jauh yang berlaku mulai tanggal 9-25 Januari 2021, penumpang juga diwajibkan mengenakan masker dengan benar, dan jenis sesuai standar ( masker bedah atau masker 3 lapis) dan face shield.

Penggunaan baju lengan panjang juga disarankan bagi penumpang. Selain itu masih diperketat dengan tidak adanya gejala demam, batuk pilek, sakit tenggorokan, dan diare pada saat keberangkatan.

Bulan Januari 2021, perkembangan orang terinfeksi Covid-19 semakin melaju. Korban telah banyak berjatuhan. Tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, para pejabat pemerintahan, tenaga medis dan non medis serta masyarakat umum tak luput dari sasaran virus ini.

Pemerintah telah menggerakkan sumber daya dan sumber dana dari berbagai lini, namun seolah makhluk kecil ini enggan pergi. Mungkin ia merasa nyaman di bumi Indonesia yang saat ini sedang mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi cuaca yang lembab sangat mendukung bagi perkembangbiakan virus.

Jika pemerintah telah berupaya keras, lalu bagaimana dengan masyarakat yang menganggap makhluk ini tak ada? Mereka tentunya dengan nyaman melenggang kangkung, wira-wiri, kumpul dan ngerumpi sana-sini, tanpa menerapkan aturan protokol kesehatan.

Kelompok ini tidak mau peduli dengan banyaknya korban yang sudah berjatuhan, banyaknya orang yang terdampak dari virus ini, dan bagaimana perilaku bebasnya bisa berakibat tidak baik bagi keluarga, saudara, teman, tetangga dan juga masyarakat lainnya.

Meski berbagai informasi tentang virus ini banyak tersebar di berbagai media, tak membuatnya menjadi sadar. Memang tak mudah merubah perilaku masyarakat. Butuh kesabaran dan ketekunan, serta usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Suatu saat akan ada generasi yang sangat peduli dengan perilaku hidup bersih dan sehat, sebagai hikmah dari munculnya makhluk kecil yang membandel ini.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Virus Corona ini secara nyata mengajarkan kita bagaimana cara hidup bersih dan sehat. Karena hanya dengan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kita akan terhindar dari berbagai penyakit menular. Bukan hanya virus Corona, tetapi virus atau pun bakteri lain yang menimbulkan penyakit menular.

PHBS yang telah dilontarkan kementerian kesehatan pada program Promosi Kesehatan (Promkes) sejak tahun 2016, menjadi cikal bakal adanya adaptasi kebiasaan baru. Dalam https://promkes.kemkes.go.id/phbs, PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari -- hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat. Terdapat 10 indikator keberhasilan PHBS, dan cuci tangan pakai sabun (CTPS) termasuk salah satunya.

Saat menghadapi pandemi Covid-19, CTPS dipadukan dengan pemakaian masker dengan benar dan berkualitas, menjaga jarak antar teman atau lawan bicara dalam Gerakan 3M. Gerakan 3M ini makin berhasil dalam memutus mata rantai penularan virus Covid-19 dengan menghindari kerumunan, mengkonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur sebagai upaya meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Masa Isolasi Mandiri

Dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, setiap pemudik tentu akan merasa nyaman bertemu dengan keluarga. Meskipun hasil Negatif pada pemeriksaan rapid antigen  tidak mengesampingkan seseorang bebas dari Covid-19. Hasil Negatif dimungkinkan terjadi karena jumlah virus dalam tubuh sangat sedikit sehingga belum terdeteksi dengan rapid antigen. Ini terjadi jika tes dilakukan 1-3 hari pra gejala atau setelah 7 hari gejala muncul.

Itulah sebabnya, meskipun hasil rapid tes antigen negatif, seseorang yang melakukan perjalanan jauh, sesampai di rumah seharusnya ia tetap melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Tetapi pada kenyataannya, sebelum masa 14 hari habis, pemudik sudah harus kembali ke tempat perantauan untuk melakukan aktifitasnya kembali.

Keterbatasan waktu cuti bersama atau pun libur bersama ini tentunya tidak bisa secara maksimal melampiaskan kerinduan dengan keluarga. Apalagi harus melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah saja. Tetapi waktu yang sangat sebentar ini sangat berarti bagi perantau apalagi yang jarak tempuhnya jauh. Asalkan bisa sekedar bertemu dengan keluarga, tentu akan membuat bahagia.

Inilah yang tanpa disadari menjadi salah satu penyebab terjadinya penyebaran Covid -19 sebagai cluster keluarga. Biasanya terjadi karena sulitnya menerapkan 3M sebagai protokol kesehatan dalam keluarga, yang lama tak berjumpa. Sangatlah manusiawi, karena rasa rindu dan sayang yang berlebih tentu butuh tempat untuk membaginya. Kemana lagi kalau bukan kepada keluarga.

Bagi yang berpikir jauh tentu lebih memilih untuk menahan diri dengan melakukan isoman. Dengan menahan hasrat rindu dan sayang kepada suami/isteri, anak, ayah, ibunda, dan sanak saudara juga terhadap sahabat dan tetangga, agar semua sehat dan aman di masa perjuangan melawan virus Covid ini.

Ada beberapa hal yang bisa dan sebaiknya dilakukan saat sampai di rumah antara lain :

1.Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
2.Melepas barang bawaan dan menyemprotnya dengan desinfektan
3.Merendam baju dengan detergent selama kurang lebih minimal 15 menit dan mencucinya dengan bersih secara tersendiri.
4.Segera mandi dan keramas sampai bersih
5.Tetap menggunakan masker meskipun di dalam rumah, untuk mengantisipasi bila harus bertemu dengan keluarga
6.Makan, minum, dilakukan sendiri tanpa bersama keluarga, ruang tidur, kamar mandi tersendiri
7.Segera istirahat untuk mengembalikan kebugaran tubuh yang lelah setelah perjalanan jauh.


Saat isolasi mandiri, ada beberapa alternatif :

1.Ia tidak melakukan kegiatan yang memungkinkan bertemu orang lain secara langsung baik di dalam maupun di luar rumah. Demikian pula dengan keluarga, semestinya tetap lakukan pembatasan jarak bila terpaksa bertemu dan selalu memakai masker. Disarankan pula tidak berjabat tangan, apalagi bercipika cipiki meskipun dengan orangtua sendiri. Bila terpaksa berjabat tangan, segera melakukan cuci tangan dengan sabun. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti makan dan minum, dipenuhi oleh orang lain tanpa harus bertemu. Kegiatan pekerjaan pun dilakukan dari rumah. Pemantauan perkembangan kesehatan seperti pemeriksaan suhu, saturasi oksigen, munculnya gejala dapat dipantau melalui komunikasi dengan petugas kesehatan setempat (dengan whatsapp atau pun video call). Ini sangat penting dilakukan, sehingga kemungkinan terburuk bisa diketahui lebih dini.

2.Seluruh keluarga melakukan isoman, karena bertemu dengan pemudik. Beberapa dusun di wilayah tempat tinggal saya, jika ada pemudik, satuan tugas (satgas) Covid-19 wilayah setempat telah melakukan persiapan tempat maupun akomodasi bagi pemudik.  Seluruh kebutuhan selama isoman ditanggung oleh para tetangga yang dikoordinir oleh Satgas Covid-19.


Setelah Isolasi Mandiri

Setelah melakukan isoman, jika tidak muncul gejala si pemudik bisa melakukan aktifitas dengan keluarga. Tetapi saat keluar rumah ia tetap harus menerapkan 3M agar tak terpapar virus yang telah bermutasi ini. Hal penting lainnya adalah tidak menyentuh bagian wajah saat belum mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Karena virus Covid-19 menular melalui mukosa dan mukosa yang paling luar adalah di area wajah mata, hidung, mulut).

Jika muncul gejala segera melapor ke Satgas Covid-19 wilayah setempat atau melapor ke fasilitas layanan kesehatan setempat.

Saat pemudik akan kembali ke tempat perantauan, ia pun harus melakukan persiapan yang sama seperti saat akan mudik. Karena di perjalanan adalah rentan untuk tertular Covid-19.

Mari sayangi diri dan keluarga dengan tetap melakukan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. 

Semoga pandemi segera berakhir.

Bantul, 15 Januari 2021
Salam sehat,
Alviyatun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun