Tiap sore bergantian aku dan suami menyiram. Berkat pupuk kandang dan sedikit pupuk kimia yang ditaburkan, tanaman selada dan lombok tumbuh subur, daunnya yang hijau menyejukkan mata dan tentu bermanfaat sebagai penambah variasi kegiatan lambung untuk menggilingnya.
Selain selada, jahe merah dan jahe putih menggugah selera tanam suami dalam mengisi hari-harinya. Bibit jahe merah dibeli secara online, dan jahe putih didapat dari pasar.
Daunnya yang mulai tumbuh sedikit memberi kelegaan di hati kami, setelah menunggu beberapa lama. Dan butuh waktu kurang lebih satu tahun lagi untuk menikmati umbinya, yang dari beberapa informasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.
Karenanya tanaman jahe termasuk salah satu dari sekian jenis tumbuhan / tanaman obat keluarga, lebih dikenal dengan Toga. Ada pula tumbuh ginseng yang menjadi rawatan suami. Ia pun termasuk salah satu Toga dan daunnya pun cukup enak disantap sebagai sayur oseng.
Tak ketinggalan tanaman tomat menghiasi secuil tanah yang tersisa, diantara koleksi tanaman bunga yang minimalis. Tak ada ruang yang lebih luas untuk ditanami, kini tanaman terong pun menyembul di antaranya. Hanya 6 pohon saja untuk stok anak-anak yang penyuka terong.
Rosyi (ananda kedua kami), yang masih kuliah di rumah pun rupanya ingin pula menanam sayur. Walhasil, benih bayam dan kangkung siap ditebar dan nyatanya tumbuh dengan subur.
Saat selada siap panen, aku yakin ini takkan habis dikonsumsi sendiri. Atas pertimbangan dengan suami, akhirnya si hijau yang biasa menemani mie ayam ini bersanding dengan mie instan dan beberapa butir telur melayang ke rumah-rumah tetangga. Alhamdulillah, ada rasa syukur bisa sedikit berbagi di tengah pandemi, walau hanya sekedar teman mie.
Demikian pula dengan lombok yang setelah berbuah, tak henti-hentinya ia menampilkan buah yang baru, sampai stok untuk keluarga berlebih karena tidak terlalu suka pedas. Merembetlah ke tetangga walau tak seberapa.
Ternyata kebahagiaan itu sangat sederhana. Bisa datang dari mana saja, bahkan dari sayuran yang kita punya. Kebahagiaanlah yang menumbuhkan nikmat hidup yang luar biasa, menggugah semangat dalam beraktifitas, kapanpun dan di manapun. Akupun teringat kembali dengan firman Allah di surat Ar-Rahman فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ. Yang artinya : maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Bila ada salah kata dalam menyampaikan mohon dimaafkan. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H