Mohon tunggu...
ALVIYAH MAHARANI
ALVIYAH MAHARANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya gemar nonton film dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Peninggalan Penataaan Rumah Bangsawan di Museum Sri Baduga

14 November 2023   11:23 Diperbarui: 14 November 2023   11:41 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN


Indonesia adalah negara yang dikaruniai oleh Tuhan YME sejarah dan budaya yang beragam. Salah satunya di tanah pasundan ini, tanah yang luas dengan alam yang asri terdapat sejuta budaya yang dapat digali dan kita dapat menyaksikannya di salah satu museum di Bandung yaitu Museum Sri Baduga. Museum Sri Baduga berada di Jalan B.K.R. 185 Tegallega, Bandung. 

Museum yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Daoed Joesoef pada  tanggal 5 Juni 1980 berisikan tentang geologika, biologika, arkeologika, dan seni rupa sejarah tanah sunda. 

Kali ini saya akan membahas salah satu peninggalan budaya yang terdapat di Museum Sri Baduga yaitu Penataan rumah bangsawan sunda pada era tahun 19-20. Peninggalan ini tentu saja menarik untuk kita lihat dan kita pelajari, karena memiliki korelasi terhadap kehidupan sosial yang terjadi di masa lampau hingga masa kini dan juga memiliki nilai budaya yang kaya.

Ketimpangan status sosial memang sudah terjadi sejak zaman Kerajaan sunda masih berdiri dan jaya, kehidupan sosial ini terus terjadi hingga Kerajaan sunda melewati masa jayanya ataupun ketika sudah runtuh. 

Hal ini berlanjut di kehidupan era kolonial dan masih terus terjadi di masa kini meskipun tidak sekental yang terjadi pada zaman itu. Kala itu status sosial terbagi menjadi  kaum ménak (bangsawan), kaum menengah, dan kaum Cacah (miskin).  Starta sosial dapat dilihat dari bentuk rumah dan bangunan yang tentu saja berbeda dan penataan rumah yang berisikan benda-benda berkualitas tinngi dan lebih inovatif di rumah bangsawan kala itu.

Penataan rumah bangsawan merupakan saksi sejarah dari kehidupan di tanah sunda yang masih jarang dibahas sehingga masih belum banyak yang mengetahuinya atau kita sebagai manusia modern abai terhadap peninggalan sejarah yang satu ini. 

Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa mungkin saja furniture atau benda yang ada di rumah saat ini merupakan benda yang ada di masa kolonial namun sudah diperbaharui sehingga terlihat lebih modern. 

Ataupun banyak dari orangtua kita yang masih menyimpan benda-benda tersebut sampai saat ini namun kita tidak mengetahui benda tersebut berasal dari era tahun 19-20 dan benda tersebutlah yang telah menjadi saksi bisu dari perubahan zaman, dari era kolonial hingga ke era digital saat ini. 

Dengan adanya artikel ini kita bisa sedikit mengenal dan mempelajari sejarah dari tanah sunda yang memiliki unsur budaya serta isu sosial yang ada dari penataan rumah bangsawan.

PEMBAHASAN

Dok Pribadi
Dok Pribadi


Penataan rumah bangsawan era 19-20 merupakan identitas dari para bangsawan yang tinggal di masa itu, mereka mengisi rumah mereka dengan furniture yang memiliki kualitas bahan terbaik dengan nilai estetika tinggi sehingga membuat decak kagum para tamu yang datang atau  hanya membantu penghuni rumah dengan fungsi benda tersebut. 

Adapun isi benda dalam rumah bangsawan yang berada di koeksi Museum Sri Baduga terdiri dari; Gebyog, Kursi Goyang, Meja Marmer, Lemari kaca, Lampu Gantung, Tempat menyimpan tongkat, Kapstop, Tempat Tidur Lokcan, Lemari pakaian, Goteka, Meja Rias dan Meja Makan. 

Penataan rumah bangsawan menandakan sebuah status sosial pada era itu, tentu saja hal ini tidak lepas dari pengaruh budaya dari Nusantara dan  Eropa saat itu dan memiliki nilai estetika tinggi.

Salah satu bentuk dari hasil karya dari perpaduan dua budaya Nusantara dan Eropa yaitu Meja Marmer. Meja marmer merupakan bentuk karya seni rupa dari penyatuan dua budaya yaitu budaya Nusantara dan budaya Eropa, meja marmer dari budaya Eropa dan berkaki kayu jati dari budaya Nusantara. 

Penggunaan marmer berasal dari pengaruh eropa yaitu penggunaan keramik, porselen, dan marmer, biasanya mereka membuat alat makan seperti piring dan cangkir dari bahan tersebut. 

Di Indonesia pada era tahun 19-20, orang-orang yang memiliki peralatan rumah berasal dari bahan keramik dan porselen adalah orang Eropa atau bangsawan. Meja ini pula biasanya berada di rumah-rumah bangsawan karena meja ini berasal dari material yang mahal yaitu marmer dan kayu jati. 

Adapun salah satu barang dari penataan rumah bangsawan yang memiliki nilai budaya yang tinggi seperti Gebyog. Gebyog biasanya ditemukan di rumah bangsawan berupa ukiran di pintu dan jendela untuk menambah nilai estetika di rumah. Gebyog memiliki ukiran khas jawa dan dibuat dari kayu berkualitas tinggi seperti kayu jati dengan model ukiran yang rumit. 

Daya  tarik  Gebyog sangat ditentukan  oleh  keindahan  detail  ukirannya  yang  khas  dan  tentu saja memiliki  nilai  estetika  yang  tinggi dan terkadang ukiran yang dibuat memiliki cerita atau makna tersendiri bagi pemilik gebyog. Gebyog adalah karya seni yang sangat  unik  dan  tidak  bisa  ditemukan  di  tempat  lain  di luar  Indonesia.

Benda-benda yang digunakan sebagai penataan rumah bangsawan ini memiliki fungsi komunikasi sosial yaitu penanda status sosial antara para kaum bangsawan dan kaum miskin. 

Penataan rumah bangsawan ini pula memiliki fungsi komunikasi budaya, yaitu bentuk nyata dari hasil komunikasi antar budaya Nusantara dan budaya Eropa sehingga menghasilkan karya seni yang sangat indah ini. Relevansi dari penataan rumah bangsawan saat itu di masa modern saat ini yakni, menjadi identitias furniture khas Indonesia. 

Benda-benda ini masih banyak digemari dan masih banyak dicari, apabila kita pergi ke tempat mebel saat ini, masih banyak meja, lemari dan pintu yang dibuat dengan ukiran-ukiran seperti pada saat itu namun hanya saja ditambahkan fungsi atau modelnya yang dibuat lebih modern dan apabila bahan dasarnya berupa kayu jati asli tanpa campuran maka harga bisa menjadi sangat mahal. Hal ini pula masih menjadikan benda-benda ini sebagai barang prestise yang sangat dibanggakan jika kita memilikinya. 

Dan sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga memiliki benda-benda ini sebagai warisan budaya kita, karena hal ini merupakan bukti bahwa kita memiliki selera seni dan budaya yang tinggi, dan ini pula membuktikan kita sebagai bangsa yang terbuka terhadap budaya lain dan bisa memanfatkannya sebagai pembalajaran budaya baru dan mengaplikasikannya terhadap karya seni yang kita punya.

KESIMPULAN


Dapat kita simpulkan Penataan Rumah Bangsawan adalah bagian dari sejarah yang jarang dibahas. Penataan rumah bangsawan merupakan bentuk dari ketimpangan status sosial saat itu. Sebagian benda dari penataan rumah bangsawan merupakan hasil dari komunikasi antar budaya Nusantara dan budaya Eropa saat itu. 

Benda penataan rumah bangsawan merupakan benda-benda dengan nilai budaya yang tinggi sehingga masih banyak digemari hingga. Hingga saat ini benda berbahan kayu jati dengan ukiran-ukiran khas nusantara memiliki nilai budaya yang tinggi adalah barang mahal dan barang prestise yang masih dibanggakan. Dan sudah sepantasnya kita bangga dengan peninggalan sejarah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun