Mohon tunggu...
Alvi Syahri
Alvi Syahri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Saya merupakan Mahasiswa di Universitas Tanjungpura dengan jurusan Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money

Kenaikan Harga Beras Menimbulkan Keraguan Terhadap Efektivitas Impor

4 Desember 2023   03:10 Diperbarui: 4 Desember 2023   05:43 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syaiful Bahari, seorang analis politik pangan, menyatakan keraguan terhadap efektivitas kebijakan impor beras sebagai langkah untuk mengendalikan kenaikan harga beras.

"Saar ini, harga beras terus merangkak naik, dan diprediksi akan tetap tinggi hingga tahun depan, bahkan cenderung meningkat," ujar sumber tersebut seperti yang dilaporkan oleh Antara pada Rabu, 29 November 2023.

Ia menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah terkait impor beras untuk menstabilkan harga beras di pasaran sejauh ini belum menunjukkan efektivitas. Sementara itu, mengenai impor beras sebanyak dua juta ton yang dijanjikan pada tahun 2024, hingga saat ini belum ada kepastian yang jelas.

Dia menyatakan bahwa kegagalan beras impor untuk menurunkan harga beras di dalam negeri disebabkan oleh penggunaannya yang sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan bantuan sosial (bansos). Harga beras tidak mengalami penurunan karena penggunaannya tidak berdampak signifikan pada pasar.

Kenaikan harga beras medium

Dia menekankan peningkatan harga beras kelas menengah, yang saat ini mencapai Rp13.500 per kilogram, sementara beras premium dijual dalam kisaran harga Rp15 ribu hingga Rp16 ribu per kilogram.

Menurutnya, jika merujuk pada laporan tahun-tahun sebelumnya dalam kondisi normal, biasanya terdapat surplus beras pada bulan Desember, dengan rata-rata mencapai 1 hingga 1,5 juta ton sebagai cadangan beras nasional. Namun, menjelang akhir tahun ini, stok beras nasional justru mengalami defisit sebanyak 1,45 juta ton.

Defisit beras

Syaiful, yang juga merupakan anggota Majelis Nasional Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI), menyatakan bahwa pada Januari 2024, defisit beras diperkirakan semakin besar, mencapai 1,6 juta ton. Sementara itu, pelaksanaan musim tanam serentak oleh petani pada kuartal pertama tahun depan tidak dapat dilakukan secara langsung.

"Istilahnya, harapan untuk panen besar yang diantisipasi bisa mengatasi kekurangan pasokan gabah pada bulan April sulit terwujud, dan situasi ini menjadi suatu peringatan bagi pemerintah di tengah-tengah suasana politik tahun 2024," jelasnya.

Dia juga mencatat bahwa kenaikan harga beras di pasar akhir tahun ini diperkirakan akan merembet ke sejumlah harga sembako.

"Peningkatan tersebut bukan hanya akibat siklus akhir tahun atau liburan Natal dan Tahun Baru, melainkan karena tingkat produktivitas pangan nasional selama ini terus mengalami penurunan," ujar Syaiful.

Sumber Referensi :

https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun