Perdana Menteri Boris Johnson, akhir akhir ini memiliki beberapa minggu yang menantang. Ia saat ini dilanda mimpi buruk dalam hubungan dengan masyarakat selama berabad-abad, dan setiap hari situasi Boris yang malang tampaknya semakin buruk. Namun, tidak ada yang benar-benar merasa kasihan padanya, karena dia sendirilah yang membuat ini terjadi. Dia telah berhasil menjadi salah satu tokoh politik yang paling memecah belah dalam 30 tahun terakhir, dan dia baru menjabat sejak akhir Juli.
Kesalahan dalam berindak Boris menjadi pembelajaran, bukan hanya bagi mereka yang ingin menjadi PM, tetapi juga bagi mereka yang ingin sukses dalam pendidikan kecakapan publik. Jadi apa yang bisa kita pelajari dari Boris Johnson?
Selalu katakan yang sebenarnya.
PM Boris telah dituduh berbohong kepada Ratu (semua orang), aetika meminta izin untuk menangguhkan parlemen, atau mendunda, seperti yang disebut di awak media. Itu adalah masa ketika melakukan hal-hal seperti menangguhkan parlemen tidak dianggap benar-benar tidak masuk akal dan sepenuhnya tidak demokratis?
Boris benar benar menolak semua tuduhan, bagaimanapun ia sendirilah yang menuntun ia menuju akhir karirnya.
Seorang PM yang berbohong tidak dapat dipercaya rakyat, lihatlah kemarahan publik atas pengungkapan fakta yang sebenarnya. Contohnya PM saat itu, Tony Blair, telah berbohong secara terbuka untuk membujuk orang agar mendukung intervensi Inggris di Irak.
Wartawan membenci ini Mereka merasa disesatkan.
Menolak kebenaran, atau terus terang berbohong, adalah cara termudah dan tercepat untuk kehilangan kepercayaan jurnalis.
Memilih kata dengan hati-hati.
"It's not about what you mean; it's about what you say" -- Jonny Stone (2019)
Boris berkali-kali telah menampilkan dirinya kepada dunia sebagai seseorang yang tidak mematuhi konvensi seperti diplomasi, atau kebenaran politik, pada pengambilan keputusan dia sama sekali tidak membantu ketika dia merujuk pada RUU yang akan memaksanya untuk mencari solusi. Perpanjangan tanggal cuti Inggris dari Uni Eropa sebagai "tindakan menyerah".