"Ajarilah ilmu (agama) kepada mereka dan adab."- Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu
Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan, dimana pada bulan ini seluruh amal ibadah umat muslim dilipat gandakan oleh Allah SWT. Wajib bagi umat muslim yang sudah baligh untuk menunaikan ibadah puasa selama 1 bulan penuh untuk melatih ketaatan kepada Allah dan melatih hawa nafsu.
Lalu apakah anak usia dini yang belum baligh wajib untuk berpuasa?
Anak-anak yang belum baligh hukumnya sunnah saat puasa Ramadhan. Ketika mereka mengerjakannya. Mereka akan dapat pahala. Tapi jika mereka tidak berpuasa atau membatalkan puasanya, tidak mendapat dosa.
Namun sebagai orang tua yang bertanggung jawab atas anak yang merupakan amanah dari Allah, akan lebih baik jika orang tua mengajari anak untuk menunaikan puasa sebagai proses pembiasaan diri.
Menurut pengalaman pribadi saya ketika saya kecil. Orang tua saya meminta saya untuk menunaikan puasa Ramadhan. Namun saya menolak karena alasan yang pasti dinyatakan anak yaitu lapar dan haus. Namun orang tua saya tidak menyerah. Sekali dua kali saya tidak puasa masih dibiarkan. Tapi hari-hari berikutnya saya di minta untuk belajar puasa setengah hari. Mulai dari sahur, kemudian setelah subuh sudah tidak boleh makan dan minum sampai waktu adzan dhuhur. Saat dhuhur saya boleh buka puasa. Namun setelah buka puasa, saya harus melanjutkan puasa lagi sampai maghrib.
Namun, untuk menu buka puasa, saya boleh memilih apa yang saya suka. Itu merupakan salah satu reward untuk saya. Orang tua saya juga berjanji akan membelikan baju baru untuk lebaran jika saya puasa selama 1 bulan. Karena ketika saya kecil, ekonomi kelurga saya dibilang berkecukupan ke bawah. Baju baru bisa saya beli 1 tahun hanya 2 kali. Jadi ketika lebaran, saya sangat senang karena mendapat baju baru.
Dari cerita yang saya alami di atas, tentunya sebagai orang tua atau pendidik dapat memahai bagaimana mengajarkan puasa bagi anak usia dini. Memang tidak semua anak mudah untuk di ajak berlatih puasa. Jadi sebagai orang tua, kita merlu memunculkan dorongan atau motivasi untuk anak agar mereka mau untuk berpuasa.
Bisa dengan bermacam cara. Salah satu yang paling penting adalah menjelaskan kepada anak makna berpuasa dan manfaatnya bagi kita. Seperti menjelaskan bahwa puasa adalah kewajiban dari Allah yang wajib dilakukan umat muslim. Kemudian jelaskan juga kepada anak, apa yang di peroleh ketika berpuasa, seperti badan sehat dan juga pahala yang banyak.
Menjelaskan berpuasa kepada anak pun, orang tua harus menyesuaikan usia anak. Agar kita tahu bahasa yang dimengerti anak karena itu berpengaruh terhadap perkembagan kognitifnya. Karena bagaimanapun, untuk anak usia dini yang masih terlalu kecil, pembahasan tentang agama, akhirat, Tuhan, ibadah adalah hal yang abstrak bagi anak.
Anak merupakan peniru ulung. Jadi mereka bisa belajar dari melihat contoh orang dewasa sekitarnya dan merasakan suasana yang mendukung. Saat orang tua mengajarkan anak melakukan sesuatu, pasti orang tua yang membantu proses belajarnya, bukan hanya sekedar ceramah.
Anak usia dini yang belum baligh, belum wajib melakukan puasa. Jadi anak bisa berpuasa setengah hari atau semampunya dalam beberapa jam untuk melatihnya. Lama-lama mereka akan mulai terbiasa.
Tapi sebagai orang tua jangan lupa. Hargai ketika anak sudah mau belajar puasa. Seperti memberi reward agar mereka termotivasi untuk terus belajar. Reward tersebut meningkatkan kepercayaan diri anak.
Reward bisa berupa menyajikan makanan kesukaan untuk berbuka atau membelikan baju baru untuk lebaran. Namun reward tidak melulu materi. Bisa juga berupa pujian tulus seperti "Wah, hebat anak bunda karena sudah puasa hari ini." Jadi setiap mereka menyelesaikan puasa sehari, jangan lupa ucapkan pujian.
Sebagai orang tua, pahamkan anak tentang puasa. Jadi puasa tidak hanya menahan lapar dan haus. Tapi lebih dari itu, puasa merupakan perintah Allah agar memperbaiki diri untuk lebih taat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI