Mohon tunggu...
alvin yesaya
alvin yesaya Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Kemaritiman, pendidikan, dan literatur. Coastal Engineer

Pengamat Kemaritiman, pendidikan, dan literatur. Coastal Engineer. Jalasveva Jayamahe

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Banjir Jakarta, Salah Siapa?

13 Desember 2017   19:12 Diperbarui: 13 Desember 2017   19:21 4032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir di Jakarta, salah siapa?Akhir-akhir ini, cuaca buruk menimpa ibu kota Jakarta. Menurut pantauan BMKG, curah hujan di Jakarta mencapai 83 mm per 3 jam. Genangan air di beberapa titik di Jakarta akhirnya terulang kembali. terlihat di Beberapa jalan protokol seperti di Gatot Subroto, Dukuh atas, MT Haryono Cawang yang menyebabkan kendaraan bermotor sulit untuk bergerak.Karena banjir yang kembali terulang setelah sekian lama, alhasil menimbulkan pertanyaan besar,  banjir Jakarta salah siapa?

Beragam jawabanpun muncul dari banyak institusi maupun masyarakat awam di dunia maya. Ada yang menyalahkan Gubernur yang baru dilantik oktober kemarin, ada yang bilang karena Gubernur sebelumnya, ada yang berkata bahwa proyek LRT penyebab banjir, ada juga yang menyalahkan fenomena alam karena climate change, dan ada juga yang berpendapat bahwa memang takdir karena Sang Penguasa Alam sedang mengirimkan hujan ke atas ibukota. 

Salah menyalahkan bencana banjir di Jakarta menjadi topik hangat di media massa. Lalu siapakah yang paling tepat untuk dikambing hitamkan?

Banjir di sebuah kota metropolitan bukanlah hal yang asing. Di berbagai kota besar belahan dunia, khususnya kota yang berada di daerah pantai, bencana banjir menghantui setiap saat. Misalnya guangzhou, Bangkok, Tokyo,dll. Penyebab banjir bukan hanya karena masalah kota tersebut berlokasi di dataran rendah, tetapi juga akibat derasnya urbanisasi. 

Hal ini menyebabkan tingginya permintaan kebutuhan lahan untuk penduduk baru yang berpindah ke kota besar sehingga area resapan air semakin berkurang. Resapan air yang berkurang dan bertambahnya gedung menyebabkan area tersebut sangat rentan dengan banjir. 

Katadata.co.id
Katadata.co.id
Seperti dilansir katadata.co.id, jumlah penduduk Jakarta meningkat signifikan dari tahun 1960-2016, dari 3 juta jiwa – 10 juta jiwa. Hal ini belum ditambah oleh penduduk kota penyangga Jakarta sehingga populasi kota Jakarta meningkat saat jam kerja. Ditambah pembangunan mall yang sangat banyak mengurangi ketersediaan lahan resapan air.

Meskipun pemerintah memainkan peranan penting untuk membuat kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, permasalahan utama adalah urbanisasi ke kota Jakarta yang tidak dapat dibendung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab utama adalah kalian yang berpindah dari daerah ke Jakarta! Apabila fenomena urbanisasi ini mustahil untuk dibendung, mampukah Jakarta benar-benar terbebas dari banjir? Tentu saja jawabannya bisa! Berkaca dari Tokyo, Jepang, permasalahan serupa juga terjadi. 

2-5a31167df1334432ca7aba33.png
2-5a31167df1334432ca7aba33.png
 
wikipedia
wikipedia
Terlihat dari gambar diatas bahwa Tokyo juga mengalami banjir di beberapa daerahnya. Hal ini karena peningkatan penduduk yang signifikan yang membuat lahan resapan berkurang. Laju populasi di Tokyo tidak berbeda jauh dengan Jakarta. Pertumbuhan penduduk dari sekitar 4 juta jiwa- 13 juta jiwa dari tahun 1920-2013. 

Selain itu Tokyo yang letaknya berada di daerah pantai memiliki persamaan permasalahan dengan Jakarta, yaitu di beberapa wilayah, elevasi di darat lebih rendah dari muka air laut. Urbanisasi yang terjadi di Tokyo merupakan penyebab utama munculnya banjir.

Lalu apa yang dilakukan pemerintah Jepang untuk mengatasi ini? Mereka menyiapkan fasilitas untuk "melawan" banjir seperti normalisasi sungai dan membuat tangki penampung air

mlit.go.jp
mlit.go.jp
gizmodo
gizmodo
Infrastruktur seperti ini sangat efektif untuk mengontrol banjir yang terjadi di Tokyo. Meskipun ini hanya sebagian kecil saja dari manajemen banjir yang melibatkan banyak institusi yang terlibat.Tentu saja membangun sebesar ini membutuhkan biaya yang sangat mahal dan apabila Jakarta menerapkan hal ini, maka berpotensi untuk menambah utang negara.Kerugian materiil bahkan jiwa dapat terjadi akibat bencana banjir. 

Pemerintah provinsi Jakarta harus dapat memutar otak untuk memberikan solusi yang efektif dan bukan hanya lempar melempar kesalahan. Toh, urbanisasi juga sulit terbendung karena Jakarta merupakan medan magnet yang begitu kuat untuk mengadu nasib. Semoga di pemerintahan yang baru, banjir di Jakarta dapat semakin teredam. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun