Mohon tunggu...
Alvin Wahyu Kurnia
Alvin Wahyu Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis untuk Belajar, Bukan Menulis untuk Menggurui

Saya adalah seorang Mahasiswa Universitas Terbuka Semester 4 yang baru mendalami ilmu kepenulisan. Kegiatan sehari-hari kuliah, Pengacara (Pengangguran Banyak Acara), Jualan Desain Vektor bersama Teman, Bersepeda, dan tidak suka bermain game.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sukses Itu Semu

10 Agustus 2021   05:55 Diperbarui: 10 Agustus 2021   06:00 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selama 20 tahun hidup, mungkin saya berani berpendapat bahwa kesuksesan sendiri adalah sebuah hal yang bisa dipandang dari berbagai sudut. Jika kita bertanya pada anak kecil jaman sekarang mengenai kesuksesan, mungkin jawaban mereka sukses itu kalau jadi dokter atau tentara, atau mungkin menjadi seorang youtuber. Saya berpendapat sesuai apa yang saya lihat dan saya alami selama ini, bahwa segala hal yang terjadi tidak ada yang pasti dan mungkin akan selalu seperti ini. Sebuah perusahaan yang telah berdiri maupun yang akan didirikan, nasibnya tidak ada yang tahu sampai hal tersebut benar-benar terjadi. 

Saya pernah mendengar seseorang berkata "yang pasti di dunia ini, adalah ketidakpastian itu sendiri", lantas, saya sempat berpikir "kalau begini caranya, ya sudah saya akan santai saja, saya tidak akan berambisi terhadap apapun, toh ujung-ujungnya kita nggak tahu apapun dengan yang ada di depan", namun, pikiran tersebut tidak lama hinggap. 

Selang beberapa bulan, saya akhirnya merasakan perbedaan yang sangat signifikan, maksudnya, meskipun seseorang cenderung tidak mempunyai ambisi, tetapi dirinya mungkin akan digerakkan oleh sesuatu, entah itu ambisi orang lain, ataupun keadaan yang membuatnya terpaksa untuk mengejar sesuatu, namun bedanya dia mengejar hal tersebut tidak dengan ambisi.

Disitu ada dua sebab seseorang bergerak, dia membuat target, mengejarnya tidak dengan ambisi, sedangkan mungkin orang satunya mengejarnya dengan ambisi. Ambisi bisa diartikan sebagai tenaga seseorang dalam mencapai sesuatu, dengan harapan supaya impian yang dituju bisa tercapai. 

Namun, dengan ambisi, seseorang cenderung menggantungkan sesuatu hal kepada harapan yang semu, sehingga ketika hal tersebut tidak tercapai, mungkin proses yang dilakukannya cenderung ditinggalkan karena merasa percuma dengan proses dalam mencapainya, atau lebih buruknya, proses yang ia jalani selalu dibumbui dengan berbagai hal-hal yang tidak wajar, tujuannya hanya ingin memperoleh sesuatu secara instan, karena ambisi besar dibalik proses tersebut, menginginkan segala cara supaya harapannya bisa tercapai.

Ambisi juga bisa membuat seseorang lupa, bahwa kesuksesan yang sebenarnya, adalah ketika seseorang menjalani serta menikmati sebuah proses mencapai tujuan tersebut. Namun terkadang, ada orang yang terlalu fokus dengan tujuan mereka, sampai melupakan atau malah buruknya meninggalkan segala hal apapun yang tidak terkait dengan harapannya tersebut. 

Mungkin saat itu dirinya tidak merasakan langsung akibat dari tindakannya tersebut, karena penyesalan tidak dirasakan di depan, maka hal itu mungkin perlu diperbaiki lagi apa yang sebenarnya dicarinya, apa yang memang benar-benar berarti baginya, tidak hanya kesuksesan, tetapi sebuah hal yang sifatnya berharga dan kekal, namun akibatnya bisa dirasakan di masa depan.

Istirahat sambil mengasah kapak juga perlu, agar tenaga tidak terbuang ke tempat yang tidak seharusnya, dan mempersiapkan kembali apa yang perlu untuk dibenahi, atau bisa jadi sistem kerja kita yang perlu dibenahi. Saya akan memberikan sebuah video dari Channel seorang Internet Marketer yaitu Rianto Astono, beliau membuat sebuah analogi mengenai seseorang yang terus menerus bekerja tanpa mengasah kapaknya, dengan orang yang juga bekerja, namun menyempatkan berhenti sejenak untuk mengasah kapaknya. Berikut videonya:


Hal yang perlu diingat, bahwa nasib setiap orang membawanya sejak lahir hingga diambil kembali oleh sang pencipta, artinya, jika kesuksesan memang bukan untuk dirinya di dunia, mungkin kesuksesan tersebut tertunda di hidupnya setelah kematian, jangan selalu gundah, apalagi terpesona oleh kesuksesan orang lain, ingin seperti mereka, hingga lupa bersyukur dengan apa yang telah ia punya.

Kesuksesan orang lain boleh dijadikan sebagai pecut motivasi untuk merubah keadaan hidup ke arah yang lebih baik, namun, jangan jadikan hal tersebut sebagai perbandingan derajat duniawi, yang menipu pikiran dan hati, sehingga jati diri pun terkadang ditinggalkan karena ingin seperti orang lain, kesuksesan kita adalah cara kita berjalan ke depan dengan menjadi diri sendiri, bukan malah meninggalkan diri sendiri, maka gunakanlah perbandingan masa lalumu dengan masa depan yang akan kamu raih sebagai jalan untuk sukses, bukan melihat dan ingin meniru kesuksesan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun