Saya mempunyai seekor kucing dirumah, dulu ibu saya memisahkannya dengan ibunya (babon kucing) ketika masih dalam masa menyusui. Sempat saya mengamati kucing tersebut, sempat juga saya merasa kasihan ketika melihatnya tidak diberi makan oleh ibu saya, dan sayapun tidak kuasa memberinya makan, karena kucing tersebut juga agak sedikit milih ketika makan, tidak semua makanan bisa masuk di perutnya.Â
Alhasil, ketika ibu saya tidak memberinya makan, diapun sempat juga seperti meyong-meyong meminta makan, dan juga mencari, mengais-ngais makanan di tempat sampah, sisa tulang ayam yang biasanya dibuang setelah kami sekeluarga makan.Â
Kadang saya juga merasa iba, mau menolong tetapi si kucing juga repot, sukanya milih-milih makanan :v, sempat juga saya berpikir, mungkin ketika saya ibaratkan menjadi kucing itu misal, saya mungkin tidak akan kuat menjalaninya, setiap hari selalu kelaparan, berusaha sendiri, tidak ada yang menolong, dan selalu susah hidupnya.
Berdasarkan peristiwa barusan, saya bisa membuat kesimpulan, bahwasanya kehidupan kita adalah tanggung jawab kita sendiri, terlepas apakah kita akan ditolong atau tidak oleh seseorang pun, namun yang pasti, kita tidak bisa selalu menggantungkan hidup kita kepada orang lain.Â
Karena jika dipikir secara menyeluruh, orang lain pun juga sama, mereka tidak akan selalu menggantungkan hidup mereka kepada kita, namun, mungkin ada saat dimana mereka memberi pertolongan kepada kita, lantas kita juga menolong mereka, sehingga timbal balik kemanusiaan akan terjadi, dan memang itulah kita, mahkluk sosial yang sejatinya tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Ada saatnya kesendirian butuh kebersamaan, dan ada pula saat dimana kebersamaan tidak akan selalu menyenangkan, sehingga sebuah kesendirian merupakan solusi supaya pikiran bisa tenang dan rileks sejenak.Â
Sendiri belum tentu buruk, tetapi bersama juga tidak akan selalu baik, kesendiran memang hal yang sejatinya ada, ketika diri kita sudah tiada atau wafat, ketika kita sudah di kuburkan, disitulah rasanya bahwa kita memang sendiri, hanya amalan kita yang akan menemani, tidak ada manusia yang bisa dimintai pertolongan, dan ketika nanti sudah tiba masanya akhir dunia, ketika bumi dan seluruh alam semesta akan hancur lebur, dan berganti dengan alam yang tanpa ujung yaitu akhirat, tidak ada manusia yang akan menolong manusia lain, semuanya bingung dengan diri masing-masing.Â
Namun, selama hidup masih ada dan kita masih diberi kesempatan bernafas, gunakan hal ini sebaik mungkin untuk menolong dan berbuat baik kepada sesama, karena hal ini adalah kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali.
Berikut saya akan menunjukkan satu video dari salah satu channel youtube yang mungkin akan membuka wawasan kita mengenai betapa berharganya sebuah kesempatan dan waktu saat ini
Ketika melihat video tersebut, saya terhenyak, betapa saya masih banyak salah, banyak keburukan daripada baiknya, jika dibandingkan dengan luasnya alam semesta yang tidak ada ujungnya, mungkin kita hanya mahkluk yang tidak berguna dan sangat rapuh. Siapa kita di antaranya luasnya alam yang tak berujung tersebut?... sejujurnya, saya ingin sekali mengakhiri segala keburukan yang telah saya lakukan selama ini, namun pertanyaan saya, apakah bisa?...
Berjuang sendiri terkadang memang kurang nyaman, terlepas dari kebersamaan yang harusnya ada, yang harusnya itu dilakukan namun nyatanya tidak ada, kita sendiri yang menanggung segala penderitaan, karena itulah yang seharusnya. Akibat dari suatu tindakan yang dilakukan, yang menanggung adalah diri masing-masing, tidak ada yang saling menyalahkan ataupun memberikan suatu tanggungan, karena tidak tersedia waktu untuk hal itu, serta tak ada alasan apapun untuk memberinya tempat.