Buku yang ditulis oleh seorang Blogger Swadaya yang berasal dari Austin Texas ini merupakan salah satu buku yang bertengger di daftar buku terlaris The New York Times di posisi keenam. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh percetakan HarperOne dalam versi asli, sebuah divisi dari HarperCollins Publishers, kemudian rilis pada tanggal 13 September 2016.Â
Kemudian pada Januari 2019, lebih dari 3 juta salinan buku telah terjual. Sedangkan versi bahasa indonesianya yang berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat: Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik, dirilis sejak februari 2018, terbit pertama kali oleh PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), dalam satu tahun pertama (2018) sejak terbitnya, buku ini telah dicetak ulang sebanyak 14 kali.
Menurut saya, Mark Manson sangat cerdas sekali dalam menyajikan buku ini, disamping motivasinya yang tidak biasa, bahkan bisa dibilang telah menentang buku-buku motivasi yang telah saya baca sebelum-sebelumnya, yang menurut saya hal itu sarat akan motivasi yang menggebu-nggebu, tetapi hilang jika keadaan tidak berjalan semestinya.Â
Tetapi Manson telah berhasil membuat pembaca sadar, bahwa yang kita pelajari dan baca selama ini meskipun umum, tetapi tidak bisa diterapkan pada segala situasi, sehingga menurut saya, buku ini sangat cocok sekali dibaca untuk anda yang sedang mencari buku-buku self improvement tetapi yang enak dan materinya sangat dalam, serta tidak hanya motivasi-motivasi semu saja yang diutamakan, tetapi di dalam buku itu, kalian akan menikmati setiap bab nya yang tidak biasa sehingga membaca nya berulang-ulang pun tidak akan bosan, saya jamin.
Buku ini dibuka dengan sebuah sub judul yang tidak biasa, yang menurut saya sedikit aneh, karena mungkin "motivasi tidak akan pernah bilang seperti itu" pikir saya, setelah membaca bab 1 nya, saya baru menyadari bahwa Manson menyuruh kita untuk tidak berjuang, hal itu diambil kisah dari seorang penulis terkenal pada masanya, yaitu Charles Bukowski, dimana sebelum menjadi penulis terkenal, dirinya merupakan sosok pribadi yang selalu menjadi dirinya sendiri, tidak tahu apakah dia adalah seorang pecundang yang selalu berganti-ganti pasangan seks, pemabuk kronis serta hidupnya tidak umum dan selalu berbuat keburukan, meskipun sesaat setelah dia terkenal, hal itu tidak bisa merubahnya menjadi pribadi yang lebih baik, karena hal itu adalah dirinya.
Buku ini menurut saya tidak hanya mengajari kita bagaimana caranya menjadi seseorang yang bodo amat terhadap segala hambatan yang mengganggu proses pencapaian sukses kita, tetapi juga bodo amat dengan segala hal yang dirasa kurang penting, dan seharusnya ditinggalkan.Â
Seperti saat ini, kita dihadapkan pada situasi dimana segala kemewahan, kebahagiaan serta hal-hal yang membuat mata iri atau ingin seperti orang lain, sudah sangat banyak dan umum di sosial media, kita jadi tidak bahagia karena selalu merasa kurang dan tidak bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, karena terlalu banyak disuguhkan dengan hal-hal yang berbau keduniawian yang suatu saat juga akan hilang.Â
Manson juga memberi pesan di dalam buku ini, bahwa apapun dirimu sekarang, kalian bisa bahagia dan fokus dengan apa yang telah kalian miliki, caranya dengan selalu bersikap bodo amat dengan segala pencapaian dan kesuksesan orang lain yang nyatanya, orang lain bukanlah kita. Kita harus fokus terhadap hal-hal yang bisa membuat diri kita bahagia dan bersyukur dengan hidup, agar hidup bisa memberikan apa yang tidak diberikan orang lain kepada kita.
Seseorang juga tidak akan selalu bisa bersikap positif terus menerus dalam situasi apapun itu, karena sejatinya manusia adalah manusia yang selalu gampang terpengaruh oleh pemikiran lingkungan, atau bisa juga terpengaruh persepsi negatif yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya.Â
Manson mengajarkan bahwa kita harus bisa menerima segala hal kenegatifan yang terjadi, sembari tetap membawa mimpi kita dan berjalan bersama rasa negatif tersebut sebagai bahan bakar seseorang menghadapi segala ketidakmungkinan peristiwa yang akan terjadi di depan. Rasa negatif adalah rasa yang bisa dijadikan rasa positif jika kita bisa mengambil sebuah pelajaran di setiap kejadiannya, sebaliknya, rasa positif adalah rasa negatif seseorang jika tidak bisa mengambil pelajaran di setiap kejadiannya.
Kita tidak istimewa, maka dari itu, fokuslah kepada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang membuat kita terus terpacu untuk selalu bisa menjadi pribadi yang kuat dan tangguh di dalam mengarungi setiap hal. Fokus kepada hal yang benar-benar penting dan mendesak, agar tenaga yang kita keluarkan tidak terbuang sia-sia ke tempat yang tidak semestinya.
Hidup itu sendiri adalah sebuah penderitaan, di dalam buku ini kita diperlihatkan kisah Buddha yang sejak kecil sudah dimanja oleh orang tuanya, akibatnya sang anak tidak mengenal sama sekali rasa sakit akibat menderita yang sebenarnya, akhirnya ia menderita karena sadar bahwa selama ini dirinya selalu dimanja oleh orang tuanya, sehingga dia memutuskan untuk kabur dari istananya, dan memilih untuk hidup menderita menjadi rakyat biasa, tanpa makanan, hidup di kotoran, menjadi orang yang terbuang. Namun, dalam masa percobaannya menjadi mlarat tersebut, Buddha juga mengambil kesimpulan bahwa hidup seperti itu pun juga tidak enak dan menderita, akhirnya ia tidak sanggup, kemudian memilih menjernihkan hatinya selama beberapa bulan, hingga akhirnya ia menjadi seorang yang bijak yang sampai sekarang kita kenal.
Di buku tersebut juga disuguhkan bahwa penderitaan yang kita jalani dan alami harus bisa berarti, dalam hal ini kita harus mempunyai nilai-nilai apa saja yang bisa kita jadikan acuan untuk memilih suatu penderitaan dan menikmatinya. Itu artinya, kita harus memilih jalan perjuangan apa yang ingin kita tuju dan apa yang mendasari kita supaya bisa mencapai apa yang kita inginkan.Â
Manson juga memberikan contoh problem seorang bintang rock heavy metal, yaitu Dave Mustaine, salah satu pentolan band Megadeth, yang pernah didepak keluar oleh mantan band nya sendiri, yaitu Metallica, disitu Dave semacam mempunyai ambisi untuk lebih baik dari Metallica,Â
itu artinya tolak ukur kesuksesan Dave adalah Metallica, namun tak dinyana nasib memang tidak akan bisa dikalahkan oleh usaha, meskipun Dave bekerja lebih keras, lebih telaten, lebih rajin, namun dirinya tetap menganggap dirinya adalah sebuah kegagalan karena band yang ia dirikan yaitu Megadeth, menurutnya tidak sesukses Metallica. Disini kita di ajari bahwa Dave Mustaine hanya melihat satu sisi dari sebuah kesuksesan, sedangkan mungkin menurut orang, Dave adalah sosok yang sukses besar, jika dibandingkan dengan seorang karyawan dengan gaji bulanan tidak sampai UMR, tetapi jika dia membandingkan dengan kesuksesan metallica, mungkin Dave masih jauh, namun sisi syukurnya tidak ada pada dirinya, yang membuatnya terus bersedih dan membuang air mata percuma untuk batasan diri yang tidak bisa menyamai sebuah objek.
Disisi lain, Manson juga mencontohkan sebuah Band yang Pentolannya juga tidak asing lagi ditelinga kita, yaitu The Beatles. Beatles pernah mendepak seorang drummer nya, karena ketidak sukaan anggota yang lain terhadapnya. Akhirnya si drummer ini sempat frustasi berat karena merasa hidupnya tidak berguna, namun drummer ini tidak mempunyai tolak ukur sukses seperti Dave Mustaine, dia juga tidak sesukses Dave Mustaine, namun dia bahagia karena telah memilih jalan yang benar, yang nyatanya tidak hanya mengejar sebuah kesuksesan semu.
Dan masih banyak lagi kisah-kisah nya, dan pastinya, saya tidak bisa menjelaskannya secara rinci disini, karena terbatasnya media dan waktu, untuk lebih lengkapnya, kalian bisa baca bukunya sendiri, dijamin tidak akan menyesal, sekian.
Sumber referensi artikel :
-Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat: Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik atau The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H