“ … Tiada masa paling indah masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah kisah kasih di sekolah.”
Panas pantura menyilaukan mata kami, warga perantau di salah satu kabupaten yang berslogan kota beribadat. Slogan itu ternyata bukan hanya susunan kata sebagai hiasan di setiap gapura selamat datang, tapi sejauh penulis memandang, slogan itu telah merasuk ke penduduk lokal, semoga dan selamanya. Panas silau terik matahari debu berhamburan berkumpul satu menjadi hiasan kota itu. Siang hari dengan keadaan seperti itu, menjadi alasan untuk melupakan rutinitas sejenak dan memanjakan tubuh merebahkan di tikar-tikar panjang itu. Kasarannya sih, memalaskan diri di antara kewajiban yang seharusnya dilaksanakan.
Pagi, tiga Agustus 2016. Pagi anak-anak ciye-ciye.
yaaaa, setelah tiga bulan bermanuver menjadi guru dan tiga tahun telah meninggalkan bangku SMA, ada rindu, ada cerita teringat kembali, dan yang selalu kuingat, pengisi masa remajaku, ada kamu, mas.
[REMINDER] Udah lah, membaca ceritaku tidak perlu terlalu buru-buru, terlalu serius, cukup dengarkan lagu-lagu terbaik dari hapemu dan segelas kopi atau teh hangat untuk menyegarkan kepalamu karna [mungkin] akan kebingungan membaca tiap bait kata acakadut tak tahu arah dan jalan pulangnya ini. halaah tapi match kan ? wkwkkw
Lanjuuuut !
iyaaa, di pagi itu, ada cerita berkesan, waktu aku mau menyapa bapak guru ppl yang sedang mengajar olah raga, gak sengaja tuh, anak-anak pada bilang “ciyeeeeee…. ciyeeeeee” !!. Ya Tuhan, dari hati tuh ya aneh tapi senenggg, rindu, baper abislah dengan kata-kata ituuu. empat huruf namun selamanya di jiwa. Para muridku telah berkenalan dengan masa remajanya. Selamat meremajakan dirimu, nak !
Aku suka empat kata itu, tapi siapa ya penciptanya ? hm bolehlah aku berkenalan dengan dia sekalian ingin kutenggelamkan saja sedalam-dalamnya. Hatiku telah tenggelam. aku balas dendam. aku akan mencarimu. keluarlah kamu. hahaha
-------
iyap, setelah belajar di antara dinding memajemukan otak dengan kosa kata, akhirnya pertengahan tahun ini, aku magang menjadi seorang guru (PPL, red). Yaaa, jujur aja ya, semester lalu, semester yang sibuk dengan proses latihan PPL, ada rasa belum siap, takut, malas, gak ada duit buat ini itu, ditambah lagi waktu mau penerjunan PPL, gilak tambah belum siap banget ngadepin lingkungan baru, adaptasi lagi, dan bertemu teman baru lagi (it’s a reason the way I’am an introvert’s human). Apalagi berpisah dengan orang tua, walaupun sepele tapi gak bisa disepelakan rasa kangennya, maklum selama kuliah, aku anak laju, bukan anak kos. Kehidupan jauh dari orang tua bukan hal yang mudah gaes, hidup mandiri di lingkungan baru, semoga di sini lah kedewasaanku teruji, halah.
Setelah penerjunan, mulai deh beradaptasi, mulai harus pede, mulai harus terbiasa memanggil atau dipanggil pak/buk, dan the most important : sikap, cara bicara, dan senyum. Plis ini sekolah, ini saatnya magang, jangan samakan dengan kampus, jangan baper, jangan lebay, jangan bicara kotor, mulailah bersikap ramah dengan apapun itu kondisi dan keadaanmu, mulailah untuk senyum pertama kali kepada mereka, dan yang penting batasi hubungan antara guru dan murid. wkwkwkw. Asli men, kriteria cowokku bukan brondongan.
menjalani kehidupan di sekolah tak seperti di luar perkiraanku, yang tadi awalnya takut, setelah berlama-lama di sini, ternyata menyenangkan sekaliii, menyenangkannya itu, saat apa yang aku dapatkan, bisa kubagi dengan mereka. Hai, para muridku, ayo belajar !
ah iya, setelah mendengar kata ciyeee-ciyeee itu aku jadi kangen masa SMA-ku, masa remajaku, masa alayku, masa labil dan masa dimana aku mengenal penyemangatku.
Sungguh tiada kata yang bisa mewakili apa yang kurasakan sekarang ini. walaupun bukan lagi menjadi siswa tapi tiap kenangan yang lalu itu sungguh telah menjadi bagian dari ba[h]agian diriku. Bu guru baper, ampuni nak !
Setiap sudut di sekolah itu berbeda, tiap celah sudah masuk lewat lubang-lubang kosong di hatiku.
Aku penasaran dengan apa yang dikatakan dinding-dinding berderet, apa mereka tahu apa yang aku rasakan, segala keluh-kesahku, segala suka-dukaku, segala apapun yang kukaitkan dengan pengalamanku masa lalu selama sebulan berada di tanah rantau.
Aku penasaran dengan bisikan-bisikan para manusia ciptaan imajinasi muridku, mereka pasti menertawakan segala apapun yang ada dipikiran ini.
AAAAH, sialan mereka mengetahuinya ! Diamnya mereka seperti sianida bagiku, langsung mematikan tanpa memberikanku kesempatan untuk merintih kesakitan.
hahaha, lucu ya membayangkan masa lalu itu [berharap] bisa terjadi lagi ya. Ha LUCU !
Kini, aku ingin menjelma menjadi dinding dan manusia itu, penasaran cerita apa yang para muridku berikan di masa remajanya. Kalau tidak, aku ingin menjadi radar di jantung mereka yang bisa mendeteksi apa yang mereka rasakan. Dengan begitu, aku akan tahu cerita mana yang lebih seru; aku, bu guru kalian atau kalian. hahahha. Sorry kalo sombong, ini sudah dari lahir Tuhan :p
Walaupun ibu hanya mengajar satu kelas dan itupun letaknya di bagian selatan tapi ibu menyayangi kalian, semua siswa harapan bangsa dan negara berakhlak mulia. Tidak perlu ibu berlebihkan dalam cerita ini, cukup lantunan doa yang terpanjatkan untuk kemudian Tuhan segerakan dan semogakan. Aamiin. Kalian semua murid ibu. Ibu sayang kalian. Sampai jumpa.
PS : Untuk para muridku, selama tiga bulan berkenalan dengan kalian, ada hal yang aku sadari, tidak semuanya dari kalian belum bisa melewati masa remaja awal dengan mudah. Mental, pisik, dan tetek-bengek itulah yang harus kalian persiapkan kalau tidak kalian akan langsung dibunuh oleh diri kalian sendiri. Kalian tahu, coba lunakkan dirimu dan carilah bahagiamu mulai sekarang. Tetap berjuang menjadi remaja pemberani dan penakluk mimpi.
Selamat mengukir masa remaja kalian yang indah ya nak, bu guru sayang kalian.
03.44/19-10-2016
Alun-Alun Kendal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H