Melihat seorang anak yang sehat dan cerdas selalu mampu menjadi pemandangan sejuk bagi setiap mata, membuat kita akan terasa sulit untuk mengalihkan pandangan walau sekejap.
Pemandangan yang indah tersebut tentunya tidak didapatkan dengan harga yang murah, karena kesehatan memang dikenal sebagai sebuah anugerah yang sangatlah mahal.
Dalam perkembangannya, kesehatan seorang anak tidaklah hanya diukur dari kesehatan secara lahiriyah saja atau jasmani, melainkan ada sebuah point yang tidak bisa terpisahkan dari mereka yakni kesehatan mental.
Dengan segala perkembangan yang ada saat ini, tentunya sudah bukan pengetahuan baru lagi bahwa anak anak sendiri sudah sangat mampu mendapatkan gangguan secara mental meskipun usia mereka sangatlah belia.
Gangguan mental sendiri tidak hanya berpusat pada masalah kegilaan atau gangguan jiwa, tetapi masalah mental yang berat disadari atau tidak akan mengantarkan pada gangguan kejiwaan tersebut.
Oleh sebab itu sangat penting bagi semua orang untuk menyadari bahwa menjaga mental seorang anak tetap sehat adalah hal yang sangat penting dipelajari sejak dini.Â
Membangun mental anak yang sehat sebenarnya susah susah gampang, mengapa dikatakan begitu karena anak anak sendiri sebenarnya ada peniti yang sangat handal sehingga disinilah peran orang tua dipertanyakan, sudahkah ia menjadi Role Model yang baik dan benar ? , Selain itu membentuk mental anak yang sehat bisa juga dengan membiasakan anak akan beberapa kebiasaan sehat diantaranya
 1. Membiasakan anak untuk mampu mengekspresikan perasaannya
point pertama ini akan membuat seorang anak merasa bahwa ia penting dan akan didengarkan orasinya, bukan hanya harus menuruti dan menerima semua yang diberikan atau diperintahkan terhadap mereka.
sampai saat ini masih sangat banyak orang tua yang merasa bahwa pilihan yang mereka jatuhkan akan selalu sesuai dengan keinginan anak mereka, padahal sebenarnya apabila keadaan ini terus berlanjut hingga mereka mencapai usia dewasa anak akan memiliki pola pikir bahwa apapun keputusan mereka tidak penting dan tidak akan didengarkan jadi mereka terbiasa menahan ekspresi dan emosi mereka.Â
Selain itu saat dewasa nantinya akan ada dua kemungkinan terhadap sikap yang mereka miliki bahwa yang pertama mereka akan mengulangi sikap tersebut pada orang lain karena berfikiran bahwa pendapat mereka adalah yang paling benar atau sebaliknya yang kedua yaitu mereka akan merasa bahwa sampai kapanpun pendapat mereka tidaklah menjadi penting dan pantas didengarkan.Â
2. Membantu anak menemukan kelebihannya dan memfasilitasinya
Fase anak anak adalah fase dimana anak anak belum menemukan jati dirinya sehingga mereka akan lebih mudah untuk mencoba berbagai hal baru tanpa memikirkan dampak apa yang ia hasilkan esok hari, sehingga perubahan perasaan atau kesukaannya masih tergolong sangat cepat dan tidak menentu.
Pada fase transisi yang sangat cepat inilah orang tua dapat menemukan berbagai fakta unik tentang anak mereka sehingga mereka seharusnya mampu mendukung juga memfasilitasinya, contohnya saat seorang anak sampai pada masa bahwa dia mampu mengenal warna anak akan cenderung belajar bagaiman sebenarnya warna dapat diaplikasikan, dan dibagian inilah kesempatan orang tua untuk segera menunjang fase tersebut dengan fasilitas yang dimilikinya.
3. Membiasakan anak untuk menerima apresiasi dan kirtikan
Setiap orang baik itu anak anak maupun orang dewasa selalu menyukai sebuah pujian dan terkadang membenci sebuah kritikan, padahal pada dasarnya semuanya adalah dua bagian yang memang harus berjalan beriringan.
Pada masa kanak-kanak, kita pasti pernah merasa bahwa telah melakukan sesuatu yang sangat hebat kemudian berharap bahwa saat pulang kerumah akan mendapatkan sebuah apresiasi, baik itu pujian ataupun kecupan dari orang tua sebagai bukti kebanggaan.
Atapun saat melakukan sesuatu yang kita merasa sudah diusahakan dengan berat tapi ternyata belum benar sehingga merasa disalahkan dan marah karena mendapat sebuah kritikan.
Semuanya adalah hal yang normal normal saja dalam keseharian, akan tetapi terhadap anak anak perlu ada masa dimana mereka perlu dibiasakan akan itu semua baik itu sebuah apresiasi ataupun kritikan, hal ini menjadi penting karena untuk menjaga pola pikir mereka bahwa sesuatu yang benar memang pantas diapresiasi sedangkan sesuatu yang belum benar perlu mengalami sebuah perbaikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI