Mohon tunggu...
Benedicta Alvinta Prima
Benedicta Alvinta Prima Mohon Tunggu... Freelancer - Do my best

Berpengalaman sebagai jurnalis selama hampir 8 tahun. 5 tahun sebagai mahasiswa jurnalistik dan 3 tahun sebagai jurnalis di dua media yaitu internship Tempo.co dan wartawan Harian Kontan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sosial Media dan Praktek Jurnalisme

28 Mei 2016   22:22 Diperbarui: 28 Mei 2016   22:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Eh ini ada berita pembunuhan di Malioboro, nih temenku baru aja share link beritanya”, ungkap seorang mahasiswi sambil menunjukkan informasi yang ia peroleh dari akun facebook temannya. Saat ini, pengguna internet pasif maupun aktif dapat dengan mudah menemukan informasi saat membuka akun sosial media yang dimiliki. Monolog pada awal paragraf ini sering terjadi di antara kita saat ini.

Kehadiran social media seperti twitter dan facebook saat ini tidak bisa dielak lagi bahwa mereka memudahkan akses informasi. Untuk mengetahui apa yang terjadi saat ini, atau pun yang terjadi tiga jam lalu, pengguna internet tidak perlu membuka situs berita. Semua orang yang memiliki akun di sosial media dapat saling berbagi informasi.            

Hal ini didukung oleh Bowman dan Willis dalam bukunya We Media, How Audiences are Shaping the Future of News and Information,sosial media adalah aktivitas warga atau kelompok tertentu yang berperan dalam proses mengumpulkan, melaporkan, menganalisis dan menyebarluaskan informasi dan berita.

Lalu apa yang membedakan sosial media dengan jurnalisme? Secara singkat, produk jurnalisme harus melalui verifikasi data disebarluaskan. Sedangkan sosial media, informasi yang disebarkan tanpa melalui proses verifikasi sehingga terkadang informasi yang diberikan belum bisa dipercaya.

Di sisi lain, sosial media juga menyumbangkan hal-hal positif bagi para jurnalis atau pun warga. Jurnalis dapat menggunakan sosial media sebagai penyalur produk jurnalistik yang mereka buat. Misalkan di twitter, jurnalis bisa menuliskan informasi singkat tentang sebuah peristiwa lalu dilink-an dengan situs berita di tempat ia bekerja. Apalagi saat ini di twitter, ada fitur verified untuk beberapa akun yang memenuhi syarat. Hal ini memudahkan pengguna twitter untuk lebih percaya pada akun yang sudah terverifikasi.

Selain itu, internet memperkenalkan istilah user generated content(UGC). Istilah ini dikenal sebagai konten yang dihasilkan oleh pengguna. Lebih mudahnya, jurnalisme warga. Hal ini tentu memperbaiki jurnalisme saat ini, sebab menghindari sudut pandang jurnalis yang telah mengikuti ideologi media.

Steve Outing menjelaskan citizen journalismmemiliki 11 tahapan. Tahap paling awal adalah komentar. Apabila warga telah memberi komentar terhadap berita yang dibuat oleh jurnalis, warga tersebut telah melakukan praktek citizen journalismpada tahap yang paling sederhana.

Tahap berikutnya adalah, warga mulai menyampaikan informasi tambahan pada berita yang telah ada. Warga bukan lagi berkomentar, melainkan menyampaikan pengalaman dan pengetahuannya untuk mendukung berita yang telah dibuat oleh jurnalis.

Tahap ketiga, pembaca berkontribusi pada berita yang dibuat oleh jurnalis sebelum berita itu benar-benar dipublikasikan. Contohnya, http://www.sltrib.com/. Tahap keempat, warga dialokasikan dengan membuat blog sehingga mereka bisa bersama-sama memberikan berita dan melakukan editing.Tahap kelima adalah blogyang dibuat transparan dalam melakukan seleksi naskah. Tahap in mengajak pembaca mengkritik, mengkomplain dan memberi pujian atas kinerja newsroom.

Tahap keenam, jurnalisme warga yang memiliki wadahnya sendiri misal website atas nama pribadi. Mereka dengan bebas memberikan informasi yang mereka miliki. Terkadang informasi yang dimuat adalah inforasi yang belum tercoveroleh media mainstream.Tahap ini juga mengajak anggota website untuk bekontribusi dalam membuat berita. Pada tahap ini berita sudah diedit. Sedangkan untuk tahap ketujuh, berita yang dimuat adalah versi yang belum diedit.

Sedangkan tahap ke delapan adalah menambahkan dalam bentuk cetak dari tahap keenam dan tujuh. Tahap kesembilan. Jurnalisme warga dan jurnalis professional bekerja dalam satu wadah. Hanya saja jurnalisme warga mendominasi 70%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun